09-END

14.6K 1.4K 93
                                    

Jung Sonhee

Taehyung benar-benar menjemputku pagi ini. Hari liburku yang sia-sia. Seharusnya aku bisa memanfaatkan waktu liburku untuk tidur dan menjelajahi alam mimpi yang lebih baik dari dunia nyataku. Tapi aku merelakan tidur panjangku sehari ini hanya untuk tantangan bodoh yang kami mainkan.

“Mau sarapan dulu?”

Aku mengangguk. Lagi pula, siapa yang mau menolak makan gratis? Perutku sedari tadi juga minta diisi, tapi aku malu untuk mengatakannya.

Sebenarnya ini aneh. Aku bukan tipe orang yang mudah bersosialisasi. Susah akrab dengan orang lain, apa lagi laki-laki. Tapi aku seperti sudah kenal lama dengan Taehyung. Bahkan tidak canggung sama sekali. Meskipun terkadang aku malu jika harus memulai pembicaraan lebih dulu.

Kami berhenti di kedai pinggir jalan yang kebetulan sering aku dan Jungkook kunjungi setahun lalu. “Kau tahu tempat makan favoritku, Taehyung.”

Aku menuruni mobil lebih dulu, lalu disusul dengan Taehyung sambil memakai jaketnya setelah mengunci mobil. “Aku juga suka makan di sini, kok,” jawabnya bersamaan dengan mendaratnya bokongku pada kursi.

“Aku mau ramyeon saja, deh.” Taehyung mengangguk. Kemudian dia memesan beberapa makanan untuk kami. “Sebenarnya kau mau mengajakku ke mana, sih, Taehyung?” tanyaku penasaran. Sebab Taehyung sama sekali tidak memberitahuku dan aku pun lupa untuk bertanya dari awal.

Taehyung meletakkan ponselnya. “Ke suatu tempat. Kau akan tahu nanti, Hee,” katanya. Aku menatap Taehyung lekat. Mencoba mencari titik kecurigaan di matanya, namun tidak ketemu. Lelaki di depanku ini terlalu tenang. Atau mungkin memang tidak berniat macam-macam. “Aku tidak akan menculikmu, kok. Tidak perlu takut, sungguh.”

Apa? Jadi Taehyung bisa membaca pikiran orang, ya?

Kami sama-sama terdiam. Taehyung terlihat sangat fokus dengan ponselnya. Lalu aku mengambil ponselku dari tas selempang. Aku mencoba mengirim pesan lagi untuk Jungkook.

Jungkook, kau tidak apa-apa, kan? Kau sakit? Kenapa tidak bilang? Tolong segera kabari aku jika sudah membaik, ya.

Aku mengirimkan sebuah pesan untuknya. Kemudian aku diam sejenak. Aku mengetik beberapa kalimat lagi untuk mengakhiri pesanku pagi ini untuknya.

Aku merindukanmu.

Padahal itu pesan yang sering Jungkook kirimkan untukku. Sekarang aku percaya, karma itu memang ada.

Setelah hampir setengah jam kami tenggelam dengan dunia masing-masing, mata kami sama-sama beralih meninggalkan layar ponsel tatkala pelayan memberikan makanan yang kami pesan.
Dan selanjutnya, hanya suara dari dapur kedai ini yang terdengar.

***

Aku terbangun dari tidur ketika Taehyung menepuk pundakku.

“Sudah sampai?” Taehyung mengangguk. Ia turun lebih dulu karena aku masih harus memakai kembali bedak dan liptint yang wajib perempuan bawa.

Aku kemudian keluar dari mobil dan berjalan mengikuti arah Taehyung menghilang tadi. Aku menengok kanan dan kiri. Di sini sangat sepi. Mungkin malah tidak orang selain aku dan Taehyung. Hanya terdapat pohon sansuyu yang berdiri kokoh di dekitarku.

Lalu mataku tak sengaja menangkap seorang gadis yang aedang berdiri membelakangiku. Aku tak berani jamin kalau di benar-benar gadis, sih. Maksudku, bisa saja dia laki-laki tapi rambut panjangnya membuatnya terlihat seperti seorang gadis, kan?

Aku hendak melangkah untuk menghampirinya, tapi ia sudah lebih dulu berbalik ke arahku. Kami bertemu pandang. Sedetik setelahnya mataku mendelik saat tahu siapa yang berdiri di depanku. Jaraknya tak cukup jauh, jadi aku masih dapat melihat wajahnya dengan jelas.

JEON JUNGKOOK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang