PART. 6 - NIGHT CLUB SENSATION.

16K 1.2K 70
                                    

WARNING: MATURE CONTENT 🥵

Written by CH-Zone
Revised by. Sheliu.


Sudah semakin larut tapi rapat yang sudah dilakukan sejak siang itu masih belum juga selesai dan itu membuat Noel mulai jenuh. Sudah menyelesaikan tahun terakhir kuliahnya, ayahnya seolah tidak ingin memberinya jeda untuk sekedar liburan dan langsung menuntutnya untuk menjalani salah satu perusahaannya sebelum menjadi penerus utama.

"Aku ingin kau menetap di Melbourne," tukas Wayne tanpa perlu melihat ke arah Noel.

"Menetap disana? Untuk apa?" tanya Noel dengan nada tidak suka. Rasa jenuh membuat suasana hati mulai memburuk terutama jika hasil akhir rapat selalu berujung dengan perintah tanpa konfirmasi seperti tadi.

Wayne menoleh dan menatapnya tajam. "Bukankah sudah kukatakan jika itu adalah cabang baru yang perlu kau urus dari awal sampai berkembang? Itu adalah ujian penentu sebelum kau memegang semuanya."

"Ada yang namanya teknologi dimana aku bisa mengurus segala hal kapanpun, dimanapun, dan dalam waktu apapun," balas Noel tanpa ragu.

"Aku ingin kau hadir dan terlibat dalam setiap urusannya, termasuk stok kopi dan teh untuk staff jika perlu," sahut Wayne ketus sambil memberi ekspresi tidak ingin dibantah.

Noel menggertakkan gigi dan tidak sengaja melihat ke arah Joel yang tampak menahan senyuman geli disana. Sudah pasti orang itu menjadi paling senang karena ada yang menemaninya sekarang, batin Noel kesal.

"Kurasa kau tidak perlu melakukan hal seperti itu, Dad. Kau tahu jika aku sangat mampu untuk melakukan semuanya tanpa perlu hadir, bukan?" ujar Noel sambil kembali menatap ayahnya dengan ekspresi tidak suka.

"Apa kau bermaksud untuk menolak perintahku, Emmanoel?" balas Wayne dingin.

"Aku memang adalah putramu tapi bukan pelayanmu. Aku sudah sangat cukup umur untuk menjadi dewasa dan memiliki hak untuk menentukan apa yang perlu kulakukan," tukas Noel tegas.

Kini, ekspresi Joel tertegun dan melirik pada Wayne yang memberi ekspresi biasa saja seolah tidak mendengar apapun disana. Bahkan, sorot matanya tampak begitu teduh dan seolah tidak terganggu dengan Noel.

"Aku tahu jika putraku sudah dewasa dan sangat mampu untuk membalas ayahnya seperti ini. Aku hargai keberanianmu karena itu berarti kau tahu bagaimana caranya menyuarakan pikiran dan membela dirimu," ucap Wayne kemudian.

"Baguslah jika kau mengerti," balas Noel datar.

Wayne menyeringai dan menoleh pada Joel. "Kalau begitu, percepat urusannya, El. Aku ingin dia segera angkat kaki dari sini dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Bekukan semua kepentingannya, termasuk otoritas yang dimilikinya selama waktu yang kutetapkan."

Noel membelalakkan mata sambil beranjak dan menatap Wayne dengan wajah yang sudah memerah dan kedua tangan yang mengepal kuat. "Apa yang kau lakukan, Dad?'

Wayne kembali menatapnya dan tersenyum sengit membalas ekspresi kemarahan yang ditampilkan Noel. Dengan santai, dia bersandar di kursi dan menyilangkan kaki tanpa mengalihkan tatapan seolah menantang Noel saat ini.

"Aku melakukan apa yang sangat perlu kulakukan saat ini. Dan kuyakin kau tahu apa maksudku, jadi ada lagi yang ingin kau layangkan sebelum rapat ini berakhir? Aku akan meluangkan waktu satu menit lagi untukmu," ucap Wayne tajam.

Noel hendak membalas tapi Joel sudah mengambil alih pembicaraan dengan intonasi suara tenang disana.

"Beri Noel sedikit waktu untuk berpikir, Uncle. Kau tahu jika dia masih muda dan keputusan seperti ini cukup berat untuk diterima," ujar Joel yang kini membuat Wayne menoleh padanya.

UNSTOPPABLE PLAYER (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang