OUR LOVE

7.2K 443 21
                                    

"Jangan kerja terlalu berat, sayang. Kan ada bi Maruko yang mengurus rumah." Kata Sasuke saat melihat Hinata menyapu ruang tengah.

"Aku di suruh dokter untuk banyak jalan dan beraktivitas." Kata Hinata sambil terus menyapu.

Sasuke menghela napas sambil menatap Hinata yang sedang menyapu dengan perut yang sangat buncit seperti itu. Hinata sudah memasuki bulan kesembilan, makanya perutnya sudah membuncit besar seperti itu. Jujur, ia kasihan melihat Hinata seperti itu. Memasang kaos kaki saja Hinata tidak bisa dan harus dibantu.

"Sudahlah. Aku tidak mau melihatmu menyapu lagi." Kata Sasuke sambil mengambil paksa sapu yang berada di tangan Hinata. "Carilah aktivitas yang tidak terlalu berat."

"Padahal sisa sedikit lagi." Kata Hinata kesal.

"Biar saya saja yang menyelesaikannya, nyonya." Kata Maruko.

"Ya sudah aku berangkat dulu. Bi Maruko, jangan biarkan Hinata bekerja lagi." Kata Sasuke, lalu pergi menuju pintu depan yang diikuti Hinata.

"Aku hanya mengizinkan mu untuk memasak saja. Hanya itu. Mengerti?" Kata Sasuke sambil memegang kedua bahu Hinata.

"Iya... Aku mengerti. Cerewet sekali."

Sasuke mencubit gemas pipi Hinata. "Ini demi kebaikanmu, sayang. Aku tidak mau kau dan anak-anak kita kenapa-kenapa."

"Iya... Sekarang lepaskan."

"Aku pergi dulu."

Hinata mengangguk, lalu mengecup singkat bibir Sasuke.

"Sekali lagi."

"Sudah pergi sana! Kau bisa terlambat nanti."

Sasuke tersenyum tipis lalu segera masuk kedalam mobil. Setelah Sasuke meninggalkan rumah, Hinata masuk kembali.

Saat melangkah menuju dapur, tiba-tiba perutnya merasakan sakit yang luar biasa.

"Sakit!!!" Kata Hinata sambil mengernyit kesakitan.

"Ada apa nyonya?!" Kata Maruko panik sambil menghampiri Hinata yang sudah terduduk kesakitan.

"Bi, sepertinya aku ingin melahirkan."

***

Sasuke menatap dengan perasaan terluka melihat Hinata yang sedang kontraksi. Ia tersiksa melihat Hinata yang kesakitan seperti itu.

"Minum dulu, nak." Kata Mikoto sambil memberikan air mineral pada Hinata.

Hinata langsung meminum air mineral itu, lalu menelannya dengan pelan.

"Masih sakit?" Tanya Sasuke lembut sambil mengelus pelan tangan Hinata.

Hinata hanya bisa mengangguk dengan wajah yang masih menahan sakit.

"Sesar saja, ya. Aku tidak sanggup melihatmu kesakitan." Kata Sasuke.

Hinata langsung menggeleng. "Aku mau normal saja. Aku masih mampu."

"Tapi-"

"Aku bisa."

Mikoto tersenyum. "Hinata adalah wanita yang kuat. Mama yakin. Kau harus percaya padanya, Sasuke."

Beberapa jam kemudian, Hinata sudah masuk bukaan terakhir. Dua bidan dan beberapa perawat langsung menangani Hinata.

Walaupun dia tidak sanggup melihat Hinata sedang berusaha melahirkan anak-anaknya itu, tapi ia tetap berada disamping Hinata dan rela rambutnya dijambak-jambak oleh Hinata.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang