9. Reality

2.4K 423 55
                                    


“Jika aku menjawab ini, apa kau akan menjawab pertanyaanku juga?,” entah mengapa Jimin bisa menebak kemana arah pembicaraan Jungkook, dan hal itu membuatnya berfikir.


Call..,” Jungkook seketika sumringah mendengar persetujuan Jimin, tentu saja ia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali informasi -tentang kamar apartemen yang ia tinggali- yang sepertinya Jimin sembunyikan.


Walaupun sebagai bayarannya, Jungkook harus menceritakan hal yang sejujurnya malas untuk ia bahas.


“Jadi, apa alasanmu?,” Jimin bertanya dengan mulut penuh, membuat Jungkook mengernyitkan hidungnya merasa jijik.


“Masalah klasik.. Orang tua yang terlalu mendikte anak untuk melakukan apa yang mereka mau, lalu anak yang tidak tahu diri ini mulai membangkang dan memutuskan untuk mengambil jalannya sendiri tanpa berfikir matang dan segera mengemasi barangnya lalu pergi,” Jungkook hanya mengaduk-aduk makanannya yang sudah tidak ingin ia makan lagi.


“Kau menyesal?,” tanya Jimin yang sudah menghabiskan makanannya.


“Lebih ke merasa bersalah.. Namun tidak menyesalinya. Ini pertama kali nya aku mencoba hidup sesuai keinginanku. Dan rasanyaa…

Seperti burung yang lepas dari sangkar emasnya.


Bebas.. Namun beresiko,” Jungkook memainkan botol airnya dengan ekspresi blank, matanya menatap kosong ke luar jendela.


“Maksudmu?,” Jimin memperhatikan wajah teman baru dihadapannya dengan seksama, ada rasa simpatik yang tiba-tiba muncul didadanya.


Padahal kisah hidupnya yang tanpa orang tua sedari kecil tidak kalah menyedihkan.


“Aku terlahir dengan sendok perak dimulutku. Terbiasa hidup dengan kebutuhan yang selalu terpenuhi. Asalkan aku menuruti apa yang orang tua ku katakan, aku akan mendapatkan apa yang ku mau.


Dan dengan keputusan keluar dari rumah, maka semua itu bukan lagi menjadi hak ku.


Ya mungkin aku akan mendapatkan kebebasan tetapi apa aku sanggup menghadapi rintangan hidup yang sesungguhnya seorang diri? Itu yang ku takutkan, Hyung.


Seperti sekarang ini, aku harus mencari uang dengan keringatku sendiri jika ingin tetap bertahan hidup,” mata Jungkook kini terpaku pada layar ponselnya yang menunjukan sederet angka juga sederet huruf yang membentuk kata ‘Eomma', namun ia segera mematikan layar ponselnya dan meletakkannya secara asal diatas meja.


“Kukira kau masih bocah ingusan, ternyata kau memiliki mature side juga Kook,” Jimin mengacak-acak rambut Jungkook, membuat si empunya menepis tangan Jimin agar tidak membuat hancur tatanan rambutnya.


“Sekarang giliranmu menjawab pertanyaanku,” ekspresi Jungkook yang semula sendu seketika berubah excited.


“Aku sudah bisa menebak apa yang ingin kau tanyakan tapi aku ingin memastikan apa yang sebenarnya ingin kau tanyakan?,” tanya Jimin berbelit.


Jungkook segera membenarkan posisi duduknya dan memasang wajah serius.


“Kau mengetahui sesuatu tentang kamar apartemenku kan, Hyung?,” Jimin menghela nafas sebelum mengeluarkan sesuatu dari saku hoodie-nya dan menyerahkannya pada Jungkook.


Selembar kertas koran yang terlipat kecil.


Perlahan, Jungkook membuka lipatan koran tersebut. Entah mengapa ia merasa jantungnya berdebar meski ia tidak tahu mengapa Jimin memberikannya benda itu.


The Ghost Of You | LisKook | Rated MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang