Chapter 2

274 53 41
                                    

Katanya, perubahan cuaca bisa membuat mood seseorang juga berubah. Walaupun pada dasarnya, mood itu tergantung hati dan pikiran. Akan tetapi, sepertinya hal itu benar, sebab sekarang Jooyeon tengah menopang dagu dengan bibir mengerucut, seraya menatap ke luar jendelaㅡpada langit mendung.

Entah kenapa yang tadinya terik matahari seperti enggan untuk berbaik hati, kini justru berubah kelabu. Seperti suasana hati gadis itu.

Jam pelajaran terakhir adalah jam kosong, surganya murid kelas 2B. Cho Kyuhyunㅡguru matematika merekaㅡtadi memang tidak berangkat karena istrinya melahirkan. Seharusnya Jooyeon ikut senang, alias menikmati jam kosong ini untuk ke kantin atau mengobrol seperti yang lainnya.

Namun pertemuannya dengan si murid baru di kantin pagi tadi benar-benar membuat mood-nya hancur berantakan.

"Namaku Jeon Jungkook, kelas 2A, umurku 18 tahun dan aku cukup pintar untuk membuat gadis sepertimu jatuh cinta."

Sejujurnya, Jooyeon tidak ingin melakukannya, tapi secara otomatis otaknya mengingat nama itu.

Sialan.

Bukan berarti dia benar-benar jatuh cinta pada laki-laki tersebut. Dia hanya merasa tidak seharusnya berurusan dengan makhluk sejenis Jungkook. Tipe seperti itu adalah spesies yang paling dia hindari.

Persetan dengan Jungkook atau siapa pun namanya. Jooyeon meletakkan kepalanya di atas meja kelas; berniat memanfaatkan waktu untuk tidur. Namun semuanya gagal saat Bambam meneriakkan namanya.

"Jooyeon!"

Secara refleks dia menoleh, dan mendapati teman sekelasnya yang super berisik itu sudah berdiri di depan mejanya. Rambutnya dikeriting mengikuti jaman, sedangkan bibirnya memamerkan deretan gigi dibalik bibirnya yang ia tarik lebar-lebar.

"Kau bisa kecilkan suaramu atau tidak, sih? Sekalian saja pakai speaker sekolah!" Omel Jooyeon sarkastik.

"Sorry, tidak sengaja. Jangan salahkan suaraku yang mirip rocker ini."

"Rocker kepalamu jajar genjang!"

Bambam hanya cengengesan. "Ini ada titipan," kata laki-laki berambut kemerahan itu sembari menyodorkan sebotol air mineral dingin padanya.

"Dari siapa?" Tanya Jooyeon bingung seraya menatap botol itu juga Bambam bergantian. Tapi yang ditanyai hanya mengangkat bahu tak acuh.

"Aku disuruh tutup mulut. Katanya kau bisa tahu sendiri kalau membaca tulisan di botolnya," jawab Bambam lantas menjauh.

"Huh? Apa maksudnya?"

Jooyeon melihat aneh botol itu lantas meraihnya, memutar sisinya dan menemukan sederet kata yang ditulis dengan spidol.

Katanya kau lelah bicara denganku. Minum dulu, supaya kuat. Tidak usah terharu. JJK.

Jooyeon memutar bola matanya malas. Kembali meletakkan kepalanya di atas meja.

"Ini minummu? Boleh aku minta?" Tanya Eunbi yang baru saja datang entah dari mana. Gadis itu seperti kehausan. Jooyeon malas berpikir, tapi ia tahu kalau Eunbi pasti habis menguntit senior pujaannya.

Ia tidak berniat mengangkat kepalanya untuk kedua kali. Jadi dia hanya mengangguk ringan.

"Minum saja, sekalian habiskan. Kalau setelahnya kau mual-mual, jangan salahkan aku."

"Huh?"

"Aku bercanda."

*****

Relationsh!tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang