Chapter 6

194 44 49
                                    

...

Tadi langit begitu cerah, sekarang sudah mendung saja. Seolah mengerti sekali dengan suasana hati gadis itu. Dia mendengus, membiarkan ekor mata Jungkook mengawasinya.

Laki-laki itu memang masih di sana, duduk menyandar pada sofa usang dan menungguinya menangis sejak satu jam lalu. Mengingat itu Jooyeon malu sendiri.

Ia mengusap sudut matanya, menghapus jejak air sialan yang berani-beraninya tumpah begitu saja. Hidungnya masih merah, membuat Jungkook sedikit menahan tawa.

"Lihat apa?!" Sinis gadis itu.

"Hidungmu," jawab Jungkook. Refleks Jooyeon memegangi hidungnya.

"Jungkook, dengar ya," gadis itu berdiri, menutupi sinar matahari sampai ke wajah laki-laki itu dan membiarkan Jungkook menyipitkan mata ke arahnya. "Soal tadi, aku tidak menangis karena patah hati. Aku yang memutuskan Mingyu karena dia berselingkuh. Aku cuma kesal karena dia selingkuh dengan gadis yang lebih jelek dariku."

"Maksudmu Joo Kyulkyung? Setahuku dia cantik."

Sial. Jooyeon ingin sekali memukul kepala laki-laki itu dengan batu bata. Akan tetapi yang ia lakukan sekarang justru mengulum senyum paksa.

"Okey, mungkin dia cantik, dia menarik dan seksi. Sayangnya dia bodoh karena hanya jadi selingkuhan. Seharusnya kalau suka Mingyu, dia bilang langsung padaku. Dengan senang hati aku akan memberikan laki-laki sialan itu untuknya."

Jungkook terkekeh. "Kau yakin?"

"Tentu saja."

Laki-laki itu beranjak dari posisinya.  Ia menyusupkan kedua tangannya ke saku celana, lantas selangkah mendekat ke arah Jooyeon.

"Baguslah. Jangan menangis lagi tanpa seijinku."

Jooyeon tertegun. Kakinya mematung sementara maniknya tidak lepas menatap punggung Jungkook yang berlalu meninggalkannya.

....

Kata Eunbi, cara cepat untuk move on adalah mengurangi frekwensi bertemu tidak sengaja dengan Mingyu. Jadi, sudah hampir seminggu Jooyeon tidak pergi ke kantin, karena di sana adalah tempat paling berpotensi melihat Mingyu. Ia bahkan menghindari lewat lapangan basket, memilih rute lain jika terpaksa harus ke perpustakan. Gadis itu hanya menghabiskan waktu istirahat dengan tidur di kelas, meski Eunbi berkali-kali bilang kalau tidak harus seperti itu juga. Memangnya Jooyeon mau mati kelaparan hanya karena takut bertemu mantan kekasihnya?

"Aku tidak lapar, Bi," ujarnya seraya memberi isyarat agar sahabatnya itu berhenti merajuk. Ia sungguh tidak mood melakukan apapun. Benar-benar terlihat seperti anak gadis yang sedang patah hati.

Eunbi mencibir. Ia tidak akan menyerah kali ini. "Aku akan mentraktirmu."

Sama, masih belum ada reaksi. Eunbi benar-benar tidak akan menyerah. "Gadis bodoh!"

Refleks Jooyeon mengangkat wajah kesal, setelah satu pukulan dari buku yang dipegang Eunbi mendarat tepat di kepalanya. "Jika kau terus seperti ini, Mingyu justru akan menertawakanmu. Kau mau?"

Jooyeon mendengus, hendak protes karena kepalanya masih panas pun rasanya percuma. Jadi dia memilih mengangguk. "Baiklah. Kau yang bayar," katanya.

Relationsh!tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang