~•●•~
"Penyesalan terbesarku adalah menyakitimu dengan sengaja."
~•●•~
"Apa kamu bersedia jadi kekasihku?"
Zanissa tersenyum menatap manik mata Fakhri dalam-dalam "Aku bersedia."
Arif yang mendengar jawaban itu sontak memusatkan pandangannya pada Zanissa. Ia tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar dan lihat. Zanissa mengikuti permainan ini dengan sangat baik.
Di sisi lain, dua pria berbadan kekar membidikkan kamera kepada Fakhri dan Zanissa dari balik pohon besar. Setelah melakukan pengambilan gambar, dua pria itu masuk ke dalam mobil jeep yang terparkir di sisi taman. Salah satu pria itu mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang. Pria itu memandangi Fakhri dari dalam mobil sambil menunggu seseorang di seberang sana mengangkat teleponnya.
"Halo?"
"Tugas kami sudah hampir selesai pak."
"Bagus. Bagaimana dengan anak itu?"
"Anak itu bernama Fakhri Gentamas, usianya dua puluh satu tahun."
"Oke."
"Kami sudah mendapatkan biodata Fakhri dari kampusnya dan... ada sesuatu yang menarik disini pak." Ucap pria itu sambil terus menatap Fakhri dan Zanissa dari dalam mobil.
"Apa itu?"
"Fakhri Gentamas sedang menyatakan perasaannya kepada seorang perempuan lugu. Kami akan mengirimkan fotonya, sepertinya kami punya rencana yang bagus."
"Siapa nama perempuan itu?"
"Yang kami dengar... namanya Shabrina Iswara"
"Lakukan yang terbaik, saya tidak ingin melihat perempuan itu. Saya hanya akan terima beres."
"Baik pak."
Pria itu memutuskan panggilannya lalu menyalakan mesin mobil dan bergegas meninggalkan taman.
~•●•~
Drrt! Drrt! Drrt!
Bunyi getaran pada ponsel membuat Shabrina terkejut. Lantas ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja makan.
Fakhri GToday
➡
Shaby!!
Ayo kita makan es krim di kedai
Ada rasa baruShabrina mengernyitkan dahinya "Bukannya Fakhri ada matkul sampai sore?" Shabrina bertanya pada dirinya sendiri. Kemudian ia membalas pesan dari Fakhri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sun Rays [END]
Ficción General21 juli 2018 - 05 January 2020 "Panggil aku Sunrays..." mendengar suara yang berasal dari arah pintu, Zanissa menoleh. Ia mendapati Mevia yang semringah menatapnya. Mevia berjalan menuju Zanissa lalu bersandar pada dinding. "Aku... sinar yang menera...