04

13.9K 1.6K 54
                                    

Hal yang tidak pernah Sonhee lakukan ketika hari libur adalah bangun pagi. Ia beralasan kalau sekolah dari pagi hingga malam membuat tubuhnya remuk. Seperti batu bata saat terlindas mobil; katanya.

Tapi di hari minggu ini—tepat pukul enam pagi—ia terbangun karena Jungkook. Laki-laki itu terus menggangu tidurnya. Melempari jendela Sonhee dengan batu kerikil puluhan kali.

Sonhee sendiri sebenarnya malas untuk memotong mimpinya. Lebih baik mengabaikan Jungkook saja, tapi tak ingin membiarkan kekasihnya mati kepanasan di luar. Kasihan.

“Apa maumu, sih? Kau tahu, aku tidak suka bangun pagi saat libur begini.” Sonhee melirik Jungkook sengit. Seolah meluapkan emosinya lewat mata.

Gadis itu rencana ingin melanjutkan tidurnya setelah menutup pintu kamar. Tapi Jungkook bilang, “Kau membuang waktumu hanya untuk tidur, Sayang. Ayo olahraga saja.”

Sonhee lantas melotot tak terima. Apa-apaan dia bilang?

Jungkook sudah mengganggu mimpinya bertemu dengan youtuber terkenal dari Indonesia. Kemudian masih membantunya masuk diam-diam lewat pintu belakang agar tak ketahuan ibu dan ayah yang sedang melakukan sarapan paginya. Dan sekarang, laki-laki itu masih mengajaknya untuk olahraga.

Ralat. Itu sama saja sebuah pemaksaan.

Perdebatan mereka berjalan setengah jam dengan suara yang menyerupai bisikan—sangat pelan. Tapi daripada Sonhee tertular gila, gadis itu akhirnya mengalah. Mengganti piyama bergambar bintang dengan baju ketat bergambar tiga garis yang membentuk simbol segitiga pada pojok kanan di atas dada. Lalu mengenakan legging untuk bawahannya.

“Sekarang apa?”

Jungkook menggigit bibir bawahnya. Laki-laki itu jelas sedang berpikir di mana lokasi yang tepat untuk olahraga sepagi ini. Semenit kemudian ia menjetikkan jari, “Bagaimana kalau lari mengelilingi komplek rumahmu?”

Sonhee reflek merotasikan bola matanya. “Maksudku ... sekarang kau pikirkan, bagaimana cara kita keluar tanpa ibu dan ayah tahu,” katanya. “Bisa tidak, sih, buang sifat bodohmu itu.”

Sarkasme. Mereka berdua sering melakukan hal itu. Jadi mereka sama sekali menganggap itu hanyalah gurauan.

“Kita ‘kan bisa lewat pintu belakang seperti tadi, Sayang. Kalaupun tahu, tinggal kau jawab saja ‘kita akan berolahraga pagi ini’. Mudah, bukan?”

Sonhee merasa menyesal telah memasang telinganya hanya untuk mendengar arahan yang sialnya tak bermutu. “Kau tidak dengar suara piring sedang beradu, ya? Ibu sedang mencuci piring saat ini, otomatis kita akan ketahuan. Dan ... kau bilang apa? Kita akan berolahraga pagi ini? Sialan. Ayah dan ibu akan berpikir, kau menginap di kamarku seharian.”

Jungkook menyengir. Tak berguna juga, ya, aku ternyata? Laki-laki itu membatin.

Lima menit keheningan mengurung kamar minimalis milik Sonhee. Jungkook berdiri menyandarkan punggungnya pada lemari pakaian. Sedangkan Sonhee duduk di bibir ranjang sambil menggigit kuku jarinya. Sama-sama saling berpikir.

Hingga saat jarum jam menunjuk angka tujuh, keduanya meluruskan badan karena suara ketukan pintu. “Sonhee, kau sudah bangun?” Sonhee dan Jungkook saling menatap. “Ibu tahu kau sudah bangun. Tirai jendelamu terbuka, Ibu sudah menyiapkan sarapanmu.” Lalu derap langkah sang ibu semakin menjauh.

Kedua insan itu membuang napasnya berbarengan.

“Kau membuat mingguku semakin rumit, tahu.”

Jungkook melirik; merasa bersalah. Laki-laki itu mendekat, duduk di bibir ranjang—tepat di sebelah Sonhee. Mengatakan maaf tiga kali sampai Sonhee mengangguk sambil tersenyum. “Tidak apa, Jeon. Kau ‘kan tahu, aku tidak bisa marah. Yah, hanya sedikit kesal. Tapi sedikit, kok.”

Sonhee mendekatkan tubuhnya. Memeluk Jungkook dari samping seraya menghirup aroma parfum yang berbeda dengan parfum yang dulu sering Jungkook kenakan. Tapi Jungkook meyakinkan kalau ia sama sekali tak mengganti parfumnya ketila Sonhee bertanya.

“Tidak jadi olahraga?” Sonhee melepaskan pelukannya. Tersenyum kecut melihat Jungkook yang tersenyum jahil padanya.

***

Sonhee menyeka keringatnya. Satu kali putaran sudah membuat tubuhnya dingin dengan keringat di mana-mana. Kakinya pun sedikit kebas lantaran Jungkook terus memaksanya untuk berlari.

Setelah berpikir lama di dalam kamar, akhirnya Sonhee memutuskan untuk turun ke bawah. Memakan sarapan yang telah ibunya buat dengan rasa cinta di dalamnya. Lalu gadis itu beralasan untuk olahraga karena tubuhnya membutuhkan itu.

Sedangkan Jungkook. Laki-laki tampan itu memilih untuk keluar mengendap-endap saat Sonhee mengalihkan perhatian kedua orang tuanya dengan cara mengajak berfoto di ponsel baru sang ayah.

“Dua putaran lagi, Princess. Setelah itu kita istirahat.”

Sonhee tersenyum, “Panggilan baru untukku lagi, nih?”

Sebenarnya Jungkook kerap memanggil Sonhee sekenanya. Apapun yang penting bukan ‘sialan, bodoh, atau gila’ seperti panggilan Sonhee untuk Jungkook.

Jungkook meraih lengan Sonhee yang duduk di pinggir taman. “Aku lelah, Jeonie.”

Jungkook menahan senyumnya. Sudah lama sekali Sonhee tak memanggilnya begitu. Walaupun ia tahu kalau gadisnya serius mencintainya, namun tidak menunjukkan secara terang-terangan kepadanya.

“Satu kali lagi. Janji,”

Sonhee akhirnya pasrah. Mengalah lagi. Setelah membenarkan tali sepatunya, gadis itu menyusul Jungkook untuk berlari.

———

Jangan serius-serius bacanya. Ntar nyesek, lho.

-26 November 2018

JEON JUNGKOOK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang