05

12.5K 1.5K 53
                                    

Jung Sonhee

Ibu pernah bilang, "Hati-hati saat berjalan. Lihat siapa saja yang berdiri di sekitarmu. Karena semua orang bisa saja mencelakaimu."

Aku mendengus mengingat kata-kata itu. Dua tahun yang lalu. Dan sekarang betul-betul terbukti.

Aku hampir saja memasuki gerbang sekolah, sedikit berlari karena kelasku akan dimulai sebentar lagi. Well, sebenarnya aku tidak tahan, sih dengan jam pagi seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Kewajiban untuk murid kelas tiga memang begini. Dan saat ujung sepatuku berhasil menyentuh aspal, seseorang yang kupercayai sengaja menyenggol pundakku keras. Sialnya, dia sama sekali tak meminta maaf. Hanya menunjukkan ekspresi kagetnya, kemudian berlalu.

"Ada apa dengan lututmu?"

Jungkook bertanya, nyaris membuatku tersentuh karena raut kecemasannya begitu kentara.

"Apa sakit?"

Aku menggeleng, "Sedikit. Tapi tidak apa-apa, kok."

Aku melihat ke bawah. Tepatnya di bagian lututku. Ada sedikit debu yang menempel di pinggir lukaku. Darahnya juga mengering di sana. Padahal sudah kubersihkan dengan air dan tisu. Aku tidak bohong. Perihnya hanya sedikit, tapi rasa kesalku pada laki-laki yang menabrakku tadi benar-benar setinggi langit.

"Lain kali hati-hati, ya." Aku mengangguk. Aku mulai sedikit-sedikit paham tentang 'laki-laki idaman' yang sering Jungkook katakan.

Laki-laki yang hangat di sampingku ini tak pernah marah padaku. Disaat aku melakukan kesalahanpun, ia hanya memberi nasihat. Pernah marah, sih. Dan itu semua terjadi karena faktor kecemburuan. Untungnya aku belum sempat menyukai Jimin si murid baru waktu itu. Karena mengingat bahwa aku ini adalah milik Jungkook. Itu yang sering Jungkook katakan.

Aku mendongak, lantas mengernyit saat tidak ada Jungkook lagi. Dia pergi ke mana?

Namun lima detik setelah aku menjauhkan bokongku dari kursi di halaman sekolah, samar-samar aku melihat laki-laki bersurai cokelat gelap yang berjalan ke arahku. Aku tidak yakin apakah dia ingin mendatangiku. Tapi nampak dari matanya yang memandangku cemas.

Dan benar. Laki-laki itu memang datang padaku. Tangan kanannya menggenggam sebotol air mineral dingin. Sedangkan di tangan kirinya ada sebuah kapas dan obat merah.

"M-maaf karena telah menabrakmu. Aku serius tidak sengaja."

Alasan. Tadi saja dia hanya melihatku sekilas. Tidak minta maaf, bahkan tidak juga membantuku untuk berdiri.

"Namaku Kim Taehyung."

"Aku tidak ingin tahu siapa namamu. Tapi terima kasih telah memberitahu."

Kulihat ia tersenyum kaku. "Ah, ini untukmu. Sebagai permintaan maafku." Ia menyodorkan air mineral, kapas, dan obat merah yang tadi ia bawa.

Aku tak langsung menerima. Melipat kedua lenganku di depan dada seraya menahan perih karena meluruskan lututku. "Kenapa baru minta maaf? Tadi saja kau terlihat tidak begitu peduli, tuh."

Bodoh atau apa. Seharusnya aku menerima pemberiannya. Kemudian masalah selesai. Tapi sebaliknya, aku malah bertele-tele dan menciptakan masalah baru. Padahal 'kan dia sudah minta maaf.

Taehyung menghamburkan napasnya saat angin menerpa wajahku. Dia meletakkan barang yang ia bawa, lalu duduk tanpa memedulikanku yang sedang berdiri memunggunginya. Masih melipat kedua lenganku, aku bahkan tak bereaksi saat ia menyuruhku duduk.

"Pelajaran pertamaku adalah istrinya Pak Kim. Kau pasti hafal bagaimana dia. Aku hampir telat, makanya aku tak sempat membantu."

Kuputuskan untuk menyusulnya duduk. Memang, sih. Sifat negatif thinking yang ada dalam diriku tidak dapat dihilangkan. Itulah alasan kenapa Jungkook sering kesal jika aku mencurigainya.

Aku melipat bibirku ke dalam. Mengetukkan jari telunjukku pada bibir kursi lalu berkata, "Kumaafkan." Kataku akhirnya. Ayah tak pernah mengajariku untuk dendam pada orang lain. Kendati ia sering tidak memaafkan ibu dan berujung dengan pertengkaran. "Tapi jangan diulangi lagi, ya."

Aku ini bicara apa? Seperti anak TK saja.

Tapi Taehyung merasa tidak keberatan dengan ucapanku. Ia mengangguk antusias, lalu menyodorkan air mineralnya, lagi.

Aku menerimanya. Membalas dengan senyum seperti yang biasanya aku berikan untuk Jungkook. Dan aku tersadar. Lewat ekor mataku, aku dapat melihat samar ada yang memperhatikanku sambil berkacak pinggang.

Dia Jeon Jungkook.

---

-26 November 2018

ymowrite

JEON JUNGKOOK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang