Tak ada yang perlu dijelaskan lagi.
Semua sudah terlihat sangat jelas, dari caramu menjauhiku.~ •• ~
"PITOK."
Alvito mengepalkan tangannya kuat-kuat. Hendak memukul laki-laki didepanya lagi. "Apa sih, Al. Dia itu brengsek."
Allea mendorong tubuh Alvito menjauh, mengantisipasi supaya Alvito tidak melayangkan pukulan lagi. "Dia kakak lo, Tok."
"Tapi dia hampir merebut kehormatan lo. Dan sekarang dia main tarik-tarik lo, Al. Harusnya lo jauhin dia, minimal lo benci sama dia."
Allea menghela nafasnya. Kejadian itu lagi, sudah beberapa kali ia coba untuk melupakannya. "Waktu itu dia lagi mabuk, Tok. Lo tanya benci?" Allea menatap laki-laki disampingnya. "Iya, gue benci sama lo, Kak. Gue benci lo, Kamadheva Aprian Bagaskara."
Alvito tersenyum miring, menatap wajah kakak kandungnya. "Puas lo."
Dheva menggenggam tangan kanan Allea. "Al, maafin kakak. Kakak khilaf."
Tanpa buang waktu lagi, Alvito langsung menarik Allea dari hadapan Dheva. Ia sudah sangat muak dengan kelakuan kakaknya.
Kakak yang dulu ia banggakan, tapi dengan mudahnya Dheva menghancurkan kepercayaannya. Dengan hampir saja Dheva memperkosa Allea, gadis yang dicintainya.
Sudah lah, itu cerita 18+. Yang terpenting Allea tidak apa-apa.
"Al, gue mohon. Lo hati-hati sama dia, dia itu baik-baik bangsat, Al. Percaya sama gue."
Allea menatap teduh Alvito. "Lo santai aja, Tok. Gue ngga papa kok, makasih udah nolongin gue."
Alvito tersenyum, tangannya ia gerakkan untuk mengusap kepala Allea. "Sama-sama, Al."
"Kok jadi mellow gini sih ya? Pulang kuy, udah malam." Ajak Allea.
❤❤❤
"Dari mana."
Allea terperanjat, bola matanya bergerak menyusuri penjuru rumahnya untuk menemukan sang pemilik suara.
Sudut bibir Allea terangkat kala matanya menemukan sosok yang tengah duduk di kursi membelakanginya.
Dengan cepat Allea menarik langkahnya mendekati kekasihnya."Dion dari mana aja sih?" Ujarnya lalu meletakkan pantatnya disamping Dion.
Pandangannya masih lurus kedepan, tak menghiraukan Allea disampingnya. "Gue tanya lo dari mana!" Sentaknya.
Allea tersentak, bisa saja kan Dion bertanya tanpa perlu membentak?
"Gu-gue gabut, Yon. Lo ngga ada kabar, gue dirumah sendirian."
"Sama siapa."
Allea diam.
"GUE TANYA SAMA SIAPA!" Bentaknya lagi.
"Pi-Pitok." Balasnya ragu. Sudah dapat dipastikan, Dion akan marah besar.
Dion menoleh, menatap tajam Allea yang terus menunduk. "Berapa kali gue bilang sama lo. JAUHIN DIA, LO NGGA PAHAM APA YANG GUE BILANG. HA?"
Allea menggeleng pelan.
"Kalau lo paham apa yang gue bilang harusnya lo jauhin dia. Dia sama Dheva sama-sama brengsek, Al."
Allea mendongak, air matanya sudah luruh entah sejak kapan. "Kak Dheva emang brengsek, Yon. Dan gue sangat tau itu. Tapi Vito ngga seperti yang lo pikir, dia baik, dia selalu ada buat gue, dia-"
"DISINI GUE PACAR LO." Ujar Dion memotong ucapan Allea.
Allea menyeka air matanya. "Gue tau lo pacar gue, Yon. Ngga perlu lo perjelas lagi, gue sadar gue pacar lo. Tapi disini, dihubungan kita. Kita semakin jauh, Yon, lo selalu sibuk dengan urusan lo dan gue? Gue cuma bisa nungguin lo. Gue capek, Yon."
"Lo capek? Ya udah kita break. Selesai kan?" Ucapnya lalu melenggang pergi begitu saja.
Allea hanya bisa menatap kepergian Dion, tangis Allea kian menjadi. Allea memukul dadanya yang terasa sesak, tubuhnya bagai dihimpit tembok beton. Sesak, sakit. Itu yang mewakili.
"Kenapa, Yon. Lo bosan sama gue bilang. Bukan gini caranya."
Allea manarik rambutnya, tiba-tiba saja terasa pening. Dunia seakan mempermainkannya. Baru sebentar rasanya ia damai dengan Dion, dan sekarang? Perang dingin akan segera bermula.
Allea harus lebih menguatkan hatinya lagi. Iya, Dion harus menyesal karena telah mempermainkannya.
Allea berdiri dari duduknya, matanya menemukan ponsel yang tergeletak diatas permadani.
Belum sempat ia mengambilnya ada satu panggilan masuk. Buru-buru Allea mengambilnya.
Boo.
Nama itu yang tercantum.
Allea menggeser tombol hijau, dengan ragu ia mendekatkan benda pipih itu ketelinganya.
"Hallo, sayang."
Deg.
Perempuan.
Tidak salah lagi.
Tanpa disadari genggaman ponselnya mengendur, hingga benda itu meluncur dengan bebasnya.
"Di-dia siapa?"
Wagelaaaa.. Saya ngaret banget ya.
I'm sorry, akhir-akhir ini emang lagi sibuk banget. Qerja lembur terus astagaaa..Satu kata buat part ini....
KAMU SEDANG MEMBACA
Allea
Teen Fiction*Sequel Ketua OSIS in Love* Karena cinta tidak harus memiliki, maka semestinya memiliki pun tidak harus cinta