Faira perlahan mundur, ia tidak mau bertemu dengan Vin ia merasa sangat malu tapi tiba-tiba Faira terjatuh sampai menimbulkan suara. Vin transit dan melihat Faira sudah terduduk.
"Lo?" Tanya Vin.
Faira langsung menunduk, merasa kedua pipinya mulai panas.
Vin berdehem lalu mengulurkan tanganya untuk membantu Faira berdiri tapi Faira tak melihatnya karena dia masih menunduk. Akhirnya Vin ikut duduk dan menatap Faira dalam.
"Lo gak papa?" Tanya Vin.
Faira menggelengkan kepalanya sambil masih menunduk, Vin menghela nafas berat lalu memegang dagu Faira agara dia menatap mata saat di ajak bicara.
"Ka..." kalimat Vin terhenti ketika matanya dan mata Faira bertemu, pikiran Vin kosong saat itu yang ada hanya kalimat "dia cantik" saat itu.
Faira membuang muka membuat Vin sadar dari lamunannya "ss sorry gue.. ekhem.. gue cuman mau bilang kalau di ajak ngobrol itu liat mata, tapi lupakan oh ya lo gak papa?" Tanya Vin.
Faira mengangguk membuat Vin menghela nafas berat dan tidak mengerti dengan Faira.
"Nama lo siapa? Dan kenapa lo gak ngomong sama gue?"
Faira kaget karena Vin sedikit meninggikan suaranya, Faira langsung sadar selama ini Vin mungkin salah faham padanya.
"Apa jangan-jangan.."
Faira menatap mata Vin dengan perasaan sedikit merasa takut tapi tiba-tiba bel berbunyi membuat Vin dan Faira menoleh ke arah gerbang belakang sekolah.
Vin membuang muka pada Faira dan meninggalkan Faira sendirian di belakang. Kejadian itu membuat Faira merasa bersalah, dia pun memiliki rencana untuk meminta maaf pada Vin tanpa harus menemuinya dan membuatnya kesal.
Faira merobek bukunya dan mulai menulis di kertas itu, Faira sangat berharap Vin mengerti dan mau memahami keadaan Faira tapi satu hal yang tidak ia tahu.
Keesokannya Faira menunggu kedatangan Vin ke kantin, untuk pertama kalinya Faira memasuki kantin makannya Bi Asih yang menjaga kantin tidak tahu tentang Faira. Melihat Faira yang duduk termenung sambil memegang kertas putih Bi Asih penasaran pada gadis itu.
"Neng?"
Faira menegak lalu tersenyum "siapa ya dia?"
"Mau beli apa? Kok sendirian? Temennya mana?" Tanya Bi Asih berturut-turut.
Faira membuka mulut namun belum sampai mengucapkan huruf seseorang memanggil Bi Asih.
"Aduh neng maaf nanti bibi ke sini lagi ya.."
Faira menutup kembali mulutnya dan tersenyum sambil mengangguk. Sesaat kemudian Faira melihat Vin dan Wino duduk di bangku yang berjarak tiga meja darinya.
"Dia itu.. apa benar itu dia? Apakah mataku tidak salag lihat? Tapi dia sama dengannya aku.. aku yakin dia adalah orang yang selalu membuatku bahagia."
Vin berdiri dan pergi, tentu saja Faira langsung mengikutinya dengan langkah perlahan agar tidak mengeluarkan suara. Di perjalanan Faira berhenti mengikuti Vin ketika segerombolan siswi-siswi menghampiri Vin.
"Tapi sekarang dia berbeda.."
Setelah mereka pergi Faira kembali mengikuti Vin sampai ke ruang loker, di sana Faira melihat Vin membuka loker nomor 14 Faira kemudian mengangguk-angguk dan kemudian bersembunyi.
"Apa dia sudah pergi?"tanya Faira dalam hati.
Faira mengintip dari belakang tembok dan melihat lorong loker sudah kosong, Faira pun melaksanakan aksinya dengan cepat kemudian segera pergi dari sana sebelum orang lain datang, namun ternyata Faira tidak cukup pintar. Sedari awal Vin menyadari keberadaan Faira dan Vin sengaja membiarkan Faira mengikutinya sampai ke lorong loker.
"Ternyata dia sama saja dengan yang lain.." gumam Vin tersenyum kecil.
***
Kira-kira apa yang dilakukan Faira? Dan apa yang ditulis di kertas itu oleh Faira? Ikuti terus kisah mereka..
See you..
Jangan lupa vomennya ya..
Bye..
Thanks for read..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Penyampai Rasa
Dla nastolatkówDiam dan membisu hanya itu yang bisa dia lakukan.