4. Hunger Effect

3.5K 478 118
                                    

Mungkin Jungkook memang terlalu lelah sehingga hanya dalam rentan waktu kurang dari lima menit, dirinya sudah memasuki alam mimpi sejak merebahkan tubuhnya pada ranjang.



Namun fakta bahwa perutnya yang belum diisi sejak pagi, membuatnya terbangun ditengah malam.



Ia beranjak dari ranjangnya dan menuju ke dapur, menuju lemari es yang tentu tidak ada isinya.



Apa ia harus keluar?



Ia lirik jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 23.56 KST. Hampir pergantian hari.



"Baiklah.. Sepertinya aku harus keluar dan memberimu makan," Jungkook bermonolog sambil mengelus perutnya.



Ia kembali masuk kekamar untuk mengambil hoodie dan dompetnya.



Oh iya ponsel.



Ia mengambil kabel charger, menghubungkannya kepada ponselnya juga ke stopkontak listrik. Namun alisnya berkerut saat melihat layar ponselnya menyala seperti biasa dan menunjukkan daya baterai yang masih 68%.



Lalu kenapa saat di elevator tadi sore, ponselnya mati dan benar-benar tidak bisa dinyalakan? Membuat ia berfikir mungkin daya baterainya habis.



Jungkook menggelengkan kepalanya, perut kosongnya tidak membiarkan ia untuk berfikir lebih. Ia cabut kembali ponselnya dari sumber listrik dan ia masukkan kedalam sakunya sebelum beranjak keluar kamar.



"Arrghh..," Jungkook terjatuh dilantai saking terkejutnya.



Sebuah wajah muncul dihadapannya begitu ia membuka pintu kamar tidurnya.



"Mau keman..."



"Yaa.. Kau dari mana? Oh tidak.. Tidak.. Maksudku kenapa kau disini lagi?? Aku sempat berfikir kau menyerah untuk mengaku-aku bahwa ini apartemenmu dan pergi dari sini," Jungkook berteriak-teriak, memotong apa yang si gadis ingin katakan.



"Tidak bisa kah kita selesaikan masalah ini secara damai?," si gadis memasang ekspresi memohon.



Ia membulatkan matanya dan membuat kedua alisnya turun dengan bibir bawah yang dibuat maju melebihi bibir depan.



'Damn.. She's adorable,' fikir Jungkook.



"Maksudmu secara damai?," suara Jungkook mulai normal, tidak lagi menyentuh highnote seperti sebelumnya.



Ia juga mengubur fikirannya yang tanpa sadar menyatakan bahwa gadis dihadapannya terlihat menggemaskan.



"Ya.. Kita jadikan saja apartemen ini sebagai milik kita berdua," si gadis memasang senyum lebar yang terlihat innocence.



"Huh.. Apa untungnya bagiku?," Jungkook menaikkan alisnya tidak merasa bahwa ini ide bagus.



"Untungnya.. Hm.. Kau memiliki roommate," senyum si gadis semakin melebar, seakan-akan apa yang ia katakan adalah ide briliant.



"Maaf jika aku menghancurkan ekspektasimu. But no, thanks. Tawaranmu tidak menarik minatku," Jungkook berjalan mendekat kearah si gadis, menyamakan eye level dengan si gadis yang lebih pendek darinya -namun tetap saja dalam ukuran seorang gadis, ia cukup tinggi.



Si gadis menahan nafasnya karena proximity diantara mereka yang hanya menyisakan jarak beberapa centi.



"Serahkan padaku," Jungkook tersenyum, namun si gadis tahu bahwa senyuman itu Fake.



The Ghost Of You | LisKook | Rated MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang