Part. 29 : Volume of love

287 20 15
                                    

Play the mulmed - Amazing love (instrumental) 🎶🎵🎶

Aku

Terlihat tenang bak siliran angin malam yang berhembus melalui tingkap menaraku

Kenestapaan itu datang, menyisipkan kata "Baik-baik saja"

Kunang-kunang menari, berprakarsa melipur lara ini

Selayang pandang sosok yang dinanti-nanti sampai

Bukan si pemberi harap

Bukan si pemberi luka

Namun, dia.

Sosok yang berjanji menemani tidur panjangku

Itu dia! yang menatapku enggan berkedip, seolah-olah aku ini candu baginya.

~•●•~

Zanissa membuka jendela kamarnya lebar-lebar lalu menikmati silir semilir angin malam yang berhembus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zanissa membuka jendela kamarnya lebar-lebar lalu menikmati silir semilir angin malam yang berhembus. Ia memejamkan mata sambil tersenyum. Tidak terasa, cairan bening keluar dari sudut matanya. Zanissa dapat merasakan cairan bening itu melewati pipinya lalu jatuh ke punggung tangannya.

Setelah ia rasa cukup menikmati angin, Zanissa membuka mata lalu membalikkan badan. Zanissa terkejut ketika mendapati Mevia yang tiba-tiba berada di hadapannya. Zanissa pun segera menghapus sisa-sisa air matanya dengan gusar.

Mevia melipat kedua tangan di depan dadanya "Bisakah kamu melupakan kesedihan itu walau hanya sedetik?"

Zanissa mendengus pelan lalu berjalan ke tempat tidur. Ia mengambil buku tebal yang berjudul "Kimia Organik Fisik" lalu membuka lembar pertama buku itu. Zanissa membaca buku itu seolah-olah ia benar-benar membacanya, nyatanya ia hanya mengalihkan pertanyaan Mevia. Sebenarnya ia ingin menghindari semua orang yang ingin berinteraksi dengannya. Karena saat ini ia mudah mengingat kejadian siang hari. Dimana ia berubah menjadi sosok yang bukan dirinya. Seharusnya menangis bukanlah rutinitas malamnya, tapi sesuatu mengingatkannya pada seseorang yang membuat Zanissa begitu mudah menitihkan air mata.

Mevia tampak jengah dengan sikap Zanissa yang membisu semenjak kejadian siang hari. Untung saja Lea tidak mengetahui hal ini. Kalau Lea mengetahui kesedihan Zanissa, ia pasti di marahi habis-habisan. Karena Lea selalu mendidik Zanissa menjadi perempuan yang tegar dan mandiri, bukan menjadi perempuan lemah dan manja. Saat ini, Lea sedang berada di luar kota untuk menghadiri undangan pernikahan temannya. Sedangkan Nino-- papah Zanissa masih berada di Bali. Mevia berjalan mendekati Zanissa, lalu duduk di pinggir tempat tidur.

"Ayo kita makan malam, Zan." Ucap Mevia dengan nada selembut mungkin.

"Aku ingin makan malam bersama Papah." Zanissa tetap berpura-pura membaca bukunya.

My Sun Rays [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang