Hope you like it~
:::
Tak ada secangkir kopi hitam pekat di meja makan. Tak ada lagi roti bakar dengan selai kacang di dalam kotak bekal. Hanya tersisa secangkir teh melati yang masih mengepul.Memang aneh, Yoongi itu. Umur sudah mau kepala tiga, tapi seleranya sudah sama seperti kakek-kakek saja, Jimin rasa.
Terkadang Jimin merindukan rutinitas itu setiap pagi, ia yang memasak, sedangkan suaminya sedang bersiap, memakai jas dan dasi agaknya serampangan.
Pastilah setiap hari, dirinya selalu sabar merapikan simpul dasi itu beserta jasnya.Lalu ia mendongak, menatap manik kelam yang sedari tadi memerhatikannya, sang empu hanya tersenyum simpul di sudut bibir. Sedangkan dirinya hanya terkikik geli.
Kecupan ringan dan manis diberikan, seolah itu adalah hal mutlak yang harus dilakukan setiap pagi. Sosok itu selalu bisa membuat hatinya berdebar, membuatnya seperti wanita paling bahagia di dunia.
Ia termenung, meratapi teh di hadapannya. Hidupnya mungkin lebih pahit bercampur getir tanpa adanya Yoongi di musim gugur.
Takkan ada lagi ciuman selamat pagi, pelukan di kala malam, ataupun usapan di puncak kepalanya ketika merajuk.
Tak ada setangkai lili kuning membisu setiap ia terbaring sakit, ataupun beanie baru untuknya sebagai kejutan ulang tahun.Hanya tersisa kenangan yang membelenggu benaknya, semua kisahnya bersama sang tercinta.
Ia takkan pernah sempat untuk memberi ciuman spesial ulang tahun ketiga pernikahannya yang selalu mereka dambakan.
Ciuman di setiap sisi wajah sang suami yang paling ia sukai, dan ia juga dapat sebaliknya, di malam hari dengan rembulan hanya tersisa setengahnya. Momen yang begitu tepat, di suatu hari pada musim gugur.
Ah, dan ada lagi.
Satu nyawa di dalam perutnya yang mungkin terlalu kecil untuk nelangsa. Tapi, Jimin menyayanginya, seperti pada Yoongi, yang memberi calon malaikat penjaganya.
“Tidak ada apa-apa, honey. Ada bunda di sini—di sisimu, tenanglah. Ayahmu pasti senang akan kehadiranmu kelak, sayang. Ayah dan Bunda selalu meyayangimu, selalu dan selamanya.”
Dielusnya perutnya yang mulai membuncit, berharap bayinya juga mendengar seruan harapannya. Tidak, ia tak boleh menangisi kepergian Yoongi lagi. Kasihan anaknya, pasti ikut bersedih karena kegusaran ibunya.
Dan semoga Tuhan juga mengabulkan doanya, bahwa Yoongi bahagia di sana, sembari menjaga Jimin dan calon buah hati mereka dari surga.
:::Cuap-cuap seorang Itis:
Umm, halo ^^
Hmm, ini kupublish karena mungkin ada kelanjutannya, ehe. Tunggu kelanjutannya, ya. Lagi dicicil ini :))Mungkin book ini jadi kayak kumpulan drabble doang deh, untuk melepas penat dan sedih :"
Sekian, dan terima kasih yang udah mau baca and vote :))Itist, peace out~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Tanpamu []
Short StoryKetika kecupanmu tak lagi berasa di bibirku. Kau pergi begitu saja, sayang. Inilah kisahku sebelum, saat, bahkan setelah kau meninggalkanku, atau ketika aku meninggalkanmu. [Cukup sampai sini, semoga bisa mengobati rasa rindu kalian. Tapi aku takkan...