0.7

182 35 14
                                    

Aku terduduk di atas sofa ruang tengah dan Seokjin menatapku dengan melingkarkan tangannya di dada. Seokjin berhasil menghentikan tindakanku sebelum listrik di daerah tempat tinggalnya padam. Dia orang kedua setelah Myungsoo yang berhasil membuatku berhenti bertindak gila.

Mengingat Myungsoo, aku jadi ingin membawanya kabur ke tempat yang jauh. Tapi kata pria bergigi kelinci, cara seperti itu tak ada gunanya, lalu aku harus bagaimana? Aku membekap wajahku frustasi.

"Jiyeon ssi," aku mengangkat wajahku, melihat siapa yang memanggil.

Taehyung duduk di sampingku, memperhatikanku dengan lekat. Aku melirik bagian dadanya dan berpikir, apa seranganku padanya tadi begitu menyakitkan? "Siapa yang bisa mengendalikanmu saat kau seperti tadi?" Tanya Taehyung penasaran. Dia sepertinya tidak marah padaku karena seranganku tadi.

"Myungsoo." Jawabku lirih.

"Bagaimana dia mengendalikanmu?" tanyanya lagi,

"Dengan memelukku." Jawabku masih dengan nada yang sama.

Tanpa ada pertanyaan lagi, Taehyung menarikku dalam pelukannya. "Apakah seperti ini?" tanyanya, aku hanya membelalakkan mata karena terkejut, di sini aku mendengar jelas detak jantungnya yang begitu menenangkan.

Aku mengangguk dan menikmati kehangatan suasana menjelang pagi ini. Seokjin pergi meninggalkan kami, lebih tepatnya dia tak ingin mengganggu kami. Entah apa yang kupikirkan, intinya aku butuh ini.

"Mian, Taehyung ah, karena aku menyakitimu, tadi." Lirihku penuh sesal. Dia mengusap punggungku dengan lembut.

"Gwenchana, jangan merasa bersalah seperti itu." Lirih Taehyung. "Apa aku harus menjadi orang yang kau sukai agar kau tidak melukaiku?" pertanyaan Taehyung membuatku mematung. Apa yang harus ku jawab.

"Jangan di jawab jika kau tidak bisa menjawab." Kata Taehyung membaca isi pikiranku.

Aku harus bagaimana? Aku semakin tidak enak dengan Taehyung. "Emmm, aku akan membangunkan Myungsoo dulu, agar dia bersiap-siap untuk bertemu dengan Yoongi nanti." Ucapku dengan suara tercekat.

Taehyung melepasku dari pelukannya, dengan susah payah aku menghindari tatapan Taehyung.

"Permisi!" ucapku berubah jadi kikuk.

Aku berdiri dan hendak berjalan kearah kamar Myungsoo, tapi aku kembali mematung, "Myung-soo?" dekteku ragu.

Myungsoo melambai dan tersenyum kearahku, sejak kapan dia berdiri disitu? Dan, apa dia melihatnya?

***

Author POV

Myungsoo terbangun karena suara bising dari luar rumah. Ia mencoba keluar kamar dan mencari dari arah mana suara itu, dengan cepat Myungsoo bisa menemukannya, ia mengintip di balik gerbang rumah dan mendengar semuanya. Tak ada reaksi berlebih dari Myungsoo, ia hanya kembali ke kamar dan menutup pintu dari dalam.

"Apa ini balasan cintaku?" gumam Myungsoo menatap atap kamar tanpa arti.

Ia menghela nafas, tak ada yang menjawab, hingga ia pun mengangguk. "Baiklah. Demi Jiyeon. Apapun itu akan kulakukan." Tuturnya beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.

Myungsoo bersiap diri, sembari menunggu ketenangan dari keributan yang terjadi. Bukannya ia tidak membantu Jiyeon, hanya saja sudah ada Taehyung yang siap membantu. Pikirnya.

Setelah Myungsoo merasa suasana telah kembali tenang, ia pun keluar dari kamar, bersikap seolah-olah tidak tahu tentang apapun. Myungsoo menata mimik wajahnya untuk bertemu dengan orang-orang hebat baginya. Tapi seketika raut wajahnya berubah datar, saat ia melihat Jiyeon dan Taehyung saling berpelukan di ruang tengah.

Natural Strength || ᴾᴶʸ.ᴷᵀᴴ [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang