"Ayo pulang! Puuuulaaaaaang!"
Sepertinya, keputusan untuk menyamarkan penampilan dan status Syden benar-benar hal yang buruk. Anak itu masih bertingkah sama seperti saat terakhir Baekhyun melihatnya. Masih kekanakan, menyebalkan, dan manja. Tidak berubah sama sekali meski dia sudah tampak seperti pria dewasa.
Dan, heol, iblis mana yang bertingkah seperti anak kecil? Menjijikan sekali.
"Berhentilah, bodoh."
Syden, atau yang sekarang terpaksa menggunakan nama Sehun, pura-pura tidak mendengar. Ia masih melanjutkan kegiatannya; menghentak-hentakkan kedua kakinya ke lantai secara bergantian, dan cemberut bak balita.
Hal yang paling menyebalkan dari semua itu adalah respon orang-orang—yang didominasi para wanita—terhadap tingkah laku pria satu ini.
"Kyaaaaa! Sehuuuun!"
"Whoa! Benar-benar mengagumkan! Jika Tuan Suho saja sudah begitu menawan, maka Tuan Sehun adalah sosok yang luar biasa tampan!"
"Huhu, aku yakin penduduk Eunoia pasti bahagia memiliki pria-pria seperti Tuan Sehun!"
Baekhyun yang tadinya duduk dengan tenang di kusen jendela, mulai merasa risih. Ia merotasikan bolamatanya. Jika saja mereka tahu kalau Sehun adalah Iblis sepertinya, mereka pasti akan berbalik meludahinya. Bahkan memenggalnya kalau bisa. Sambil mengata-ngatainya tanpa ampun seperti yang pernah ia alami.
"Briar—"
"Tutup mulutmu, Bocah!"
Semakin merengutlah Sehun ditegur demikian. "Iya! Iya! Baekhyunnie! Ayolah, pulang! Ya, ya, ya? Aku kesepian tanpamu disana! Lama sekali aku menunggu, tapi engkau malah betah menetap disini! Jadi pulang ya? Pu. Lang!"
Baekhyun menghembuskan napas panjang, lantas membuang muka. Sama sekali tidak tertarik dengan rengekan atau wajah merengut milik laki-laki bersurai pirang panjang tersebut.
Hembusan angin tak pernah terasa semangat ini di Alamort. Dan menebarkan wangi bunga-bunga musim semi yang menyenangkan. Sebenarnya, kalau dipikirkan lagi, Baekhyun cukup nyaman tinggal di negeri manusia ini. Meski ya, tentu saja, ia menginginkan tempat asalnya. Melihat Sehun juga ada disini, menjemputnya, membuatnya ingin segera pergi. Namun, ada sisi lain dari dirinya yang merasa enggan untuk pulang.
"Huh? Si bodoh itu."
Baekhyun berdecih. Kenapa juga disaat dia memikirkan soal keengganannya untuk segera pulang, atensinya justru harus bertabrakan dengab sepasang iris tajam Sang Pangeran. Laki-laki bongsor itu tengah berdiri didekat jendela Ruang Kerjanya, dan menatap Baekhyun dari jauh. Yang menyebalkannya, lelaki itu melayangkan senyum untuknya.
Apa-apaan, pikirnya, membuat kesal saja!
"Briar! Hiks! Kau mengabaikanku?!"
Seandainya saja dia bisa mati lebih cepat, Baekhyun benar-benar berterima kasih. Sehun memiliki tubuh yang lebih tinggi dan bongsor darinya, namun sifatnya itu benar-benar seperti bocah. Yah, usia memang terkadang tidak bisa membodohi siapapun.
"Sebut saja aku terus dengan nama itu. Biar engkau bisa melihat kejamnya manusia saat membunuhku," ujarnya dingin.
"Bri—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose • Chanbaek
FanfictionKarena musibah yang tiba-tiba menimpa Kerajaan, Baekhyun menjadi korban tuduhan dari rakyat. Baekhyun bergeming, namun tatapannya menyiratkan kelelahan yang amat sangat. Berpikirlah rasional, wahai orang-orang suci. Dia bahkan tidak selangkah pun me...