My Bitter Moonlight

232 17 6
                                    

Hope you like it~

:::

Kamu tahu suara yang saya sukai dari kamu?

Suara kamu ketika menghentak keyboard komputermu untuk mengetik sesuatu (apalagi di saat kamu terjepit deadline, aku rasa keyboard itu bisa mati muda, hehe).

'Oh, Jiminie. Maaf sampai membangunkanmu. Apa suara keyboard-ku terlalu keras? Huft, sepertinya aku harus ganti keyboard lagi.'

Rutukan kamu ketika kamu pulang sehabis lembur, yang kudengar seperti rengekan manja anak kecil.

'Ahh, aku lelah sekali, Jiminie! Mereka kurang suka dengan gaya musikku yang terlalu 'menyindir', kata mereka? Hah! Sudah seharusnya mereka itu disadarkan dari passion palsu!

Geraman kamu ketika kamu marah kalau aku lupa makan malam, menunggumu di balik sofa sambil menonton film semalaman.

'Astaga Jiminie, sudah kubilang berkali-kali padamu! Tidak usah menungguku pulang, nanti kamu kelelahan lalu sakit, bagaimana? Sekarang, pergi ke kamar tidur, nanti aku menyusul untuk memelukmu.'

Suara guratan pulpen kamu di tengah malam, walaupun aku tak tahu pasti yang kamu tulis di buku sakumu itu.

'Hmm, coba baca ini, Jiminie. Apa lirik ini kurang pas kalau kusandingkan dengan lirik yang kuberitahu sebelumnya?'

Tapi, suara yang paling saya suka dari kamu ialah, suara deru napasmu yang tenang, bagai malam sebelum badai. Suara saat kamu terlelap sambil memelukku dari belakang.

Dan juga suara detak jantungmu yang teratur, selalu stagnan walau kau terlibat suatu masalah, kecuali masalah tentangku. Kau selalu cemas sekaligus kesal padaku kalau aku tak hati-hati.

Hawamu memang dikira dingin, terkadang. Padahal, itu hanya benteng pertahananmu agar tetap terlihat tegar dan kuat layaknya karang.
Tapi sekarang...

Detak jantungmu terlalu tenang, matamu tetap terpejam, walau sudah kuguncang berkali-kali.

Bibir tipis itu nampak kehilangan ronanya, terasa begitu dingin ketika kukecup.

Kamu mau kemana, Yoongi-ku sayang? Bukankah kita baru saja mengikrar janji sehidup semati?

Mengapa kamu sekarang berani merenggut suara yang paling kusukai tanpa meminta izin?

Mengapa kamu terbujur kaku dengan darah yang telah mengering di kepalamu? Kamu bahkan masih memakai tuxedo yang sebelumnya gemerlap, sekarang terlihat suram sekali di mataku.

Aku juga masih memakai tuxedo putih, namun sudah terlihat kumal. Ah, jangan lupa juga dengan luka gores dimana-mana.

Kau tega meninggalkanku sendiri, lagi. Padahal kuharap kamu adalah yang pertama dan terakhir untuk melabuhkan hati hingga akhir hayat kita. Ya, kita. Aku dan kamu sekarang adalah kita, selalu dan selamanya.

Di malam bulan pertama pada musim dingin, sinar rembulanku terasa getir dan begitu pahit. Itu karena kau tak ada lagi di sisiku, my moonlight.

Beginikah rasanya mentari yang tak bisa lagi menyinari rembulan untuk memancarkan sorot lembutnya?

Rasanya ada sesuatu yang hilang, aku merasa tak berguna.

Salah satu tugas maha penting sang mentari telah pupus, karena rembulannya telah tiada, mati di rengkuhannya sendiri.

:::

Cuap-cuap seorang Itis:

Hello, ketemu lagi dengan Itis, ehe. Panggil aja Itis, biar lebih membumi :))

Ini salah satu semesta lain ketika Jimin kehilangan Yoongi. Entah ada berapa semesta yang saya buat berujung sad ending :'))

Yha, namanya juga 'Ketika aku tanpamu', jadinya angst mulu jadinya :'

Tapi, mudahan aku mampu bikin Jimin berbahagia dengan Yoongi di suatu semesta lain, walau itu 1 banding sekian juta kemungkinan ide yang terlintas :'))

Makasih ya, yang udah mau melowongkan waktu untuk membaca, aku tuh terhura loh, beneran :'>

Sekian, terima kasih banyak :'))

Itist, peace out!

Ketika Aku Tanpamu []Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang