Hope you like it ^^
:::
Tentu, Jimin selalu menjadi pihak yang ditinggalkan, bukannya meninggalkan.
Ini bukan karena faktor ia dominan apa bukan, superior apa bukan.
Tapi ini demi Yoongi dan kebahagiaannya.
Memang, Jimin telah memendam rasa selama 3 tahun.
Namun apa gunanya perasaan kasihnya itu bila tak diungkapkan secara nyata?
Mungkin karena itulah, ia kalah. Kalah cepat, kalah tangguh, kalah berani dari perempuan berambut sebahu itu.
Perempuan itulah yang membuat Yoongi tersenyum begitu lebar, membuat Yoongi percaya untuk menggenggam jemarinya.
Dan, Jimin tak mampu membuat Yoongi berpaling ataupun membuat Yoongi percaya akan perasaannya.
Toh, ia tak tega menjadi penengah kotor pada hubungan mereka.
'Ah, mana aku tega merebut Yoongi-Hyung dari dia kalau mereka saja sudah bahagia tanpa aku?'
'Cukuplah aku menjadi temanmu saja, melihat bahagiamu dari dekat. Walau bukan aku yang membuatmu bahagia.'
'Asal kau bahagia, aku rela membunuh rasa ini. Asal kau bahagia, kuharap kau tetap menganggapku teman. Asal kau bahagia, mari kita hapus selalu dan selamanya dari benang takdir cinta kita.'
Tidak, Jimin tidak menjauh. Ia masih di dekat Yoongi.
Dengan hati yang kosong melompong, dengan binar mata yang mulai redup.
"Hyung, asal kau bahagia... aku rela mati demi menjaga senyummu untuknya. Berbahagialah."
Satu tepukan di bahu Yoongi menjadi salam perpisahan untuk malam yang dingin ini.
Malam di mana Yoongi melamar kekasih berambut sebahunya, 'tuk dipinang menjadi pasangan hidup sematinya.
Yoongi menoleh, menatap punggung Jimin yang kian menjauh.
"Asal kau bahagia, aku rela jatuh cinta dengan orang lain. Karena aku tak mau kau terluka bila tahu betapa brengseknya aku ini."
Bisikan Yoongi tertelan angin malam. Ia menatap langit temaram tanpa lentera.
Sedangkan Jimin? Ia masih berjalan, terus berjalan lunglai hingga tak sadar ketika menyeberang jalan, truk melaju cepat ke arahnya.
Ia menatap truk sepersekian detik lalu tersenyum.
"Terima kasih sudah pernah mencintaiku. Semoga kau bahagia, walau bukan karena aku."
Dan, malam itu menjadi malam berdarah bagi keluarga Park.
"Maaf, dan terima kasih sudah mencintaiku, Jimin."
Lalu Yoongi berlalu dengan topeng senyumnya, sembari merangkul calon istrinya.
Dan mereka saling berjauhan, dari kata cinta dan percaya.
'Asal kau bahagia, aku rela melakukan apapun. Tolong, mengertilah.'
:::
Cuap-cuap seorang Itis:
Hewwo UwU
Demi apa aku update hari Senin?
Karena aku pulang jam 3 sore tepat! Yeayy!
Hari Minggu kemarin aku sibuk kegiatan komunitas masak, sampe jam 9.
Makanya tak ada update kemaren :'))
Tentu saja, semua ceritaku ini berdasarkan kisah nyata. Mungkin dengan sedikit bumbu imajinasi di sana-sini '3'
Yha, aku patah hati. Tapi tak apa. Mati satu, tumbuh seribu, bukan? Ehehe.
Silahkeun komen dan berilah vote bila mau :))
Ayoo, kita bermaso ria di sini, nge-angst sama-sama
:"))Makasih yang udah mantengin akun dan work ini.
Love you, manteman :))
Itist, peace out!
15/10/18
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Tanpamu []
Short StoryKetika kecupanmu tak lagi berasa di bibirku. Kau pergi begitu saja, sayang. Inilah kisahku sebelum, saat, bahkan setelah kau meninggalkanku, atau ketika aku meninggalkanmu. [Cukup sampai sini, semoga bisa mengobati rasa rindu kalian. Tapi aku takkan...