Kecewa ini milikku.
Cukup aku yang tau, kamu gak perlu tau.~ •• ~
"JIKA MENYAKITI ALLE BISA MEMBUATMU BAHAGIA." Kevin terus melancarkan aksi nyanyinya, walau Allea sudah memukulnya berkali-kali.
Yang benar saja, Kevin teriak-teriak ditengah lapangan basket. Kalau saja suaranya bagus mungkin tidak masalah, lha ini udah sebelas sebelas sama kaleng rombeng.
Allea yang sedang duduk-duduk rumpi dengan Shelina dan Diandra jadi terganggu.
"Vin, lo bisa normal gak sih? Gedeg gue lama-lama." Kesal Allea.
Bukannya berhenti, Kevin malah tergelak. "BIARKAN ALLE MENCINTAIMU DENGAN CARANYA."
Allea sudah sangat jengah, suasana hatinya belum membaik ditambah lagi kelakuan anak curut yang terus mencicit.
"HEH! KEPIN, LO BISA DIEM GAK SIH? SI ALLE LAGI UNMOOD LO TAMBAHIN LAGI ASTAGA, MATI AE SONO." Sengak Shelina.
Kevin mendadak diam. Lalu memilih duduk disamping Allea.
"Gue masih bingung deh, Al. Lo kenapa putus sama Dion?" Tanya Kevin dengan wajah seriusnya.
Allea hanya menjawab dengan gelengan. Pandangannya masih terpaku pada teman-temannya yang sedang bermain basket.
"Lo bisa diam gak sih, Vin. Heran gue, ngebacot mulu dari tadi." Kesal Diandra.
Kevin berdehem, lalu bangkit dari duduknya. "ALLE GALAU, OHH ALLE GALAU. GIMANA TIDAK GALAU DIPUTUS DION." Ucapnya sembari berlari kecil menuju tengah lapangan.
Shelina mengusap punggung Allea, berusaha menguatkannya. "Lo harus kuat, Al. Lo pasti bisa."
Allea menoleh lalu tersenyum tipis. " Thanks, Eyina, Dandla."
"Al, Shel, kita kantin aja yuk. Pak Gatot juga nggak datang kan?" Ajak Diandra.
"Iya juga ya, yaudah ayo lah. Move on juga butuh tenaga ya kan, Al?" Ujar Shelina
"Serah lo orang lah."
_-_-_
"Al, gue mau ngomong sama lo."
Allea yang hendak memasukkan bakso kedalam mulutnya pun mengurungkan niatnya, selera makannya mendadak hilang.
Allea mengambil nafas dalam sebelum ia menatap manik mata lelaki disampingnya. "Apa lagi."
"Lo mau ngapain lagi sih, Yon? Udah break ya udah. Gak usah ganggu Alle lagi." Ujar Shelina dengan nada ketusnya.
Dion berdecak. Ia langsung menarik paksa tangan Allea tanpa tahu jika Allea kesakitan karena cekalan yang terlalu kuat.
"Dion, lepas. Tangan gue sakit, Yon." Ringisnya.
"Banyak alasan. Bilang aja lo mau kabur."
Allea menggigit bibir bawahnya, berharap air matanya tidak luruh sekarang. Namun sayangnya, hatinya sudah terlanjur sakit ditambah lagi pergelangan tangannya yang semakin terasa perih.
Saat sampai di rooftop barulah Dion melepaskan cekalannya.
"Hey, Al, tatap mata gue."
Allea menggeleng, ia terus membuang muka.
Dion menggerakkan tangannya menangkup wajah Allea. "Sayang, maaf."
"Maaf maaf maaf. Please, kemarin gue cuma kebawa emosi. Kita jangan break, gue sayang lo, Al." Sambungnya.
"Ini namanya bukan sayang, Yon."
"Tapi, Al. Gue beneran sayang sama lo, gue cinta lo. Tolong lah, gue mau kita kaya dulu lagi."
Allea membuang nafas lelahnya. "Yon, kalau udah ada yang baru kenapa harus sama yang lama?"
"Baru? Maksud lo?"
Allea tersenyum miris. "Lo bodoh apa bego sih, Yon? Lo gak ada bakat buat main dibelakang gue."
"Gue gak ngerti, Al. Maksud lo apa?"
Allea merogoh saku celana olahraganga, mengeluarkan benda pipih yang ia temukan kemarin.
Allea mengangkat benda itu sejajar dengan kepalanya. "Kecewa ini milik gue, Yon. Dan lo gak perlu tau."
Allea memasukkan benda pipih itu kedalam saku kemeja Dion. Tanpa basa basi ia pergi meninggalkan Dion yang masih mematung ditempat.
"Ini bukan salah gue. Bukan."
Kalian pasti mikir gini : "Udah nunggu lama giliran up cuma sedikit."
Terserah lah, itu hak kalian. Disini aku beneran unmood, mau nyari ide susahnya minta mahar. Ditambah lagi aku yang tiap hari kerja lembur bagai first night_^
Oke, see you.
Senyum dikit cekrekk
KAMU SEDANG MEMBACA
Allea
Teen Fiction*Sequel Ketua OSIS in Love* Karena cinta tidak harus memiliki, maka semestinya memiliki pun tidak harus cinta