Rain (satu)

4.9K 208 6
                                    

Seorang pria tengah berdiri didepan toko bunga yang sudah tutup, pria tersebut terlihat gelisah dan sesekali melihat kekanan dan kekiri. Malam ini tengah hujan lebat disertai petir dan kilat, baju pria tersebut sudah basah karna tertimpa air hujan. Pria tersebut memeluk sebuah mainan robot-robatan yang cukup besar. Matanya terus menatap sekeliling mencari seseorang yang dia kenali namun sudah hampir 3 jam dia berdiri dan hujan-hujanan orang yang dia cari tak kunjung ditemuinya. Air matanya mulai berjatuhan disertai isak tangisan, pria tersebut menangis tersedu-sedu bahkan pria tersebut tidak menghiraukan tatapan aneh yang diarahkan kedirinya.

Bagaimana tidak, seorang pria dewasa yang diperkirakan berumur 23 tahun tengah menangis tersedu-sedu ditepi jalan sambil memeluk sebuah mainan anak-anak. Pria tersebut mengenakan celana putih pendek selutut dan baju kaus yang dilapisi kemeja merah jambu yang tidak dikancing.

Kenyataanya dia memang seperti pria normal namun tidak ada yang tahu bahwa dia memiliki cacat mental. Yang masih memiliki pikiran seperti anak yang berumur 8 tahunan. Begitu polos, tidak bisa berbohong, hanya berpikir main dan pola pikirnya yang masih seperti anak-anak. Entah itu dapat dikatakan seperti penyakit atau tidak, yang jelas pria tersebut mengalami cacat mental.

Pria tersebut bernama rain setian hidoyono, Dia anak dari pengusaha sukse yang memiliki kekayaan tujuh turunan yang tidak bakal habis-habis. Karna cacat mental yang dirinya miliki membuat dia tidak memiliki teman dan tidak dikenal publik.

Nada wanita muda yang baru saja pulang kerja dari kantornya, nada baru saja habis dari super market untuk membeli payung dan juga beberapa bahan makanan. Nada menatap rain dengan pandangan heran karna dia baru pertama kali melihat seorang pria dewasa menangis sesegukan ditepi jalan sambil memeluk mainan anak-anak, kecuali jika dia tidak normal. Nada menatap rain dari atas hingga bawah, nada baru saja menyadari jika pria tersebut sepertinya mengalami cacat mental saat pria tersebut mengatakan 'mama rain tersesat...' berulang kali.

Nada menghampiri rain dan berdiri didepan rain, nada membagi payungnya dengan rain hingga rain tidak terkena air hujan.

"Apa kamu tersesaat?"tanya nada .

Rain menghentikan tangisanya lalu menatap nada."apa tante orang jahat? Kata mama, rain gak boleh ngomong sama orang asing..."ujar rain polos sambil sesegukan dan menghapus air matanya dengan punggung tangannya.

Nada tersenyum mendengar perkataan rain sungguh seperti anak kecil."iya, kita memang gak boleh ngomong sama orang asing...tapi aku bukan orang jahat, aku mau bantu kamu...mungkin kamu tersesat, dan aku bisa mengantar kamu pulang..."jelas nada.

Rain menatap nada berbinar."beneran tante mau anter rain pulang?"

Nada mengangguk."iya, rumah kamu dimana? Biar kita mudah mencarinya..."

Raut wajah rain berubah menjadi sedih."rain gak tahu...rain gak tahu jalan pulang tante...rain...rain gak pernah keluar rumah sebelumnya..."ujar rain sedih dengan air mata yang kembali berjatuhan.

Nada menatap rain sedih."jadi selama ini rain tidak pernah keluar rumah?"

Rain mengangguk."ini pertama kali rain keluar rumah tante...hiks...tapi rain...rain...malah nayasar....hiks..."

"Sudah tidak perlu menangis, bagaimana untuk sementara kamu tinggal dirumah aku saja...sampai kita menemukan keluargamu..."ujar nada.

Selama ini nada hanya tinggal sendiri dirumahnya, kedua orang tuanya berada dikampung bersama dengan adiknya. Nada merantau kejakarta, dikampung keluarganya tidaklah miskin karna ayahnya adalah juragan ternak dan memiliki sawah yang lumayan banyak hingga keluarganya disegani orang banyak.

"Rain boleh tinggal dirumah tante?"tanya rain semangat.

"Tentu, tapi jangan panggil aku tante aku belum tua...panggil nama ku saja, nada..."

Posesif BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang