Menjadi Baik itu Relatif

79 9 2
                                    

Hope you like it ^^
Sorry if you find some typo~

:::

Kamu dulu pernah bilang sebenarnya mudah untuk menjadi seorang insinyur yang baik, sarjana yang baik, arsitek yang baik, dan menteri yang baik, tapi susah sekali menjadi orang yang baik...

-5 cm-

:::

Sebuah bukit di pinggiran kota menjadi destinasi terakhir kencan mereka. Ya, mereka. Dua insan yang sedang dimabuk asmara.

Senja telah pergi, hanya tersisa langit gemerlap akan banyaknya bintang yang berserakan.

Yoongi dengan hoodie hitamnya, sedangkan Jimin masih setia dengan kaus lengan panjang biru-putihnya.

Jemari mereka tetap bertaut, saling menatap angkasa yang penuh dengan konstelasi lentera malam.

Sepasang earphone yang ditugaskan untuk membagi bahagia dan hangatnya musik yang mereka dengar berdua.

Senyap, tapi terasa damai serta tak terasa sunyi. Cinta mereka membuat relung hati menjadi penuh akan bahagia.

"Tak kedinginan 'kan, Jim?"

Yang lebih muda menyadarkan kepala ke pundak kokoh di sebelahnya. Sembari membenarkan beanie merah marunnya.

"Tidak, asal Hyung tetap di sini."

"Oke, kalau mulai dingin, bilang saja. Kita akan pulang."

"Aku... ingin lebih lama di sini, Hyungie."

"Baiklah."

Jeda sekian lama membuat Jimin merasa rindu.

"Hyungie?"

"Hm?"

Tanpa lepas pandangan dari langit, mereka berdua hendak berkata. Jemari masih bersatu, tak ingin melepaskan.

"A-aku selalu berpikir tentang ini semenjak kita bersama. Apa... tidak takut untuk membina hubungan denganku? M-maksudku, hyungie tak merasa buruk bersamaku?"

Tentu Yoongi mengernyit, jarang Jimin menanyakan hal krusial dan hipersensitif seperti ini.

"Untuk apa aku harus merasa buruk, Jiminie? Coba jelaskan padaku."

Helaan napas menghembus, tapi tak membuat Yoongi seketika menoleh.

Hanya genggaman jemarinya saja yang semakin erat.

"Susah ya jadi homoseksual, hyungie. Semuanya dipandang sebelah mata."

Menghela napas pelan, Yoongi pun menyahut.

"Itu namanya konsekuensi. Kita berani bertindak, kita juga yang harus berani menerima akibatnya."

Dingin menerpa, tapi genggaman mereka tetaplah hangat.

"Diejek, tak bisa punya anak kandung, memalukan nama keluarga, selalu salah di mata Tuhan. Otomatis masuk neraka karena menyalahi kodrat. Haha."

"Bila kamu mau mengeluh sekarang, silahkan. Aku tak melarangmu untuk merasa jengah."

"Bukan, aku bukannya hanya mengeluh. Aku takut. Hyungie akan semakin dikucilkan sepertiku, tak diakui keluarga Hyungie lagi. Dan juga masuk neraka bersamaku."

Masih dengan pandangan yang belum bertemu, genggaman mereka agaknya melonggar.

Ah, lebih tepatnya Jimin yang tak lagi terlalu mendekap jemari Yoongi di genggamannya.

"Tapi itu semua tidak akan terjadi bila kamu mau berhenti. Tinggal lepaskan tanganku sekarang, maka kamu akan bebas. Hyungie, kamu bisa bertaubat, dan akan menjalani hidup yang seharusnya ditakdirkan."

"Kau takdirku, Jim. Lalu apa yang harus kulakukan? Bagaimana denganmu?"

"Hyungie. Mungkin saja takdirmu banyak, jadinya kamu bisa memilih yang terbaik. Dan setidaknya pikirkan diri sendiri juga, ya. Aku tak mau Hyungie menyesal. Aku ingin kamu menjadi orang baik."

"...Aku akan sangat menyesal kalau egois, Jim. Jadi orang baik itu susah sekali. Lagipula, menjadi baik itu pilihan dan relatif bagiku."

"...Tetap tak ingin melepas genggaman ini, Hyungie?"

"Tidak berminat, terima kasih."

"Kenapa?"

"Agar kamu tak sendirian di neraka, Jim. Bisa bahaya bidadari satu ini kesepian dan digoda penjaga di sana."

"Kuharap aku mengingat momen ini."

"Tentu, selalu dan selamanya kau akan mengingat ini, dan tentang aku juga."

Ingatkan Jimin agar lain kali tak merengek pada Yoongi untuk berbicara manis lagi.

Tentu, Jimin takkan mengingat peringatan kalian. Atau bahkan wajah kalian lagi.

Karena...

Kanker otak stadium 3 itu menggerogoti bagian ingatannya.

Bahkan Yoongi pun kadang ia tak ingat.

Tapi, kita semua berharap satu hal yang sama.

Bahwa mereka mungkin orang yang menjalani hidup dengan baik, polos dan penuh kejujuran.

Baik itu relatif, mungkin?

Menjadi orang yang benar-benar baik mungkin hal tersusah bagi mereka berdua.

Tapi, setidaknya mereka berdua sudah berusaha, bukan?

:::

Cuap-cuap seorang Itis:

Hewwo, bertemu lagi dengan saya :))

Pecinta mochi propertinya Min Yoongi :))

Wah, work ini sudah 300 viewer. Saya tak menyangka ini.

Terima kasih banyak untukmu, yang sudah membaca karya saya, yang sudah menvote juga meninggalkan komentar :)))))))

Apalah saya kalau tanpa kalian? Hanya serpihan tempe goreng di sudut bibir :'))

Semoga kita langgeng terus sama work ini, maupun work lain yang saya buat :)))

Thank you. And see you later ^^

Itist, peace out!

29/10/18

Ketika Aku Tanpamu []Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang