Chapter 4

206 47 25
                                    


Jooyeon merasa sial. Entah kenapa, guru-guru hobi sekali menyuruhnya melakukan ini itu. Bukan pertama kali, dia bahkan sering menggendong tumpukan buku untuk dikembalikan ke perpustakaan. Entah karena dia terlalu penurut dan baik hati atau karena nilainya yang bisa dibilang pas-pasan.

Kaki jenjangnya berjalan susah payah karena buku-buku itu menghalangi penglihatannya. Ia harus menilik sesekali, takut jika menabrak seseorang lalu berakhir dengan adegan saling membantu dan berkenalan. Seperti di drama-drama. Membayangkannya saja dia geli sendiri.

Namun bukan itu yang terjadi. Langkahnya terhenti setelah satu detik yang lalu seseorang mengambil setengah tumpukan buku yang ia bawa lalu berjalan lebih dulu meninggalkannya.

Ia mengernyit tipis, lantas mengejar laki-laki itu.

***

Sesampainya di perpustakaan, ia meletakkan buku-buku tadi pada keranjang. Tidak berniat menyusunnya di rak karena sudah ada petugas yang akan melakukannya.

Gadis itu menoleh, menatap penuh selidik ke arah Jungkook yang kini tengah menatap sampul sebuah buku, lalu menilik judulnya. Warnanya merah muda, dengan lambang hati di tengahnya.

"Kau suka membaca buku seperti itu?"

"Tidak. Hanya sampulnya bagus," jawabnya lantas menaruh buku itu dan berbalik meninggalkan Jooyeon.

Ia tentu mengikutinya, menyejajarkan langkahnya dengan langkah lebar Jungkook tidak begitu sulit. "Kenapa tidak suka? Bukankah buku dengan sampul bagus biasanya juga memiliki isi yang bagus?"

"Belum tentu."

Jooyeon mengernyit semakin dalam, "Kenapa?"

"Kau tidak bisa menilai sesuatu hanya dengan melihat dari luarnya. Lagi pula, aku tidak terlalu suka membaca."

Gadis itu manggut-manggut, "Maksudmu seperti kau?" Ia terkekeh pelan, lebih seperti mencibir. "Kupikir kau menyukai perempuan seksi. Ternyata kau menyukai laki-laki seksi," lanjutnya yang berhasil membuat Jungkook berhenti.

Ia menoleh, membiarkan gadis itu mengerjap bodoh dalam posisinya.

"Kenapa?"

"Aku tidak suka laki-laki seksi."

"Kau suka laki-laki yang imut menggemaskan?"

Bicara dengan gadis ini benar-benar membuat tekanan darahnya memanjat ke kepala. Jungkook mencoba tidak peduli, menjelaskan pun rasanya percuma. Jadi, ia memilih berjalan cepat menuju tangga yang membawa langkahnya ke atap, mengabaikan Jooyeon yang kini mencibir ke arahnya.

***

Jungkook baru saja membuka pintu atap saat telinganya menangkap sesuatu. Ia mengurungkan kakinya untuk lebih jauh, dan tanpa sadar naluri kemanusiaannya yang begitu ingin tahu membuatnya berdiri di balik pintu.

Tempat ini cukup sepi dan rahasia menurutnya. Beberapa kali dia menghabiskan waktu untuk tidur dan sejenak menjauh dari keramaian di sana, tapi baru kali ini dia melihat orang lain di tempat itu.

Mereka sedang berbicara, dan bisa ia pastikan kalau ia mengenal suara salah satunya. Yang satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Mereka sedang bertengkar? Entahlah, Jungkook tidak mendengar dengan jelas.

Relationsh!tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang