Bae Irene, satu nama yang akan membuatku secara spontan tersenyum cerah. Rasanya aneh, bahkan aku sempat berfikir bahwa aku mulai kehilangan sedikit kewarasanku. Bagaimana bisa hanya dengan sebuah nama membuatku tersenyum tak mengenal waktu dan temp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa yang kau lakukan?" - Kim Kai
Irene menatap sarapannya tanpa minat, semenjak sepuluh menit sarapannya tersaji yang ia lakukan hanya mengaduk ngaduk isinya tak jelas. Sesekali hembusan nafas kasar terdengar ditelinga Yeri yang duduk didepannya. Yeri menghela nafas, meletakkan sendok disisi piringnya dan mengesampingkan rasa lapar yang sudah menggerogoti lambungnya sejak ia bangun tidur.
"Sampai kapan kau akan marah padaku seperti ini?"
"Aku tidak marah. Hanya kesal."
Baiklah, Yeri mengerti sikap diam yang diberikan sahabatnya itu sejak semalam tapi yang tidak ia mengerti kenapa Irene harus semarah itu ketika ia tahu bahwa Yeri yang memberikan nomor ponselnya pada Sehun? Itu hanya nomor ponsel! Kalau Irene tidak suka berhubungan dengan pria itu bukankah ia cukup mengabaikannya saja bukan? selesai.
"Awalnya aku kira kalian sungguh berpacaran. Jadi aku rasa tidak ada salahnya memberinya nomormu."
Yeri berkata dengan suara pelan takut-takut Irene meneriakinya lagi seperti semalam saat ia mengaku memberikan nomornya pada Sehun setelah Irene menanyakan nomor asing yang mengiriminya pesan. Irene mendongakkan kepalanya lalu berkata dengan suara yang cukup membuat orang-orang sekitar mereka menoleh ingin tahu, membuat Yeri harus menutup matanya sejenak sebelum melemparkan senyuman bersalah pada penghuni restoran dilantai satu di hotel tempat mereka menginap.
"Sudah kubilang dia itu bukan pacarku!"
"Baiklah-baiklah.. Pelankan suaramu. kau membuat kita jadi bahan tontonan."
Yeri mendengus kemudian melempar senyum terpaksanya lagi pada orang-orang yang merasa terganggu dengan ulah sahabatnya. Begitu Yeri tidak sengaja melihat kearah counter tak jauh didepan Yeri menyipitkan mata mengamati sosok yang ia rasa dikenalnya.
"Itu Sehun! masih dengan gadis yang semalam." Yeri berseru spontas.
Irene yang sedang acuh dengan sekitarnya karna suasana hati yang sungguh tidak dalam keadaan baik itu mau tak mau menolehkan kepalanya begitu satu nama yang sejak semalam membuat perasaannya campur aduk mengalun memasuki indra pendengarannya. Didepan sana didapatinya pemandangan yang tak jauh berbeda seperti semalam, Sehun begitu akrab dengan gadisnya-- gadisnya? Ya tuhan, kenapa rasanya aku tidak suka menyebutnya seperti itu!.
Belum sempat Irene mengalihkan arah pandangnya dari Sehun, pria itu sudah lebih dulu membalikan tubuhnya -dengan kedua sikunya ia taruh di meja counter untuk menopang punggungnya bersandar sembari menunggu gadis disebelahnya memilih menu sarapannya- hingga matanya kini bersitatap dengan mata jernih milik Irene yang menatapnya terkejut namun berubah normal kembali hingga akhirnya memilih untuk menatap Yeri didepannya. Sehun mengeryit tak suka dengan sikap Irene yang seakan menganggapnya tak ada, sangat acuh.