22.

1.8K 296 47
                                    

Angin berhembus lembut. Briar bisa merasakan helai-helai rambutnya tertiup dan menggelitik kulitnya.

Sudah lama sekali rasanya ia tak melihat pemandangan seperti ini. Awan putih yang memenuhi langit, dan juga kabut tebal yang menutupi permukaan Alamort. Dan dari ketinggian seperti ini, Briar tidak bisa melihat suramnya tanah Iblis tersebut. Tetapi, dia bisa merasakan sejuknya suasana diatas pegunungan ini.

Ah, dia merindukan tanah itu.

"Sebenarnya, Alamort kadang-kadang terlihat seperti hutan biasa. Kalau kabutnya tidak muncul."

Sepasang manik Briar bergerak. Bergulir menuju sumber suara. Seorang wanita berambut jerami berdiri disampingnya. Dia memegang sebuah busur, sementara kumpulan panahnya diletakkan dibelakang punggungnya.

"Ariya?"

"Hai," gigi wanita itu terlihat saat ia tersenyum. Tampak cantik sekali dan bersinar layaknya matahari. "Lama tidak berjumpa, Briar."

Dahi Briar mengerut. "Apa maksudmu, sih. Kau saja baru datang ke sini beberapa bulan lalu. Seakan kita sudah berteman dan berpisah lama sekali."

Ariya tertawa. Lantas menghempaskan dirinya, duduk disamping lelaki itu.

"Berapa lama kau tidak memangkas rambutmu? Walaupun kau jadi tampak lebih tampan saat rambutmu panjang."

Briar mendengus, memalingkan wajah. "Seorang Iblis harus terlihat seram, bukannya tampan..."

Ariya terkekeh lagi. Setelahnya, ia justru menghembuskan napas panjang. "Jadi, Briar, kenapa kau ke sini?"

"Ini tanahku—"

"Bukankah aku memintamu untuk menjaga anakku?"

"Apa—"

"Dia sendirian," Ariya menatap langit dengan sedih.  "Dan aku berharap aku akan bertemu denganmu dua puluh, bahkan lima puluh tahun lagi."

Jantung Briar berdetak kencang. Ada yang salah. Dia marah. "Ariya—"

"Kau tidak seharusnya disini. Kau berjanji akan menjaga puteraku, kan? Jadi, kembalilah."

Ariya memegang bahunya, lantas mendorongnya berlawanan arah.

Briar berteriak, tatkala tubuh Ariya menjauh darinya. Hingga kemudian, cahaya putih mengganggu pandangannya.

Kemudian, Baekhyun membuka matanya.

::

Black Rose

22.

::

Daun maple berjatuhan, menghiasi aliran sungai dengan bias kemerahan. Udara dingin sama sekali tidak mengganggu langkah Baekhyun untuk menyusuri tepi sungai dan mendapati jika musim gugur sudah mendominasi tanah manusia ini.

Ketika ia tersadar, aroma khas Calla-Lilly benar-benar membuatnya tersengat. Ia dengan cepat mengetahui kalau kejahatan yang ia lakukan di Desa Campuran bukanlah mimpi. Mengenai Peri Air itu, Taeyong, dan Seulgi. Dan suara samar-samar yang ia dengar saat itu menjadi jelas.

Suara yang memanggilnya untuk mencapai kesadaran ditengah kebrutalan adalah milik Chanyeol. Lelaki itu ada disana dan membawanya kembali ke tempat ini.

Black Rose • ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang