3rd

6.9K 234 36
                                    

Typo mohon dimaafkan. Akan direvisi setelah tamat.

Nabila tersenyum bahagia saat melihat sebuah mobil lamborghini hitam terparkir di depan gerbang kampus. Dengan semangat, ia berjalan cepat menghampiri mobil tersebut.

"Assalamualaikum, Mas," Nabila meraih tangan Rayhan dan menciumnya setelah memasuki mobil.

"Wa alaikumussalam, Liqi."

Nabila kembali cemberut mendengar panggilan itu, membuat Rayhan terkekeh pelan dan mencubit pipi Nabila yang terlihat mengemaskan.

"Ih, sakit tau!" Nabila menyentuh pipi bekas cubitan Rayhan. Bibirnya semakin maju ke depan.

Rayhan bergerak mendekati Nabila. Beberapa detik kemudian, Rayhan mencium pipi Nabila hingga Nabila membatu.

"Apa itu?" Gumam Nabila. Ia memandang horor ke arah Rayhan yang semakin tertawa.

"Obat. Kan pipi kamu sakit gegara Mas cubit," jawab Rayhan. Ia menyalakan mesin mobil dan meninggalkan pekarangan kampus.

Nabila menyentuh bekas ciuman Rayhan. Hatinya berdesir, pipinya memanas dan detak jantungnya semakin menggila. Nabila menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah.

"Sini Mas kipasin--,"

Nabila kembali mengangkat wajahnya saat Rayhan meraih sebuah buku dan mengipaskannya untuk Nabila.

"-- Biar nggak kebakaran tuh pipi."

Nabila mencubit pinggang Rayhan. Rayhan berusaha menghindar di sela-sela kesibukannya menyetir. "STOP NABILA!!"

Jantung Nabila terasa ingin copot mendengar bentakan Rayhan.  Tubuhnya membeku, dan aliran darahnya semakin berdesir. Tangannya menjauh secara perlahan dari tubuh Rayhan. Mobil yang mereka tumpangi berhenti di pinggir jalan.

Rayhan menoleh ke arah Nabila dengan tatapan tajam, membuat nyali Nabila menciut dan hanya bisa menunduk takut. Tangannya yang berada di atas pangkuan terasa dingin dan gemetar. Baru kali ini ia mendengar bentakan Rayhan.

Rayhan menghembuskan napasnya berat. Kepalanya bersandar di atas stir mobil. "Maaf," Rayhan mengangkat kepalanya. Matanya berubah sendu.

Nabila terdiam. Ia tidak berani angkat bicara. Suasana dalam mobil mendadak hening dan sunyi saat Rayhan kembali melanjutkan perjalanan.

Mata Nabila berkaca-kaca. Nabila menunduk untuk menyembunyikan air mata tersebut. Namun gagal saat sebulir air mata lolos dan terjatuh membasahi gamis miliknya.

Selama hampir 25 menit, Nabila cukup tersiksa menahan air mata yang selalu saja lolos dari matanya. Nabila baru mengangkat wajahnya saat mereka sudah sampai di depan sebuah rumah mewah bercat putih gading.

Nabila masih berada di dalam mobil saat Rayhan keluar dari mobil.

Rayhan berdiri di samping mobil beberapa saat. Hingga akhirnya Rayhan membuka pintu untuk Nabila.

"Silahkan turun, Little Queen."

Nabila tersenyum lebar. Suaminya sudah kembali normal. Ia segera turun dan berdiri di samping Rayhan.

"Ini rumah siapa, Mas?" Tanya Nabila. Pandangan takjub masih terarah ke rumah besar di depannya.

"Rumah Rana," Rayhan melangkah maju dan langsung membuka pintu rumah tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Uhibbuka Ya HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang