11.

8.5K 384 25
                                    

Sepuluh kali melontar kata,bertatap muka,dan melempar senyum masih belum cukup untuk menciptakan sebuah rasa bernama cinta.

Erra tahu,ya Erra sangat tahu jika Rama akan meminang Nayara. Tapi,sebelum itu terjadi. Sebelum Rama dimiliki Nayara untuk selamanya, biarlah Erra menjalani hidup bersama Rama. Melakukan hal kecil yang bisa mengisi kekosongannya.

"Mas." panggil Erra,gadis itu sudah tak sungkannya keluar masuk rumah Rama. Dan sekarang dengan tak sopannya duduk di samping Rama yang sedang asyik menonton tv.

"Mas."

"Hm."

Erra tersenyum, ia kemudian beranjak lalu melangkahkan kakinya ke dapur. Rama menengok, melihat kemana gadis itu pergi.

"Mau kemana kamu?"

Erra berhenti lalu memutar tubuhnya.

"Aku mau ngambil minum." jawab Erra sembari berbalik dan melanjutkan langkahnya, Rama menggelengkan kepalanya.

Ia tak mengerti kenapa ia bisa memiliki tetangga seperti Erra,sudah manja,kurang sopan dan juga pecicilan. Ayolah, bagaimana Rama bisa bertahan padahal ia sangat tidak menyukai sifat gadis seperti itu.

Benar,kenapa ia masih bertahan dengan gadis seperti itu?

Bukankah Rama menyukai gadis dewasa seperti Nayara? Lemah lembut,penyayang, dan juga memiliki sopan santun.

Rama mengurut keningnya.

"Mas kenapa?" tanya Erra yang sudah ada di sampingnya. Rama menoleh sembari menopang dagu dengan tangan kirinya.

"Kamu ini siapa? Kenapa suka seenaknya?" tanya Rama, Erra mempoutkan bibirnya lalu ia menyimpan jusnya kemeja. Bukannya menjawab, ia malah menyandarkan punggungnya ke sopa dengan tangan yang dijadikan bantalan.

Rama menghela nafas,pria itu menggeser duduknya dan menatap Erra.

"Siapa dirimu, kenapa begitu seenaknya?"

"Aku manusia,berjenis kelamin perempuan,namaku Erra. Kenapa aku seenaknya? Karena ini adalah aku."

Kini Erra bersidekap, matanya menatap lurus.

"Huh?"

"Ayolah mas,jangan terlalu serius. Aku belum siap untuk kamu seriusi. Aku masih sekolah."

Rama semakin tidak mengerti. Daripada meladeni Erra,Rama memutuskan untuk mengganti baju.

"Mau kemana, mas?"

"Ganti baju."

"Umi mana,mas?"

"Umi pulang."

"Kok bisa? Tangan mas Rama memangnya sudah sembuh?"

"Beberapa hari ke depan mungkin tangan saya akan sembuh." jawab Rama sembari menaiki tangga.

"Waw.. Aku bisa gandeng tangan mas Rama dong kalo gitu." ujar Erra, Rama menghentikan langkahnya saat suara Erra terdengar dekat darinya. Rama menengokkan kepalanya, dan benar saja gadis itu mengekori dirinya.

Dikhitbah Pak Guru [Tahap REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang