Ink-13

19 2 1
                                    

Faira menjatuhkan tubuhnya di putaran ke tiga belas, tubuhnya sudah bergetar kakinya sudah tidak kuat lagi berlari, keringat sudah bercucuran dan suhu tubuhnya sudah naik, wajahnya memerah karena itu.

"Dua.. putaran.. lagi.. aku tidak sanggup.. ini sangat melelahkan.. aku tidak sanggup lagi.. aku lelah.."

Faira mendongakan kepalanya ketika melihat uluran tangan, ia melihat Vin mengulurkan tangan dan itu untuknya.

"Capek?  Sama, tinggal dua putaran lagi iyakan?" Kata Vin tersenyum.

Faira menerima uluran tangan Vin, dia pun berlari disamping Vin.

"Lain kali lo gak usah dengerin si Juna, kadang.. dia itu suka aneh.. kadang baik kadang... bikin naik darah.. tapi dia baik.. tenang aja.. dia udah kayak kakak sendiri.. buat gue... maaf ya kalau dia kasar.. atau apa sama lo karena Juna gak terlalu mudah percaya sama orang baru.., tapi gue percaya sama lo.." panjang Vin tersenggal-senggal.

Faira tersenyum, ia mengangguk-anggukan kepalanya mengerti lalu secara tiba-tiba semangatnya seakan tercharger ulang, larinya jadi cepat bahkan bisa meninggalkan Vin di belakang. Melihat itu Vin hanya tertawa dan bingung sendiri.

"Apakah di dunia ini orang-orang tidak bisa berhenti membuatku bingung?" Batin Vin dalam tawanya.

Tring... tring...tring..

Waktu istirahat sudah tiba, Faira menunduk berusaha mengendalikan detak jantungnya yang tidak beraturan, wajah gadis itu sangat merah karena panas dalam tubuhnya yang naik drastis, keringat tidak berhenti keluar dari pori-pori kulitnya.
Vin datang membawa dua gelas es teh lemon dingin spesial untuknya dan Faira.

"For you!"

Faira hanya tersenyum lalu segera mengambil sedotan dan menghabiskannya dalam beberapa detik saja, Vin terdiam melihat cara minum Faira yang mengejutkan tapi sedikit lucu siapa sangka gadis yang sangat pemalu dan tertutup itu tidak mampu mengendalikan dirinya ketika dalam keadaan tertentu, tapi dia juga manusia siapa manusia yang sempurna di dunia ini, sehebat apapun dia, seelok apapun dia tetap saja akan ada kurangnya.

"Mau lagi?" Tanya Vin mrnyodorkan gelas es tehnya yang masih utuh.

Faira menggelengkan kepalanya, ia tahu itu milik Vin dan dia juga tahu Vin sedang merasakan apa yang dia rasakan saat ini.

Faira menempelkan pipinya ke meja, dia merasakan dingin menyentuh pipinya, meja kayu itu ternyata dingin.Vin hanya menyunggingkan senyuman sambil memperhatikan Faira.

"Andaikan saja yang di depanku ini Mega.. mungkin aku.."

"Vin..."

Vin menoleh ternyata itu Wino dan Mega, ya, Mega. Entah kenapa gadis itu sering bergabung dengan Wino dan Juna ketika Vin tidak ada, Vin mengedarkan pandangannnya mencari seseorang.

"Kemana aja lo twins?" Tanya Wino duduk di samping Vin.

"Ini siapa?" Tanya Mega menunjuk Faira yang tertidur.

"Faira" singkat Vin.

"Faira? Si.. mm.. si... si gasing ya?" Tanya Mega lagi.

Vin mengangguk, Mega pun duduk di samping Faira dan menyimak obrolan Wino dan Vin.

"Di hukum."

"Kenapa? "

"Telat masuk kelas.."

"Kok bisa? Si Juna mana? Dia juga gak balik-balik ke kelas kirain sama lo."

"Iya? Padahal gue mau nanyain dia sama lo."

"Ah dasar tuh anak, kalau udah ngilang,  bagai di telan bumi.."

Sementara Vin dan Wino mengobrol, Mega memperhatikan Faira yang ternyata tertidur.

"Jadi selama ini yang udah jauhin Vin dari Cs nya dia ya, si gasing jenius yang diamnya bikin kesel orang, beruntung juga ternyata lo.. setelah kenal Vin lo mulai di anggap sama sekolah, miris juga sih sebelumnya lo suka sendiri, dijauhin bahkan gak dihargain. Ok, kita liat aja siapa yang bakalan menangin Vin.. tapi gue yakin lo bakalan kalah telak dari gue.. because i'm beautiful girl... you know.." Mega tersenyum meremehkan.

"Iya kan Ga?"tanya Wino.

Mega mengangguk meski sebenarnya ia tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Vin dan Wino. Vin hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sorry, gue.. gue lain kali bakalan ajak kalian, sorry and gue gak ada apa-apa sama Faira dia cuman temen biasa, kayak... gue sama Mega.." lirih Vin di kalimat terakhir.

Mega membeku, entah apa yang ada dipikirannya sekarang ini.

Semenjak itu Faira, Vin, Mega, Wino dan Juna selalu bersama kemana-mana pasti berlima. Juna juga sekarang biasa saja pada Faira, ia tidak minta maaf atau merasa bersalah sedikit pun pada Faira, sikap cuek dan dinginnya memang sudah ada sejak lama jadi tidak aneh.

Faira juga tidak banyak murung lagi, senyuman merekah setiap bersama mereka meski terkadang merasa tidak nyaman dengan tatapan tidak suka yang di tunjukan Juna dan Mega.

"Sepanjang aku mengenal Vano dia akan membuatku bahagia meski hatinya sedang berduka, Vin.. apa yang telah kamu lakukan padaku sama seperti yang dilakukan Vano dahulu padaku, dia selalu menjagaku dan menjauhkan aku dari kesedihan."

***

Terus ikuti kisah Faira dkk ya, terima kasih sudah setia membaca ceritaku. .

Maaf bila banyak typo bertebaran
Jangan lupa vomen, krisar, dan share ya..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tinta Penyampai RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang