Two years later...
Di setiap serangannya, Vanessha mengerahkan seluruh tenaga untuk menendang dan melakukan tendangan lutut kepada samsak yang ada di hadapannya. Semakin kuat di setiap pukulannya. Dengan sorot mata tajam dan keringat yang bercucuran, serangan demi serangan dilakukan pada samsak yang menjadi target pukulan dan tendangannya.
Hampir dua jam, Vanessha berlatih di arena latihan dengan sebuah samsak merah yang tergantung untuk melatih pukulan sebagai bentuk pertahanan diri agar menjadi wanita yang mampu melindungi dirinya sendiri. Thai boxing adalah pilihan Vanessha.
Latihan diakhiri dengan sebuah teknik tendangan udara dimana Vanessha memutar tubuh dengan kaki kanan yang terangkat dan menendang telak pada samsak itu hingga terpelanting ke samping. Samsak itu mengayun kasar di atas gantungan dan Vanessha segera menangkapnya untuk menghentikan ayunan.
Kemudian, dia membungkuk dan mendaratkan dua tangan di lutut sambil bernapas terengah dan menenangkan diri selama beberapa saat. Menegakkan tubuh, Vanessha segera melepas kain panjang yang melilit pada tangan hingga pergelangan tangan untuk melindungi tangan dan menghindari pergeseran tulang.
"Mau sampai kapan kau berlatih seperti itu?" tanya Alena yang datang dari arah belakang dan Vanessha spontan menoleh.
"Sejak kapan kau datang?" tanya Vanessha serak. Dia berdeham pelan dan berjalan ke sudut arena untuk mengambil air mineral lalu meneguknya.
"Sekitar setengah jam yang lalu," jawab Alena sambil menatap sekelilingnya dengan penuh penilaian.
Sudah dua tahun terakhir ini, Alena aktif di dunia modelling dan menjadi salah satu model untuk desainer ternama di Milan. Dia baru saja pulang dari jadwal fashion show-nya.
"Dimana Ashley?" tanya Alena kemudian.
"Mungkin sudah pulang," jawab Vanessha sambil menyeka keringat dengan handuk kecilnya dan mulai membereskan tasnya.
"Untuk apa kau masih berlatih tinju padahal kita bertiga sudah lulus beladiri sejak remaja?" tanya Alena dengan ekspresi meringis saat melihat penampilan Vanessha yang begitu berantakan dan basah karena berkeringat.
"Untuk mengisi waktu luang," jawab Vanessha seadanya.
Meski sebenarnya, tujuan utama Vanessha adalah menghajar para mahasiswi yang berusaha mengusik, menghina, bahkan mengerjainya. Dia tidak mengerti kenapa tindakan pembullyan masih terjadi saat ini dan tidak tahu kenapa dirinya kerap kali menjadi target sesama wanita yang ingin membuatnya terlihat buruk.
Membekali diri dengan beladiri, Vanessha sempat menghajar beberapa orang yang dengan sengaja menukar bahan utamanya di dapur kampus. Meski mendapat diskors dan menerima hukuman dari ayahnya karena bertindak anarkis, Vanessha tidak merasa perlu bersalah atas apa yang terjadi.
Bahkan, minggu lalu, dirinya sempat menusuk tangan dari salah satu guru chef yang berniat melecehkannya. Mengingat hal itu membuatnya menggeram kesal dan tentu saja, dia kembali mendapat hukuman sementara guru itu dipecat.
"Apa wanita sialan yang bernama Sharon masih mengerjaimu? Jika ya, aku sangat mampu untuk membantumu menghancurkan wajah jeleknya itu," celetuk Alena dengan nada tidak suka saat menyebutkan salah satu nama yang pernah mengerjai Vanessha hingga Alena dan Ashley merasa perlu turun tangan.
"Dia tidak akan berani untuk melakukan apa-apa," ujar Vanessha sambil turun dari arena dan berjalan keluar dari ruang latihan diikuti Alena yang berjalan disisinya.
"Lalu apa yang kau lakukan sampai kau harus dirumahkan seperti ini?" tanya Alena bingung.
"Seorang guru melecehkanku dan aku menusuk tangannya," jawab Vanessha sambil memberikan senyuman bangga dan melihat reaksi Alena yang sama bangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTOPPABLE PLAYER (REVISI)
RomanceUnstoppable Player (Revised) Eagle Eye series #3: Blackjack. The story of Noel and Vanessha. Dua insan yang sudah mengenal sejak lahir oleh karena persahabatan ayah mereka. Noel, seorang player yang menjadi cinta pertama dari seorang Vanessh...