7. Truth Untold

2.6K 446 66
                                    

Jungkook POV


Aku menyadari perubahan ekspresi di wajah Jimin hyung meski itu hanya berlalu sepersekian detik.


Dan begitu ku tanya, ‘ada apa?’ Atau ‘apakah kau tahu tentang sesuatu, Hyung?’, ia hanya tertawa terpaksa sambil menjawab, ‘tidak ada apa-apa' dan 'mengetahui sesuatu tentang apa maksudmu, kook-ah??’


Ya..


Ia akan berpura-pura bodoh lalu segera mengalihkan pembicaraan ke topik lain.


Ia tidak menyadari bahwa aku cukup cepat dalam membaca ekspresi seseorang.


Dan semakin ia mengelak semakin aku yakin bahwa Jimin hyung menyembunyikan sesuatu.


Jujur itu membuatku penasaran namun aku tidak bisa memaksanya, kan?


Ku langkahkan kakiku menuju elevator menuju kamar apartemenku. Untuk pertama kalinya merasakan bagaimana bekerja, benar-benar membuat seluruh tulangku serasa remuk.


Membuatku jadi berfikir beginilah susahnya orang tua untuk mengumpulkan pundi-pundi uang demi menghidupi keluarganya, namun banyaknya anak-anak yang hanya bisa menghabiskan uang mereka dan menjadi anak yang tidak berbakti.


Seperti aku.


Kali ini aku disuguhkan dengan pemandangan yang berbeda dari hari kemarin begitu aku membuka pntu apartemenku.


Tidak gelap gulita seperti kemarin karna lampu-lampu didalam apartemen menyala.


Juga tidak sunyi seperti kemarin karna suara derai tawa juga suara percakapan beberapa orang yang berasal dari televisi terdengar.


Di sofa panjang berwarna ungu itu duduklah seorang gadis yang eksistensinya dalam beberapa hari ini masih menjadi teka-teki.


Benarkah ia pemilik kamar apartemen ini? Tapi kalau ia masih tinggal disini, bagaimana aku bisa terdampar disini.


Oiya, ingatkan aku untuk menghubungi Mr. Choi kembali karna dia lah yang menyodorkan kontrak sewa untukku, so dia juga yang harus menyelesaikan kerancuan ini.


Tapi jangan sekarang, aku terlalu malas untuk melakukan complain disaat aku sangat merindukan air hangat untuk berendam dan tidur setelahnya.


“Oh hai tuan Jeon.. Kau sudah datang?,” gadis bersurai brunnette itu akhirnya menyadari kehadiranku, membuatku bergidik dengan panggilan yang ia tujukan kepadaku karena membuatku terdengar seperti lelaki tua.


Aku berjalan kearahnya dan membuat ia beringsut saat aku mencoba menyentuhnya.


Jangan berfikiran aneh, karna aku hanya ingin menyentuh keningnya untuk memastikan bahwa dia sudah tidak sakit.


Tapi karna ia refleks menjauh, aku pun refleks menghentikan gerakan ku. Melihat senyum lebarnya dan bagaimana ia tertawa tadi, aku simpulkan bahwa ia sudah sehat.


“Kau sudah makan?,” tanyaku sambil mendaratkan bokong di sofa yang sama dengannya.


Aku tidak tahu bahwa sofa ini sangat nyaman, membuatku tanpa sadar sudah mengambil posisi nyaman sambil memejamkan mata.


“Kau selalu bertanya tentang 'makan' padaku. Tidak usah mengkhawatirkanku, aku bisa mengurus diriku sendiri,” jawabnya santai sebelum kembali tertawa karena lelucon yang dilemparkan oleh orang yang berada dilayar televisi.


The Ghost Of You | LisKook | Rated MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang