PROLOGUE

99.4K 3.5K 86
                                    

Seumur hidupku, aku tidak pernah benar-benar merasakan kebebasan untuk menjalani kehidupanku. Dibesarkan dalam pengawasan ketat dan hidup dibawah kendali, aku menjadi terkekang seperti dipenjara.

Kupikir selamanya akan seperti itu karena memiliki seorang ayah yang dominan dan ibu yang penuh perhatian namun tegas. Meski terpisah jarak, ada banyak mata yang mengawasi pergerakanku dan mereka bisa mengetahui apapun yang kulakukan bahkan belum sempat kulakukan. Jika aku melakukan sesuatu diluar batas keinginan orangtuaku, maka aku akan dieksekusi mati.

Namun, aku tidak peduli.

Aku sudah terlalu lama untuk dikekang. Aku bukanlah anak kecil dan memiliki hak untuk menjalani kehidupan di masa mudaku. Seolah menentang semua aturan ayahku, aku tidak mempermasalahkan dan menerima semua yang ditawarkan oleh pria rupawan yang sedang bekerja memuaskanku di bawah sana.

Dengan pria itu, aku memutuskan untuk melakukan sedikit perubahan dalam hidup dengan cukup berani dan liar. Aku tidak akan menyesal membiarkan seseorang yang sudah kusukai sejak dia mengajariku bagaimana berkuda dengan sabar dan senyuman hangat yang selalu dia berikan padaku.

Menarik napas sekuat tenaga dalam menahan setiap gejolak yang seolah membakar sekujur tubuhku saat ini, eranganku teredam karena mulut yang tertutup lakban dan berusaha menggeliatkan tubuh dengan gelisah tapi sia-sia karena dua tanganku terikat diatas kepala.

Dengan dua kaki yang dilebarkan, ada satu kepala yang bergerak naik turun dengan teratur diantara dua kaki dan dua tangan yang sedang meremas bokongku disaat yang bersamaan. Aku sudah tidak sanggup menerima sentuhan yang tidak pernah kuterima selama ini. Dengan napas yang memburu, degup jantung yang bergemuruh, kepalaku sampai terkulai ke belakang sambil memejamkan mata untuk menikmati semuanya. Oh, dear...

Liukan lidah yang hangat bergerak liar di klitoris, kemudian memutar berirama dengan ritme yang cepat dan sukses membuat diriku hanyut dalam setiap getaran hebat yang menguar dari tubuhku. Eranganku masih teredam dan mungkin saja aku bisa berteriak jika mulutku terbuka.

Kepalaku semakin pening, mataku memejam lebih erat, tidak kuasa menahan desakan hebat dengan reaksi tubuhku saat ini. Pikiranku terus tertuju pada setiap sentuhan lidah yang masih mengeksplorasi titik sensitifku yang begitu rapuh dan membuatku serasa ingin meledak.

Dan saat aku merasakan bibir itu menyesap dan mengisap tubuhku dengan keras, aku luluh lantah dengan dentuman hebat yang mengentak kasar dan memberatkan napas bersamaan dengan mata yang tidak mampu terbuka oleh serangan hebat yang mendera. Aku bahkan mengangkat pinggul seolah mendesakkan diri untuk menuntut lebih dari apa yang kurasakan saat ini.

Tubuh yang tadinya bergetar hebat kini melemah, aku yakin jika tidak mampu berjalan karena kedua kakiku terasa seperti jelly. Sensasi itu mereda dan berganti dengan rasa lemas tak berdaya meski masih gemetar dan aku sepenuhnya berkeringat. Liukan lidah itu berhenti dan kurasakan kecupan tepat di paha kananku.

Dengan napas yang masih memberat dan degup jantung yang masih bergemuruh di dalam sana, aku membuka mata dengan perlahan dan mendapati wajah rupawan yang tersenyum padaku. Dengan perlahan, dia membuka lakban yang menutup mulutku dengan hati-hati.

"Ah," erangan itu keluar begitu saja saat mulutku terbebas dari perekat itu.

Wajahku memanas saat membalas tatapan penuh hasrat dari pria yang baru saja bekerja dengan lidahnya di tubuhku.

"Kau sangat cantik, Sayang," bisiknya dengan suara menggoda lalu menciumku dengan bernafsu.

Aku menyukai bibirnya dan caranya menciumku terasa begitu benar. Setiap lumatan dan hisapan, juga lidahnya yang terampil meliuk liar dan menguasai mulutku, memberi rasa candu yang membuatku menginginkannya. Aku menginginkannya. Sangat.

"Kau adalah milikku dan hanya aku yang berhak untuk menyentuhmu, apa kau mengerti?" tegasnya di sela-sela ciumannya.

"Aku bukan milikmu," balasku serak.

Menyudahi ciumannya, dia mengulum senyum licik sambil menatapku tajam. Dua tangannya menangkup pipiku, ekspresinya penuh kendali seakan menegurku dengan penuh otoritas yang sukses membuat instingku mengatakan jika dia adalah berbahaya.

"Jangan membantah atau aku akan menghukummu dengan cara yang tidak normal," ancamnya.

Nada suaranya begitu lembut tapi terdengar seperti otoritas yang harus kuturuti. Kendali yang dia mainkan saat ini mengingatkan pada ayahku yang selain dominan, juga adalah seorang diktator. Yang membedakan adalah aku tidak merasa takut melainkan merasakan adanya semburat kehangatan yang melingkupi diri saat membalas tatapannya yang menyakitkan.

"Kenapa aku harus melakukannya?" tanyaku dan mengerang pelan saat merasakan tangan besarnya mulai memainkan sepasang payudaraku dan memainkan putting.

Oh dear, ini terasa nikmat sekali. Napasku sukses memburu kasar sekarang.

Dia masih menatapku tajam dengan dua tangan yang semakin semangat dalam memainkan reaksi tubuhku dan terlihat begitu puas melihat respon yang kuberikan.

"You're my slave and I'm your owner. So, kneel before me and serve me," bisiknya kasar sambil melepas ikatan yang ada ditanganku.

Seketika itu juga aku merasa tubuhku terangkat dan dia membuatku berlutut tepat di hadapannya yang menjulang tinggi, membuat posisi kepalaku berhadapan dengan tubuhnya yang menegang, keras, dan begitu kokoh disana.

Dia membelai kepalaku, lalu tiba-tiba menjambak rambutku dengan gerakan menarik ke belakang hingga membuatku mendongak menatapnya yang tampak begitu mengintimidasi.

"Puaskan aku, Sayang," perintahnya.

Mengerjap cepat, aku seolah tenggelam dalam pikiran yang dipenuhi oleh kegilaanku saat ini. Bukankah ini yang kuinginkan? Menikmati kebebasan di masa muda, merasakan kehidupan yang liar, melepaskan diri dari kekangan, dan berhak melakukan apa saja. Aku bukanlah anak kecil yang terus diatur dan menuruti keinginan ayahku terus menerus, sebab aku bukanlah gadis baik-baik dan merasa berat dengan predikat baik seperti itu.

Dengan berani, aku membalasnya dengan tatapan penuh tekad sambil memberikan sedikit senyuman menggoda, kemudian mendekatkan bibirku pada ketegangan yang tepat di depanku tanpa mengalihkan tatapanku padanya, lalu membuka mulut untuk mengeluarkan lidah dan memberi satu liukan tepat di atas kepala ketegangannya yang sukses membuatnya mendesis penuh tuntutan dengan geram disana.

"I'll do as I'm told, Sir," ucapku. 



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Di tahun baru ini, biar CH-Zone bisa mengalihkan hal yang nggak diperlukan, jadinya dia mutusin untuk revise cerita ini bareng aku.
Meski cerita ini agak capek buatku, tapi aku iyain aja karena aku percaya kalau beliau bisa lakukan hal ini dengan baik. 😊

So, kuharap kalian ikut senang dan apa kalian bersiap untuk 'capek'?😂

It's getting hot here, Baby.
Come to rescue me.🥺

10.01.23 (17.00)

UNSTOPPABLE PLAYER (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang