Vin tersenyum ke arah Faira, ia melambaikan tangannya pada Faira membuat Mega yang berjalan dibelakang Vin panas. Juna hanya memasang tatapan dinginnya.
Faira tersenyum sekilas lalu segera pergi dari sana. Vin mengangkat sebelah alisnya bingung dengan sikap Faira.
Dan kejadian itu terus berlanjut sampai ujian akhir semester berakhir. Faira benar-benar tidak tahan untuk lebih lama lagi tidak berkomunikasi atau mendengar suara Vin, ia hanya bisa melihat nya dari kejauhan dan juga harus secara diam-diam.
Vin juga memikirkan Faira merasa gelisah pada sikapnya yang terkesan cuek. Vin menidurkan dirinya di sofa ia menutupi matanya dengan lengan dan tiba-tiba saja ingatan ketika Vin dan Faira bertatapan terlintas dalam benaknya, senyuman pun terukir di bibirnya.
Vin menggelengkan kepalanya menyadarkan dirinya sendiri, ia lalu bergegas ke suatu tempat. Setelah tiba di tempat tujuan Vin menghela nafas dan menghembuskan nafasnya dengan tempo pelan ia mengetuk pintu bercat putih itu dan seseorang membuka pintu.
"Ah.. lo dateng ya? Sorry rencana hari ini gue batalin" kata Mega.
"Kenapa ?" Tanya Vin bingung.
"Gue banyak urusan tapi gue janji weekend depan gue bakal bareng lo, please dont hate me.."
Vin tersenyum lalu mengangguk, Mega dengan datarnya menutup pintu tanpa mengajak Vin masuk atau basa-basi padanya. Vin memutar tubuhnya berniat untuk pulang tapi di perjalanan ia melihat Faira sedang duduk manis sambil membaca sebuah buku, Vin menghentikan motornya dan menghampiri Faira ketika sampai Faira menyadari kedatangannya karena ingat kata-kata Juna dia pun berdiri hendak pergi Vin mencekal tangan Faira mencegahnya untuk pergi.
"Kenapa lo ngehindar dari gue?" Tanya Vin.
Faira tidak berbalik ia terus membelakangi Vin dan mencoba mengendalikan diri untuk tidak merespon Vin.
"Baru aja seminggu lo temenan sama gue sekarang lo mau jauhin gue, kenapa?" Tanya Vin sedikit menaikan volume suaranya.
Faira angkat tangan, ia tidak mampu mendiamkan Vin terlalu lama hatinya sakit. Faira berbalik dan menatap mata Vin mereka bertatapan cukup lama. Mata Faira berkaca-kaca membuat Vin kaget ia pun langsung memeluk Faira saat itu juga.
"Kalau lo punya masalah cerita, jangan jauhin gue.." ujar Vin.
"Tunggu, kenapa gue meluk cewek? Ini guekan?"batin Vin.
Vin melepas pelukannya dan melihat Faira sudah baikan. Vin menggenggam tangan Faira dan mengajaknya naik motor tapi Faira tidak mau karena dia sedang menunggu Rani di sana.
"Telpon aja kalau gitu" saran Vin.
"Gak punya hp"
"Oh.. punya gue aja dulu" Vin menyodorkan handphonenya.
"Rani juga gak punya hp"
Vin memasukan kembali handphonenya lalu mendudukan diri di tempat duduk yang bersebelahan dengan Faira. Mereka pun menunggu bersama di sana, untuk mencairkan suasana Vin sesekali bercanda dan mengajak Faira menonton video lucu di handphonenya, Vin tertawa dengan lembut sementara Faira hanya tersenyum sambil tertawa kecil. Faira menoleh ke samping membuat wajahnya dekat dengan kepala Vin, senyuman manis terbentuk ketika Faira memperhatikan Vin dari samping.
"Hari ini kita dekat sekali, dan kejadian ini sama seperti dulu ketika Vano mencoba membuatku tertawa setelah duka yang melanda. Vin kenapa setiap bersa denganmu rasanya kamu Vano "
Faira kembali memfokuskan dirinya pada video dan sekarang giliran Vin dia menole h ke samping karena rambut Faira yang di kuncir kuda itu mengganggu Vin.
"Faira...
Semua bilang kamu itu jelek, tapi menurutku kamu cantik, entah kenapa setiap kamu menatap ku semua gerakan selalu terkunci. Matamu itu selalu berhasil membuat jantungku berdetak tak beraturan, kenapa setiap kejadian yang ku alami bersama seperti..""Faira!!!!" Panggil Rani berlari dari arah kiri.
Faira berdiri bersiap memeluk Rani, Rani sampai dan memeluk Faira. Moment itu berhasil membuat Vin menyangka keduanya sudah lama tidak bertemu padahal sebenarnya mereka baru berpisah satu jam yang lalu.
Rani membuka matanya dan pandangannya langsung mengarah pada Vin, dia membeku sekaligus kaget karena melihat Vin.
"Vano..." gumam Rani.
Faira melepaskan pelukannya lalu membawa Rani agar sedikit jauh dengan Vin, dia pun menulis sesuatu di buku harian pemberian Vin waktu itu.
"Bukan. Namanya Vin bukan Vano, Kak Juna bilang dia adalah kembaran Vano."
"Memangnya Vano punya kembaran?"
"Entahlah tapi aku rasa Kak Juna jujur karena dia sahabatnya Kak Vano dia lebih tahu dibanding kita."
"Tapi dia mirip Vano"
"Iya, bahkan gerak, suara dan cara bicaranya sangat mirip dengan Vano. Hanya satu yang berbeda ......
perasaannya padaku""Sebaiknya kamu kenalan lagi dama kak Vin."
Rani mengangguk, ia pun menghampiri Vin. Rani menghela nafas berat lalu menyodorkan tangannya untuk berkenalan "hay.. aku Rani sahabatnya Faira."
"Oh.. gue Vin temennya Faira."
"Oh hay Vin, maaf ya tadi di tinggal sebentar karena ada sesuatu, hehehe.."ujar Rani cengengesan seperti biasa.
Vin tersenyum lalu melepas jabatan tangannya dan mengobrol bersama mereka berdua. Rani sesekali melihat ke arah Faira saat mengobrol.
"Faira... aku yakin dia Vano bukan Vin" batin Rani.
"Dia Kak Vano benarkan Rani?"batin Faira.
"Aku tahu dia Vano karena aku... pernah mencintainya bahkan sampai sekarang"batin Rani lagi.
"Rani... apa kau baik? Dia bukan Kak Vano tapi Kak Vin" batin Faira.
***
Wouw.. dua karibmencintai orang yang sama dari dulu pula bagaiman kelanjutannya? Tetap setia sama cerita ini sampai jumpa...
Kalau suka jangan lupa kritik, saran, komentar, vote dan share juga ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Penyampai Rasa
Teen FictionDiam dan membisu hanya itu yang bisa dia lakukan.