Hiruk pikuk tepukan tangan memenuhi hanggar kala sebuah pasukan elit menapakkan kaki setelah turun dari pesawat tempur. Walau tampang mereka tampak lusuh dan lelah—bahkan beberapa ada yang terpaksa ditandu oleh kawan mereka—senyum kemenangan terus mengiringi langkah 10 anggota pasukan. Terkecuali pemimpin mereka yang dengan gagahnya berjalan di barisan paling depan namun tak mengulas raut bahagia maupun bangga. Gerombolan penonton tidak memandang sikap sang pemimpin dengan kecewa atau marah. Sebab memang sudah tabiatnya menjadi sosok dingin dan suram meski hatinya sedang penuh kebahagiaan.
"Kau benar-benar membuat rakyatmu bertekuk lutut kembali, Pangeran."
Senyumnya mengembang tipis; perpaduan antara lelah dan tidak peduli akan popularitasnya yang melejit, lantaran dia kembali dari medan perang dalam keadaan utuh.
"Heiii, kau benar-benar sombong ya?" lawan bicaranya tidak berhenti mengusik. Bukan bermaksud membuat kesal, hanya saja dia ingin sang Pangeran merasa bahagia hari ini. Mereka sudah meninggalkan tanah penuh darah, dan bisa membersihkan diri dari lumpur yang terus melekat di badan. "Jangan pasang wajah sok tampan! Kau seolah pamer pada Kim Jongin ini, bahwa dia tidak lebih tampan darimu."
"Cukup, Jongin. Aku benar-benar tidak berminat bicara."
Lelaki tampan itu terkekeh pelan. Lalu memilih untuk mengganggu prajurit lain, yang mana kemudian terdengar keluhan di sisi kanan sang Pangeran. Mengeluhkan betapa berisiknya asisten Pangeran yang satu it—
"Yang Mulia Pangeran!"
Ditengah-tengah hiruk pikuk, Chanyeol dapat melihat sosok yang tak asing—berusaha menerobos kerumunan, dan melambai tinggi-tinggi padanya. Pangeran Chanyeol menghentikan kudanya sejenak, yang diikuti oleh rombongannya kemudian. Tanpa bertanya, mereka langsung paham akan tindakan sang Pangeran tatkala Shindong muncul ke hadapan mereka dengan wajah panik.
Chanyeol menatap hangat penasehat kerajaan tersebut, namun tidak bisa mengalihkan atensi dari gerak-gerik gelisah lelaki besar tersebut.
"Shindong, apa yang membuatmu menghalangi jalanku?" tanyanya.
Shindong berdehem, menyadari tatapan dari berbagai sudut. Ia menunduk, memberi hormat, sebelum kemudian bersuara. "Saya bersyukur, Anda kembali dengan selamat ke tanah ini, Yang Mulia. Saya minta maaf, apabila pemberitahuan kali ini membuat Anda merasa tidak nyaman," katanya.
Dia meneguk ludah, dan Chanyeol masih menanti kelanjutan ucapannya.
"Maafkan saya yang tidak bisa menjaga negeri ini, sehingga membiarkan iblis itu membunuh Paduka Raja."
Seketika, keadaan disana menjadi sunyi senyap. Terutama ketika Shindong menyebut-nyebut iblis, dan pikiran mereka berkelana pada sosok bersayap hitam yang berada dalam lingkup kerajaan mereka. Lalu, riuhlah disana. Keributan memecah keheningan, disertai ketidaknyamanan yang mencekik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose • Chanbaek
FanfictionKarena musibah yang tiba-tiba menimpa Kerajaan, Baekhyun menjadi korban tuduhan dari rakyat. Baekhyun bergeming, namun tatapannya menyiratkan kelelahan yang amat sangat. Berpikirlah rasional, wahai orang-orang suci. Dia bahkan tidak selangkah pun me...