0.2

323 71 7
                                    

Taehyung sungguh membuatku mabuk kepayang. Ia melayaniku layaknya seorang Putri. Aku diajak ke rumah minimalisnya untuk makan malam. Semua makanan yang terhidang didepan ku saat ini adalah hasil keringat kakaknya, Kim Seok Jin.

"Makanlah! Nikmati malam berdua kalian." tutur Kim Seok Jin tersenyum manis. Tunggu dulu, dia bilang 'malam berdua' apa dia menganggapku adik iparnya?

Aku mengangguk canggung, Taehyung yang duduk didepanku hanya menahan senyum tampannya. Mungkin aku terlihat seperti orang kampungan di perlakukan seperti ini.

"Jiyeon ssi?" panggilnya, membuatku menatap mata elangnya dengan sepasang netraku. "Jangan terlalu tegang! Kau aman disini. Kami bukan orang jahat!" tuturnya diakhiri senyum itu lagi.

Aku mengangguk paham, dan mulai mengiris daging dengan saus hitam, aku sering mendengar orang menyebutnya stick. Apa aku bisa kenyang dengan makanan seluas 5x6 cm ini? Pikirku heran. Myungsoo jarang memasakkan makanan seperti ini. Kita hanya makan nasi, ramen, dan makanan instan lain. Memikirkan moment itu,Tiba-tiba aku merindukannya.

"Hyeong, bergabunglah, bukankah kau yang meminta gadis cantik ini kemari." ucap Taehyung melirikku dengan ujung matanya. Oh God, aku dibuatnya berdebar berkali-kali.

"Iya, setelah kurapikan dapur ini." jawab Seok Jin dari arah dapur. Kedua pria tampan ini, sungguh sempurna, mereka hidup mandiri tanpa adanya pelayan rumah. Otomatis mereka melakukan semua sendiri kan?

"Apa hanya aku yang mengira Jika Jin Hyeong memberi waktu kita berkencan?" tuturnya menahan senyum. Apa dia sedang menggodaku? Aish, ku mohon jangan ada warna merah di wajahku.

Aku berdeham mencairkan suasana. Tapi semakin tampak terlihat jika aku sedang gugup. Taehyung menuangkan air mineral kedalam gelas kacaku. Aku tersenyum dengan ragu. Apa sekarang waktu yang tepat untuk tersenyum, pikirku!

"Minumlah, masakan Hyeong memang agak pedas." jelasnya diakhiri senyum khasnya. Andai ada mesin hitung tersenyum, mungkin Taehyung mendapat gelar manusia dengan senyum tampan 2017.

Aku mengambil gelas yang kini terisi air putih itu. Air ini terasa segar, apa karena aku meminumnya didepan Taehyung. Beberapa saat kemudian, Jin keluar dari dapur, ia sudah terlihat rapi dan semakin tampan dengan baju casualnya.

Dia berjalan kearah kami dengan tersenyum menatapku. "Bagaimana, apa saat ini waktu yang tepat aku bergabung." ucapnya. Taehyung menyeret kursi makan disebelahnya, dengan sesekali melirikku. Diliriknya saja aku sudah berdebar, apa lagi yang lainnya?

"Kau sudah merubah pikiranmu? Bagaimana bisa kau mau di ajak adikku kemari?" tanya Jin melipat tangannya diatas meja. Saat ini aku seperti sedang kencan buta dengan dua pria tampan dihadapan ku.

Aku mengangguk beberapa kali, "Aku merasa memang kalian seperti orang baik." jawabku memberi penekanan pada kata seperti. Jin mencebikkan bibir sexi nya sembari melirik adiknya sekilas.

Apa jawabanku membuatnya sakit hati?

"Jiyeon sii, kau tidak ingin mengajak kami makan malam, setelah dua Bulan lalu kami membantumu keluar dari ruang prof. Yoongi?" tanyanya. Aku sempat memikirkannya, tapi Myungsoo melarangku melakukan demikian, karena dia khawatir katanya.

Aku terdiam tidak menjawab, "Sudahlah Jiyeon ssi, Hyeong hanya bercanda." sahut Taehyung dengan raut cemas melihat aku kebingungan.

"Yak! Kim Taehyung, diamlah! Aku sedang mencoba mendekatkan dirimu dengan nona cantik ini." Jelasnya membuatku mendelik. Apa maksudnya? "Jiyeon ssi, setidaknya, jadilah kekasih adikku, agar kita bisa dekat sebagai keluarga." lanjutnya semakin membuatku merinding.

"Hyeong!" pekik Taehyung tersipu malu.

"Kau belum punya pacar kan?" tanya Jin,

"Belum!" jawabku kilat.

Taehyung kini menatapku bingung. "Lalu siapa pria yang selalu bersamamu?" tanya Taehyung.

"Dia, sahabatku!"

Jin menepuk pundak Taehyung, "lihatkan, jika seperti ini kau bisa mendekatinya! Kau tau Jiyeon ssi, jika Taehyung selalu memikirkanmu setelah kejadian dua Bulan silam." jelas Jin membuat pipiku merah merona.

"Hyeong~"
.
.
.
Aku dan Taehyung berjalan menyusuri langit pekat, sesekali aku menatap Bintang yang berkedip di kegelapan. Aku menghembuskan nafas dengan kasar.

"Kau kenapa?" tanya Taehyung  yang berjalan disampingku.

"Andai kekuatan ku ini dapat menarik salah satu Bintang dilangit sana." jawabku masih menatap Bintang dilangit.

Taehyung menghentikan langkahnya. "Kau belum pernah coba?" tanyanya, bukankah itu pertanyaan konyol.

"Taehyung ssi, semua kekuatan manusia memiliki batas, meskipun kekuatanku ini kudapat dari Gen, tetap saja ayah berkata jika Tuhan memiliki segala yang kita miliki." jelasku kini menunduk.

"Aku setuju, tapi Jiyeonsii, ku dengar kau tidak memiliki clairvoyant?" tanya Taehyung penasaran.

Aku menggeleng. "Clairvoyant ku, sungguh menganggu, mungkin aku belum bisa mengendalikan saja. Tapi di usiaku yang masih kecil, aku dapat membaca karakter, sikap, kepribadian, hanya dengan sekali tatapan saja. Bukankah itu menganggu? Belum lagi aku dapat mendengar jerit hatinya, keinginan balas dendam, keinginan ini dan itu. Sungguh semua itu membuatku lelah. Aku bahkan menghindar pada setiap orang yang mendekatiku, karena seolah aku telah mengenalnya beberapa tahun." jelasku panjang lebar.

Taehyung menatapku iba. "Hanya ada satu manusia yang berhati baik, berkepribadian baik, yaitu Kim Myungsoo. Aku sempat membaca karakternya saat dia masih berusia sama sepertiku dulu." tambahku.

"Dan itu alasanmu, berteman dengannya?" tanya Taehyung.

Aku mengangguk. "Setelah aku menemukan Teman sejatiku, aku memutuskan untuk menghapus clairvoyant." tambahku.

"Bukankah itu sulit?" tanya Taehyung. "Karena yang kau miliki itu asli dari kedua orangtuamu." imbuhnya.

Aku berhenti melangkah dan tersenyum getir. "Lebih sulit ketika aku bersikap seolah tidak terjadi apa-apa saat mengetahui kepribadian asli orang yang baru aku temui."

Taehyung kini diam, kami memilih diam satu sama lain. Hingga tak terasa rumahku sudah terlihat.

"Yak, Park Jiyeon!" teriak Myungsoo yang kulihat sedang berdiri didepan rumah.

"Kenapa selarut ini?" tanyanya.

Taehyung hanya diam menatapku dan Myungsoo bergantian.

"Kenapa? Yang penting aku sampai rumahkan?" ucapku.

Myungsoo menatap Taehyung yang berdiri disampingku. Kemudian menggapai lenganku dengan kasar. "Jangan percaya dengan lelaki yang baru kau kenal." tutur Myungsoo masih menatap sinis kearah Taehyung.

"Dia yang membebaskan ku dua Bulan lalu Myungsoo!" bentakku tidak suka dengan sikap Myungsoo. "Tunjukkan rasa terima kasihmu!" pintaku.

"Oh, kau sekarang lebih percaya dengan orang baru ini? Aku tahu jika aku tidak sehebat kalian, dan aku tak akan pernah menjadi seperti kalian." ucapnya meninggalkanku dengan langkah kesalnya. Seperti itulah Myungsoo, setelah kedua orang tuanya bercerai, ia sangat sensitif.

"Maafkan dia," ucapku, "aku akan masuk kedalam. Terima Kasih untuk malam ini." tuturku melangkahkan kaki dengan malas.

"Tunggu!"

Taehyung meraih lenganku dengan lembut, "besok kita bisa bertemu kan? Besoknya lagi, dan juga besoknya lagi." tanyanya terdengar memohon. Aku hanya menatap lenganku yang masih Taehyung genggam.

"Jungkook juga ingin bertemu denganmu!" lanjutnya. Pria imut itu? Entah aku juga ingin sekali mengobrol dengan pemilik wajah sendu itu.

"Tidak dia tidak berniat jahat, aku akan menemanimu untuk bertemu dengan nya."

Aku mengangguk dan tersenyum. Taehyung melebarkan mata elangnya dengan senyum mengembang, "jinja? Kau benar-benar mau menemuinya."

==============
Tobecontinue 👣

Terima Kasih sudah menunggu.

Natural Strength || ᴾᴶʸ.ᴷᵀᴴ [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang