~•●•~
"Manusia manapun tidak suka mendapat takdir buruk. Ini tentang bagaimana ia harus tetap menjalani kehidupannya."
-Shabrina Iswara-
~•●•~
Fakhri dan Shabrina tertawa bersama-sama. Mereka saling berbincang dengan sangat antusias. Shabrina merasakan sesuatu yang berbeda saat bersama Fakhri. Bibirnya selalu spontan melengkung membuat senyuman. Tidak ada kecanggungan di antara mereka. Shabrina merasa kalau Fakhri berbeda. Rasa hampa yang selama ini mendera di hatinya pun hilang saat bersama laki-laki yang berada dihadapannya.
Fakhri melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya "Udah jam setengah sepuluh Shab..."
"Waktu berjalan begitu cepat. Kita belum ke supermarket, Fakhri."
"Oh iya. Yaudah ayo kita ke supermarket."
Fakhri dan Shabrina beranjak dari tempat duduknya, mereka melenggang menuju kasir lalu Fakhri membayar es krim yang mereka berdua habiskan. Shabrina memandangi seorang laki-laki yang sempat ia lihat di rumah sakit.
Melihat hal itu, Fakhri memandangi Shabrina yang terpaku di pijakannya "Shab? Ada apa?" Fakhri mengikuti arah pandang Shabrina dan pandangnnya tertuju pada laki-laki berkaos hitam polos duduk seperti sedang menunggu sesuatu. Setelah mengambil uang kembalian dari kasir, Fakhri dan Shabrina menghampiri laki-laki itu.
"Permisi." Ujar Fakhri
Arvino beranjak dari kursi "Kalian? Kamu... temannya perempuan prasangka itu, kan?"
"Apa?!" Shabrina terkejut dengan pertanyaan Arvino.
"Maksud saya..."
"Zanissa?" Ucap Fakhri dengan senyuman
"Iya... dia..."
Fakhri tersenyum pada Arvino "Suka makan es krim di sini juga?"
"Perempuan itu yang menginginkannya. Dia tidak nafsu makan. Sedangkan ia butuh asupan, jadi saya memenuhi keinginan anehnya."
"Zanissa enggak suka makanan rumah sakit. Gue saranin, beliin dia zuppa sop di restoran. Jajanan pinggir jalan gak baik buat kesehatannya"
Arvino mengangguk-angguk, sesekali ia melempar senyuman kepada Shabrina yang membisu "Saya coba saran darimu."
Pelayan kedai menghampiri Arvino "Ini mas... es krim rasa strawberrynya" ucap seorang pelayan kedai itu sambil memberikan kraft paper bag kepada Arvino.
Shabrina memandangi kraft paper bag itu sebentar lalu pandangannya berpusat pada Arvino.
Arvino tersenyum pada pelayan cantik itu "Terima kasih" pandangan Arvino tertuju pada Fakhri dan Shabrina "Oh yaa... Kita belum sempat kenalan padahal kita satu kampus."
Fakhri menjulurkan tangannya yang langsung di raih oleh Arvino "Fakhri Gentamas."
"Arvino cand."
Ketika Arvino melirik Shabrina, spontan Shabrina menyebutkan namanya "Shabrina Iswara." Shabrina tersenyum lalu menunduk
Fakhri dan Arvino saling melepaskan tautan tangannya "Kalo gitu kita duluan." ucap Fakhri
"Salam kenal Gentamas dan Shabrina." Arvino memberikan senyuman pada mereka berdua yang mulai melenggang ke trotoar.
Tidak dapat dipungkiri, Arvino menjadi begitu ramah. Sifat tidak acuhnya kepada orang asing mulai luntur dengan begitu cepat. Karakter aslinya mulai hilang semenjak ia bertemu dengan Zanissa, ia membuat suatu perubahan. Menurutnya, Zanissa adalah masalah dalam hidupnya. Perempuan mungil itu merupakan bencana besar Arvino.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sun Rays [END]
Ficțiune generală21 juli 2018 - 05 January 2020 "Panggil aku Sunrays..." mendengar suara yang berasal dari arah pintu, Zanissa menoleh. Ia mendapati Mevia yang semringah menatapnya. Mevia berjalan menuju Zanissa lalu bersandar pada dinding. "Aku... sinar yang menera...