Hinata membuka matanya perlahan. Matanya terbelalak saat mendapati tangannya diinfus. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan mendapati Ino yang sedang duduk di sofa yang berada di sudut ruangan dengan mata yang terfokus pada handphone nya.
"Apa yang terjadi Ino-chan?" Tanya Hinata panik sambil mendudukkan diri.
Ino langsung berdiri dan menghampiri Hinata. "Bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah lebih baik?"
"Katakan padaku apa yang terjadi."
Ino menghela napas. "Kau kecelakaan tadi."
Hinata terdiam sejenak dengan pandangan tak percaya. Butuh beberapa menit ia mengingat kembali kejadian buruk tadi. Perasaanya mulai gelisah. Ia langsung meraba perut nya. "Bagaimana dengan bayiku?"
"Mereka baik-baik saja. Kau juga baik-baik saja. Tidak ada luka serius."
Hinata menghela napas lega. "Bagaimana dengan Sasuke? Dia sudah tahu?"
"Iya. Dia sudah tahu semuanya. Dia lagi mengurus beberapa urusan sekarang."
Hinata menutup matanya kembali. Kepalanya kembali berdenyut. Ia yakin Sasuke pasti sangat khawatir padanya. Membayangkan reaksi Sasuke membuatnya semakin gelisah.
Mata Hinata kembali terbuka saat pintu ruang rawat Hinata terbuka. Sasuke langsung masuk dan berdiri di samping ranjang Hinata.
"Aku akan tunggu di luar." Kata Ino sambil melangkah keluar untuk memberi ruang pada Hinata dan Sasuke.
Keheningan langsung terjadi saat Ino keluar dari ruang rawat Hinata. Hinata mengalihkan pandangannya kearah lain saat Sasuke menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal? Kenapa aku harus mendengarnya dari orang lain?" Tanya Sasuke.
Hinata terdiam. Tak lama kemudian, air matanya mengalir perlahan. Ia tahu ini akan terjadi, tapi kenapa ia masih menangis?
"Maaf." Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut Hinata disela tangisnya.
Sasuke terdiam sejenak, lalu memeluk erat Hinata. "Aku lebih kecewa saat aku bukanlah orang pertama yang kau beritahu tentang kehamilanmu dan harus mendengarnya dari orang lain."
Hinata membalas pelukan Sasuke sambil terisak.
"Kenapa kau tidak langsung memberitahuku? Aku sama sekali tidak merasa kecewa walaupun kau melanggar kesepakatan. Aku sudah tidak peduli dengan kesepakatan bodoh itu."
"Maaf."
Sasuke menghela napas. "Sudahlah. Jangan menangis. Sekarang kau harus jaga kesehatanmu dan berhentilah membuatku khawatir setengah mati."
***
"Senang bisa kembali ke rumah." Kata Hinata sambil memasuki rumah. Walaupun cuma sehari semalam di rumah sakit, ia sudah bosan setengah mati.
Ia langsung memasuki kamarnya. "Ternyata Ino sudah mengambil barangnya. Aku harus menelponnya."
Hinata menghela napasnya saat telponnya tidak diangkat. "Nanti saja kutelpon lagi."
"Sayang, makan siangnya sudah siap!" Seru Sasuke dari dapur.
Hinata melangkah ke dapur yang menyatu dengan ruang makan. Matanya langsung mendapati bubur sayur dua porsi di atas meja makan.
"Sasuke-kun tidak makan?" Tanya Hinata saat Sasuke duduk menghadapnya sambil menatapnya.
"Aku sudah makan sebelum menjemputmu di rumah sakit." Jawab Sasuke.
"Jadi, ini semua untukku?"
Sasuke mengangguk. "Tentu saja. Sekarang aku paham kenapa kau memang harus butuh makan lebih banyak. Mengandung dua bayi sekaligus butuh banyak tenaga."
Hinata tersenyum, lalu menghabiskan makanan yang ada dihadapannya.
"Apakah kau sudah memberitahu orang tua kita tentang kehamilanku?" Tanya Hinata.
"Belum." Jawab Sasuke. "Kau saja yang memberitahu mereka. Siap-siap saja, orang tuaku akan menginap disini."
"Berarti kita harus membeli satu tempat tidur besar dan oh! Sofa ruang tamu jangan lupa."
"Kita pesan online saja. Aku tidak mengizinkanmu untuk keluar beberapa hari ini dan kalaupun kau ingin keluar rumah, harus ada aku yang menemanimu."
"Baiklah. Bisakah Sasuke-kun ambilkan es krim di kulkas? Aku sedang ingin memakannya."
Sasuke berjalan menuju kulkas dan mengambil es krim yang Hinata inginkan. "Kau harus mengurangi makanan yang banyak mengandung gula. Aku tidak mau kau terkena diabetes."
"Aku hanya makan sedikit. Oh iya! Mau lihat hasil USG? Tunggu sebentar, akan ku ambilkan."
Sasuke menatap Hinata yang berlari kecil menuju kamarnya. Lalu, beberapa menit kemudian, Hinata kembali dengan membawa hasil USG.
"Ini." Kata Hinata sambil memberikan hasil USG pada Sasuke.
Sasuke menatap Hinata sejenak, lalu mengambil hasil USG itu. Hatinya menghangat saat menatap foto hitam putih hasil USG itu. Ia tidak tahu harus berkata apa karena kebahagiaan mengalihkan semua pikirannya.
Hinata menatap Sasuke yang terus menatap hasil USG dengan ekspresi sulit diartikan. "Kau tidak senang?"
Sasuke tidak menjawab. Ia masih fokus dengan apa yang ditangannya. Lalu, beberapa menit kemudian, ia memeluk Hinata erat. "Aku tidak tahu harus berkata apa." Sasuke tersenyum lebar, lalu menggendong Hinata.
Tawa Hinata lepas saat Sasuke tiba-tiba menggendongnya. Ia mengalungkan tangannya di leher Sasuke dan mengecup singkat bibir Sasuke. "Katakan saja kalau kau sangat senang."
"Aku sangat senang."
Hinata menghela napas. "Jangan dengan ekspresi datar! Katakan dengan keras dan ceria!"
Sasuke tersenyum lebar, lalu berkata lantang, "Aku sangat senang!!!"
Hinata kembali tertawa yang langsung diikuti Sasuke.
***
Yahiko terdiam sambil menatap rumah Hinata. Ia terus fokus mendengar tawa dan sedikit percakapan dari rumah itu.
"Kau membuatku marah, Hinata. Lihat saja, apa yang akan kulakukan agar kau menjadi milikku." Gumam Yahiko sambil menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
RomanceCerita tentang bahagianya pernikahan Sasuke dan Hinata sekaligus suka duka membangun rumah tangga. squel dari L.O.V.E Diharapkan untuk membaca squelnya. biar nyambung. Sasuhina lovers merapat!