Prolog

31.2K 677 39
                                    


Libur kenaikan kelas telah usai,maka dari itu seorang gadis manis yang tengah berada di ruang istimewanya beranjak. Membuat rencana yang akan sangat menyibukkan dirinya. Apalagi kalau bukan menyampul buku,menyetrika seragam sekolah, memotong kuku,berbenah penampilan, dan masih banyak lagi.

Ya,rencana pertama adalah menyampul buku mata pelajaran. Sudah tertumpuk dua pak buku big bos,dua gulung sampul buku bergambar animasi Mickey Mouse,dan dua gulung plastik pembungkusnya.

"Baiklah,mari mulai bekerja." ucapnya dengan semangat. Lipat sini,lipat sana,lipat kiri,lipat kanan,bungkus sana,bungkus sini,jadi deh. Ok,satu buku terbungkus rapi. Gadis itu melebarkan matanya--berbinar,ia kagum dengan kerjaannya melipat sampul buku.

'Seperti sudah profesional saja.' ucapnya dalam hati. Oh ayolah gadis manis,bukankah itu pekerjaan yang sangat mudah? Kau belajar mempraktikannya dari mulai kau SD. Dengan puas ia mengambil kembali buku yang belum tersampul. Namun belum sempat ia meraih sampul bergambar Mickey Mouse itu,seseorang dengan suara toa menginterupsinya.

"Rara, kemariiiii.." Mendengar seseorang memanggilnya,gadis itu terperanjat. Menoleh ke kanan dan kiri. "Awh.. Yang mulia ratu,suka sekali mengganggu aktivitas berhargaku." Rutuknya,bibir gadis itu seketika tertarik ke bawah dengan embusan nafas lelah. Ia beranjak,lalu melangkahkan kakinya untuk menemui sang mulia ratu. Ibunya.

"Iya mih,kenawhy?" tanyanya saat mendapati wanita setengah baya yang sedang melipat pakaian di ruangan agungnya. Terlihat bijak dan juga memesona meski dengan daster motif bunga-bunganya. Wanita setengah baya yang merupakan ibu dari gadis itu menoleh sembari menaikkan sebelah kakinya ke kaki yang lain dengan angkuh dan penuh intimidasi. Ia kemudian membuka suara.

"Tolong bantuin mamih anterin rantang di dapur dong,ke tetangga baru." Maia,nama ibu gadis itu. Wanita berusia 38 tahun yang masih terlihat awet muda.

"Tetangga yang mana mih?" Gadis itu mendekat ke arah sang mamih. Yang lebih tua mengubah posisi duduknya,ia menyuruh yang lebih muda mendekat. Gadis itu mengambil duduk di samping ibunya.

"Tetangga yang baru pindahan tadi pagi.."

"Gak tahu ah mih." ujar gadis itu sembari mengedikkan bahunya tak acuh. Sang ibu meringis lalu menyentil kuping anaknya.

"Udah.. Berikan saja sana. Kamu mau jadi anak durhaka?" ancam wanita setengah baya itu,sang gadis merengut. Ia mengusap telinganya.

"Mamih sadis banget. Mana ini telingaku sakit. Nah lho.. Emangnya mamih mau punya anak durhaka? Mamih pengen aku kayak malin kundang? Mamih tega bener. Mamih udah gak sayang lagi sama Erra? Seharusnya mamih itu nyumpahin Erra yang baik-baik. Jangan yang buruk.." jawab gadis itu dengan bersungut-sungut. Ia beranjak dari duduknya. Mengembuskan nafas,lalu ia beralih membenarkan tatanan rambutnya sembari berdecak sebal.

"Ck. Kamu ini. Udah cepetan sana!" Teriak ibunya. Gadis bernama Erra itu berjengit. Lalu menatap ibunya dengan wajah merungut.

"Ya udah Erra ambil dulu ranjangnya eh rantangnya, setelah itu Erra pergi ke rumah tetangga baru. Tapi,Erra males ah mih.."

"Erra!"

"Iya mih,iya.. Aku ngelangkah ini. Eh mih,di depan sana ada kang siomay lho.. Beli,yuk? Eh.. Di pertigaan juga ada kang martabak. Sekalian beli aja yuk?"

"Gusti.. Ya Rabbi. Kamu ini buang-buang waktu banget. Udah sana cepetan, Erra!"

Baiklah kali ini akhirnya dia menurut. Erra melangkahkan kakinya menuju dapur. Meraih rantang tiga susun berwarna biru yang sudah disiapkan ibunya di atas meja.

"Mih.. Erra pergi dulu bentar. Ngasihin rantang yang tadi mamih amanatkan." teriak gadis itu dari dapur,ibunya hanya menggelengkan kepala tak kuasa.

Dikhitbah Pak Guru [Tahap REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang