Harus Melepasmu

178 12 16
                                    

Hope you like it~

You should play:
R.O.D by G-Dragon feat Lydia Paek

Tidak ada paksaan, lagu itu cuman untuk mendukung suasana :^

.

.

.

.

.

.

.

Lagi, Jimin kembali menenggak pil itu. Entah sudah berapa banyak pil yang ia paksakan untuk masuk ke dalam lambungnya yang mungkin sudah terkikis. Padahal ini masih pagi menjelang siang.

Tak ada yang menghentikannya, ia tetap duduk meringkuk di atas kasur yang dipenuhi dengan bantal warna-warni, dengan berbagai pil yang berserakan di sekitarnya. Pintu itu terus saja diketuk, dan mungkin sebentar lagi akan rubuh.

"Tuan muda Jimin. Bisa bukakan pintunya sebentar saja? Ada tuan Yoongi di sini."

Sunyi, Jimin hanya diam. Ia berhenti menyogok perutnya dengan obat penenang dan obat tidur. Setelah mendengar nama Yoongi, tentu saja.

Siapa lagi yang bisa mengguncang dunia Jimin selain pemicu euforianya selama ini, hm?

Kemudian, pintu itu digedor dengan kencangnya.

"JIMIN, KALAU KAU TAK MAU BUKA PINTU INI, AKAN KUSERET KAU KELUAR! HEI, JIMIN! KAU DENGAR AKU?!"

"S-sabarlah, Tuan Yoongi. Tuan muda Jimin pasti akan-"

Daun pintu terbuka, menampakkan Jimin yang berwajah kumal, berkantung mata hitam, dan juga masih memakai piyama kuning menusuk mata.

"Hee, akhirnya Hyung datang juga. Padahal aku sudah menunggu 2 bulan loh, ehehe."

Jimin memperlebar ruang masuk untuk Yoongi ke dalam kamarnya. Mempersilahkan tanpa kata.

"Bibi Yuan turun saja, ya. Tenang saja, oke? Jangan khawatirkan kami." Jimin tersenyum tipis, tapi terasa begitu dingin.

Bibi Yuan samapi bergidik melihatnya. "O-oh, baiklah, Tuan Muda. Saya permisi,  kalau begitu."

Jimin menutup pintu perlahan, lalu mendengar Yoongi menggeram di belakangnya.

Jimin hanya tersenyum miring, nampak seperti anomali di wajahnya yang terbiasa ramah.

"Apa kau mau bunuh diri, Jimin? Untuk apa kau minum semua obat tak berguna ini, hah?!" Nada bicaranya meningkat tajam di akhir, menandakan Yoongi mulai murka.

Jimin menoleh, berhadapan dengan Yoongi, menatapnya dengan nyalang. Namun senyum 'manis'nya masih tergantung malas.

"Untuk membunuh waktu, Hyung. Aku menunggumu lama sekali semenjak kita menghabiskan malam, bersama dan bergumul di apartemenmu waktu itu."

Yoongi memalingkan wajah, tatapan Jimin seakan menggegoroti dosanya yang lalu. Wajahnya masih sekeras batu, Jimin masih menatapnya sekokoh karang.

Ketika Aku Tanpamu []Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang