Chapter 9

342 51 29
                                    


Bagian paling menarik adalah ketika kau melihat dua orang laki-laki tampan saling berhadapan. Dan itu yang tengah Jooyeon lakukan. Dia masih terdiam di tempatnya, seraya memerhatikan Mingyu juga Jungkook di tengah lapangan. Ia penasaran. Jadi, seingin apapun dia pergi dan tidak melihat wajah mantan kekasihnya itu, Jooyeon memilih untuk menunggu.

Mingyu melirik pada bola basket yang kini menggelinding ke tengah dan ia tangkap dengan sebelah kakinya.

Jungkook tersenyum remeh. "Hey, lihat, siapa yang datang."

"Aku kira kau sudah tidak suka bermain basket," ujar Mingyu dengan memindahkan bola tadi ke tangan dan memainkan gerakan memutar dengan satu jari sebagai penopangnya. "Bukannya dulu kau sangat benci karena aku selalu menang, dan kau selalu kalah," lanjutnya, membuat Jungkook terkekeh lantas memosisikan tubuhnya duduk di atas lapangan dengan kedua tangan yang menyangga ke belakang. Mengakibatkan rambutnya yang basah bergoyang.

"Kau belum berubah, masih terlalu percaya diri," jawab lelaki bermata bulat itu yang lebih terdengar seperti kritikan.

Raut muka Mingyu mengeras. Giginya menggertak di dalam sana hingga Jungkook berdiri tepat di hadapannya. Laki-laki itu menyapukan telapak tangannya yg berkeringat, lantas mengambil alih bola tadi dari tangan lawannya.

"Ini bolaku. Ambil saja jika kau bisa," tantangnya seraya tersenyum miring.

Jungkook kembali men-dribble bola. Ia membungkuk dengan kedua tangan yang lincah mempertemukan permukaan bola dengan lantai lapangan seraya melirik Mingyu di depan sana.

"Majulah," ujar Jungkook seraya memberi isyarat agar Mingyu mendekat. Ia tersenyum menang.

Tidak menunggu lama, Mingyu mulai melawan. Dia mencoba mengambil alih dan permainan terjadi.

.....

Dug!

Bola orange itu menggelinding ke pinggir lapangan. Menyisakan dua orang yang kini terbaring di tengah seraya berebut oksigen. Netra mereka menerawang ke langit dengan masing-masing pikiran yang terbang jauh ke masa lalu.

Mingyu terkekeh pelan, masih enggan melihat Jungkook yang terbaring tidak jauh dari tempatnya.

"Kau menang," ujar laki-laki berkulit tan itu. "Sepertinya kau sangat menyukainya sampai tidak mau mengalah," lanjutnya. Kali ini hanya terdengar deru napas keduanya yang tidak beraturan.

Jungkook masih enggan menjawab. Katup bibirnya setengah terbuka hanya ia gunakan untuk memasok oksigen sebanyak-banyaknya. Dia tidak pernah lupa kalau Mingyu selalu banyak bicara.

"Kau ingin aku memberikannya padamu? Seperti yang kau lakukan dulu," tanya Mingyu.

"Tsk!" Jungkook berdecak. Ada nada kesal dari kekehannya. Ia terdiam sesaat, lalu melanjutkan, "Apa bagimu semua yang ada di dunia ini adalah permainan?"

Mingyu terdiam, membiarkan Jungkook berdiri dari posisinya dan melirik ke arahnya.

"Aku tidak pernah tertarik menjadikannya taruhan. Dia terlalu baik untuk jadi mainan," sarkas Jungkook lalu berjalan pergi meninggalkan Mingyu yang masih mencerna ucapannya.

Detik berikutnya Mingyu terkekeh. Entah kenapa, ucapan Jungkook begitu menarik perhatiannya. Oh, ayolah. Lawannya tadi baru saja menjatuhkan harga dirinya. Dan seorang Kim Mingyu tentu tidak akan diam saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Relationsh!tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang