Ink-8

11 3 0
                                    

Vin tersenyum ke arah Mega tapi Mega memutar bola matanya, Vin pun menghilangkan senyumannya seketika.

"Udahlah Vin, ayo cepet jangan sunyam-senyum kayak orang obeg, cepet ajarin gue!" Ketus Mega.

Vin menghela nafas berat, terkadang ia selalu mengumpati diri dalam diam lalu bertanya pada dirinya sendiri kenapa menyukai gadis semacam Mega yang jutek dan menyebalkan.

"Buku lo?" Tanya Vin.

Mega melemparkan bukunya ke arah Vin benar-benar tidak sopan. Tapi Vin masih bisa menahan amarahnya apalagi pada gadis yang di sukainya.

"Sini!" Ajak Vin.

Vin dan Mega menghabiskan waktu setengah jam berdua di dalam kelas, dengan sejelas-jelasnya Vin menerangkan pelajaran pada Mega dan gadis bertubuh ideal itu masih belum juga bisa mengerti dia malah marah-marah pada Vin.

"Gue pusing! Gue maunya di kasih contekan bukan belajar Vin... lo ngerti gak sih napa sih lo, mudahkan, tinggal pinjemin buku lo udah deh, simple."

"Heh Mega, dengerin ya. Yang namanua nyontek itu cuman memperbodoh diri, lo gak akan pernah bisa-bisa kalau cuman ngandelin otak sama buku orang aja. Gimana kalau suatu hari orang yang ngasih lo contekan gak ada? Lo yang rugi bukan dia. Enaknya cuman di awal tapi akhirnya lo lagi yang bakalan kena.." ceramah Vin panjang.

Mega diam, ia mencerna semua kata-kata Vin lalu mengangguk-anggukan kepalanya mengiyakan perkataan Vin yang panjang itu

"Iya iya, lo bener, tapi buat saat ini gue mau pulang dulu gak penting lama-lama disini, mendingan gue pulang msin hp daripada ngurusin tigas ini, lagian masih seminggu lagi, masih lama.." kata Mega beranjak dari duduknya.

Vin menegak, ia belum menyelesaikan tujuannya saat itu ia harus mengatakan isi hatinya sebelum nanti Mega di ambil orang.

"Mega!" Panggil Vin membuat langkah kaki jenjangnya Mega berhenti.

"Iya?" Tanya Mega menoleh.

Vin meneguk ludahnya sendiri merasa jantungnya berdebar kencang.

"Mega, kamu suka coklat gak?" Tanya Vin.

Ketika menunggu jawaban Mega, Vin mengernyitkan keningnya merasa ada yang aneh dengannya tapi Vin menggelengkan kepalanya agar hanya fokus pada Mega seorang tanpa memikirkan yang lain.

"Gue yakin, dia bakalan bilang suka sama... kayak waktu.. itu.."batin Vin.

Mega menggelengkan kepalanya "No.. gue gak suka, sukanya yoghurt you know! " tegas Mega.

"Apa? Dia gak suka?" Kaget Vin dalam hatinya.

Melihay ekspresi Vin, Mega dengan tenang mengatakan.

"Tenang, karena gue gak suka coklat bukan berarti gue bukan cewek, gue masih suka make up sama aksesori lucu."

Vin terdiam, dalam hati ia memuji "suka make up? Pasti cantik kalau dia pake soalnya natural aja udah cantik apalagi pakai make up.."

"Udah ah, gue duluan kalau lo mau mesra-mesraan sama meja dan bangku silahkan gue out janji gak akan ganggu.."

Mega pun benar-benar pergi dari kelas meninggalkan Vin yang sedang mengutuk diri karena tidak bisa mengatakan perasaannya pada Mega.

***

Faira merasa tubuhnya melemas setelag mendengar pernyataan Juna tadi, ia tidak menyangka Juna akan sejujur itu padanya, Faira meluruhkan tubuhnya ke atas lantai ia mengambil nafas dalam-dalam karena merasa sesak.

Flash back

Karena penasaran, Faira menghampiri Juna dengan keberanian yang sedang ia kumpulkan saat itu. Setelah samai pada Juna Faira menyiapkan handphonenya lalu mengetikan apa yang ingin ia sampaikan. Setelah selesai menulis ia mencolek bahu Juna sampai Juna menoleh padanya, Wino yang ada di tempat diam saja karena merasa asing dengan Faira yang berani mencolek seorang Juna yang menyebalkan dan dingin kepada perempuan.

"Ra?"

Faira tersenyum lalu memberikan handphone nya untuk di baca Juna.

"Kak, kenapa kak Juna dan teman kakak meninggalkan Kak Vin bersama gadis itu di dalam? " tanya Faira.

Juna menarik tangan Faira agar pergi dari tempat itu dan membawa Faira ke belakang tembok.

"Lo liat itu?" Tanya Juna datar.

Faira mengangguk sebagai jawaban.

"Vin.. suka sama cewek itu kenapa emangnya? " tanya Juna masih dengan wajah datar.

Berbeda dengan Faira yang merasa kaget, Juna faham betul ekspresi apa yang sedang di tampakan Faira ia pun mulai berkata lagi berniat menenangkan.

"Sebaiknya, lo jangan berharap sala kembarannya Vano, jangan sakitin hati Vin kayak lo nyakitin perasaan Vano. Jauhin Vin jangan pernah berharap. Jika ingin berteman cukup berteman saja jangan lebih. Gue mohon.."

"Maksudnya?"

Juna hanya mengibaskan tangannya lalu meninggalkan Faira yang syok mendengar kata-kata Juna.

Flashback  off

"Kak Juna.. dulu aku amat mencintaimu sampai akhirnya aku sadar cintaku bukanlah cinta, tapi hanya kagum dan suka semata. Di saat aku sudah mengenal artinya cinta justru takdir memisahkan aku dengannya.. sekarang setelah aku bertemu orang yang serupa kau yang menghalangiku, kenapa? Apa salahku padamu."

***

Huuh..

Readersnya dikit banget apalagi yang ngevote, komentar humm jangan ditanya..

Tapi gak papa, positif thinking aja mungkin akan ada suatu saat dimana ceritaku akan di kenal orang..

Hahah makasih udah mau baca curhatanku..

Bye..

Tinta Penyampai RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang