Jantung Nabila masih berdetak kencang sejak ia selesai di make up oleh calon mertuanya.
Nabila mencoba merileksan diri dengan mengatur nafas, tapi tetap saja rasa gugup itu tidak bisa menghilang dengan mudah.
Nabila menutup matanya, menenangkan pikirannya yang mendadak berontak, memutar kembali kilasan masa lalu.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Nabila Almeera binti Ahmad Rynaldi dengan mas kawin tersebut, tunai."
Nabila mendadak membuka matanya saat mendengar suara yang amat ia rindukan. Matanya mendadak panas, dan sesuatu di dalam dadanya terasa di remas. Kenapa di saat hari pernikahannya, saat akad di langsungkan, kenapa Nabila malah mendengar suara Rayhan?
Nabila menggelengkan kepalanya mengusir pikiran tersebut. Bagaimana pun juga, sekarang ia akan menjadi istri orang lain.
Nabila sendiri belum tahu siapa suaminya. Ia hanya menuruti perintah kedua orang tuanya yang akan menjodohkan Nabila dengan lelaki bernama Azka. Bagaimana wajahnya, Nabila tidak tahu karena terlalu sibuk mengurus skripsi.
Nabila berdiri, mencoba menghilangkan rasa gugup dan cemas dalam dirinya. Ia berjalan menuju jendela kamarnya, menunggu Bunda menjemputnya dan membawanya ke ruang tengah.
Ceklek
Nabila menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Ia mendapati Maira berdiri di ambang pintu dengan wajah ceria. Maira berlari cepat dan langsung berhambur ke pelukan Nabila.
Nabila mencoba melepas pelukan Maira yang kelewat erat hingga membuatnya sesak nafas. "Ada apa sih, Mai?"
"Ah, gue masih nggak percaya. Si Nabila kuper beneran nikah hari ini. Aduh, gue mimpi nggak, ya?" Pekik Maira.
"Kok dari nada bicara elo, elo kayak nggak mau gue nikah," selidik Nabila dengan mata memicing tajam ke arah Maira.
Maira memasang senyuman lebar menampilkan sederet gigi rapi dengan bagian depan agak lebar di banding gigi lainnya, "elo kan susah move on sama kak Rayhan sejak di putusin beberapa bulan yang lalu. Eh sekarang malah langsung nikah,"
Nabila memasang wajah cemberut saat Maira kembali mengulang masa lalu pahitnya. "Udah deh. Jangan bahas dia lagi!" Nabila berjalan menuju tempat tidur dan duduk di pinggirnya. Matanya menatap kosong ke arah pintu kamar.
"Iya deh, iya." Maira berdiri di depan Nabila dan meraih tangan Nabila. "Mau kemana sih, Mai?" Tanya Nabila sedikit berontak.
"Ketemu sama calon suami kamu," jawab Maira dengan sebuah kedipan mata.
"Sekarang?" Nabila masih kurang percaya jika ia sudah menikah sekarang. Melupakan masa lalunya saja ia belum bisa, lalu bagaimana dengan masa depannya nanti?
Maira hanya menganggukkan kepalanya sekali sebagai jawaban atas pertanyaan Nabila sebelum menyeret Nabila keluar dari kamar.
Nabila dan Maira berjalan bersisian menuruni satu persatu anak tangga. Nabila hanya menunduk dalam rangkulan Maira untuk menyembunyikan kegugupannya. Karena selama ini, Nabila belum pernah menjadi pusat perhatian banyak orang.
Pernah sekali menjadi pusat perhatian orang. Saat mengikuti lomba puisi tingkat SMA. Namun tubuhnya malah gemetar, membuat mikrofon ikut gemetar. Alhasil, suara yang dihasilkan pun gemetar.
Maira mengantar Nabila hingga berdiri di samping lelaki yang sudah menjadi suaminya. Maira kembali ke tempat asalnya setelah Nabila duduk di samping laki-laki yang mengenakan tuxedo biru senada dengan gaun pengantin Nabila.
Detak jantung Nabila semakin menggila saat duduk di samping lelaki yang baru saja mengucap janji suci di depan Ayahnya. Nabila terus menunduk sambil menggigit bibirnya tanpa peduli jika bibirnya akan berdarah. Kedua tangan Nabila mulai dingin di atas pangkuannya. Nabila meremas kedua tangannya mencoba mengalihkan rasa gugup yang melanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuka Ya Hubby
Spiritual"Mulai hari ini, kita putus!" Bagai tersambar petir di tengah malam yang cerah, Nabila mendapat kabar yang amat mengejutkan dari sosok lelaki yang sejak tahun lalu ini menjadi kekasihnya. Nabila menatap lelaki bernama Rayhan itu dengan mata berkaca...