INSIDEN

5.5K 414 6
                                    

"Aku tidak suka dengan orang itu." Kata Ino sambil meletakkan belanjaan di meja dapur.

"Walau bagaimanapun, dia tetanggaku. Setidaknya aku sudah menyapanya." Kata Hinata.

Ino berjalan ke arah jendela ruang tengah, lalu membuka perlahan gorden jendela itu. Matanya langsung terbelalak saat melihat Yahiko menyeringai ke arahnya. Cepat-cepat ia tutup gorden kembali.

"Astaga Hinata! Orang itu benar-benar aneh! Aku takut!" Kata Ino panik.

Hinata menatap Ino. "Siapa? Kau ini kenapa?"

"Kau lihat saja sendiri."

Hinata membuka sedikit gorden jendela itu untuk melihat apa yang terjadi. "Tidak ada siapa-siapa."

Ino membelalakkan matanya. "Benarkah?"

Hinata menghela napas. "Sudahlah. Tidak perlu khawatir. Sekarang bantu aku memasak makan malam."

Ino mendengus kesal. Kenapa Hinata sama sekali tidak terganggu dengan keberadaan orang aneh itu?

***

Ino menatap Hinata tak percaya. "Porsi makanmu banyak sekali. Kau tidak berpikir ingin diet?"

Hinata menatap Ino dengan malas, "Masa bodoh dengan berat badan, lagipula wajar makanku banyak karena aku juga harus memberi makan anak kembar ku."

Ino mengerutkan kening. "Apa kau bilang tadi? Anak kembar?"

Hinata terdiam sejenak. Apakah barusan tadi ia bilang anak kembar?

"Hinata! Kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

Hinata mengalihkan pandangannya dari tatapan curiga andalan Ino.

"Katakan padaku Hinata!"

Hinata menghela napas. Mungkin saat inilah ia harus mengakuinya. "Aku hamil. Anak kembar."

Ino menganga tak percaya. "Benarkah?!"

Hinata mengangguk pelan.

Ino langsung tersenyum senang, lalu memeluk Hinata erat. "Selamat ya! Aku sangat senang mendengarnya."

"Tapi aku belum bilang ke siapapun. Kau yang pertama."

"Jadi, Sasuke belum tahu?"

Hinata mengangguk lemah. "Aku tidak tahu bagaimana memberitahu nya. Aku takut."

"Kenapa kau harus takut?"

"Aku takut dia kecewa. Kehamilan ini tidak direncakan dan terlalu cepat."

Ino merangkul Hinata dengan pelan. "Kau tidak boleh seperti ini. Apapun responnya, kau harus memberitahunya. Aku yakin, walaupun dia kecewa, dia pasti akan tetap senang. Suami mana yang tidak senang mendengar istrinya hamil?"

Hinata menarik napas panjang. "Baiklah. Aku akan memberitahu nya setelah dia pulang nanti." 

Ting tong...

Hinata menatap ke arah pintu, lalu berjalan dan membuka pintu itu.

"Selamat malam. Maaf meganggu. Aku hanya mau memberikan ini." Kata Yahiko saat Hinata membuka pintu.

Hinata menatap cake yang dibungkus rapi dengan plastik bening, lalu mengambilnya. "Terima kasih."

Yahiko tersenyum ramah. "Ku pikir, aku harus membelinya karena sambutanku padamu tadi tidak terlalu ramah. Maaf jika membuatmu risih."

Hinata membalas senyum Yahiko. "Tidak! Aku tidak sama sekali risih."

"Baguslah kalau begitu. Aku lega mendengar nya. Kalau butuh bantuan, bilang saja aku."

"Iya. Sekali lagi terima kasih."

"Siapa?" Tanya Ino saat Hinata kembali ke ruang makan.

"Yahiko, tetangga sebelah yang kau takuti itu. Ternyata dia baik." Jawab Hinata sambil memotong cake yang diberikan Yahiko tadi.

"Kau yakin akan memakannya?" Tanya Ino ragu saat Hinata ingin melahap cake chocolate itu.

"Ino-chan! Tidak boleh terus berburuk sangka! Ini rezeki, tak boleh ditolak." Kata Hinata kesal, lalu memakan cake itu. "Enak! Kau yakin tidak mau?"

"Aku sudah kenyang. Aku harap tidak terjadi apa-apa padamu."

***

"Selamat pagi."

Hinata menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Yahiko sedang berada di depan halamannya. "Selamat pagi."

"Mau berangkat kerja?" Tanya Yahiko.

"Iya. Yahiko-san habis darimana?" Jawab Hinata

"Aku dari minimarket. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi."

Hinata kembali fokus pada mobilnya saat Yahiko berjalan kembali dan memasukkan beberapa bahan kue untuk keperluan tokonya ke mobilnya.

"Walaupun dia begitu, aku tetap tidak suka." Kata Ino sambil membantu Hinata.

"Sudahlah! Sekarang kau harus pergi bekerja."

"Baiklah. Aku pergi dulu, ya!"

"Iya. Hati-hati."

Setelah Ino pergi, Hinata melajukan mobilnya menuju toko kuenya.

"Selamat pagi Hinata-san!" Sapa para karyawan di toko kuenya.

"Selamat pagi semuanya!" Sapa balik Hinata dengan senyuman, lalu memeriksa kembali bahan-bahan kue yang ia bawa tadi.

"Aku lupa membeli loyangnya." Gumam Hinata sambil menghela napas lemah. "Aku harus membelinya sekarang."

Untung saja toko bahan dan perlengkapan kue tidak jauh dari tokonya, jadi ia tinggal berjalan kaki saja.

Saat menunggu lampu hijau penyebrangan jalan, tiba-tiba handphone berdering.

"Halo Ino-chan. Ada apa?" Tanya Hinata sambil menatap lampu jalan yang berubah menjadi hijau.

"Flashdisk ku ketinggalan di rumahmu, jadi aku minta kunci rumahmu. Kau dimana sekarang? Aku sedang di toko mu."

Hinata yang tadi sudah menyebrang setengah jalan, kembali lagi untuk menemui Ino. Tapi, saat mendekati tepian jalan, tiba-tiba badannya ditabrak sebuah mobil.

Hinata langsung terjatuh. Kepalanya langsung berdenyut dan perut nya terasa nyeri sekali. Beberapa detik kemudian, ia tidak sadarkan diri.

Orang-orang langsung mengerumuni Hinata untuk membantunya. Suasana jalan yang cukup lenggang tadi, berubah jadi gaduh dan menimbulkan kemacetan.

Saat Hinata yang dalam keadaan pingsan ditepikan, seseorang yang ikut membantu Hinata mengambil handphone Hinata yang masih terhubung dengan Ino.

"Halo? Halo... Pemilik handphone ini mengalami kecelakaan. Bisakah anda ke sini?"

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang