Responsibility

1.9K 284 20
                                    

Sehun jengah, jadi yang dilakukannya terus berjalan tanpa ada niatan untuk berhenti disaat suara melengking memekakan telinga itu menyerukan namanya sangat kencang. Dia terpaksa berbalik kala tangan kurus milik Joy mencegat salah satu tangannya dan memaksa Sehun menghadap gadis itu yang kini terlihat marah.

"Kau pikir kau itu siapa?! Beraninya kau mengabaikanku."

"Menurutmu?" Suara Sehun datar membuat dengusan kesal tertangkap indra pendengarnya.

"Aku tidak perlu untuk bertele-tele karna kau pasti tahu apa tujuanku kemari."

Joy bersidekap memasang wajah angkuh dengan dagu yang ia angkat lebih tinggi. Sehun bukan lelaki bodoh yang tidak tahu apa maksud dari Joy yang mencegatnya seperti ini. Ah, sungguh ini bukan gaya Sehun untuk berurusan dengan masalah para gadis. Seandainya ini tidak menyangkut soal Irene, Sehun yakin dirinya akan pergi tanpa perlu berbalik atau bahkan menutup telinga dengan apa yang terjadi disekitarnya. Bukan bermaksud acuh, hanya saja Sehun tidak suka mencampuri urusan yang ia sendiri tidak terlibat didalamnya tapi kali ini merupakan pengecualian dalam prinsipnya. Lalu, berurusan dengan gadis bernama Joy yang entah itu nama asli atau nama panggilannya -demi Tuhan Sehun tidak peduli- sangat membuang waktunya yang berharga.

"Kau tidak bisa memberhentikanku dari sekolah karna hal sepele seperti ini."

"Sepele katamu?"

"Kau terlalu berlebihan, lagi pula dia tidak apa-apa'kan? Jadi jangan memperbesar masalah seperti ini."

Sehun bersyukur dengan kenyataan bahwa orang yang sedang bicara dihadapannya ini adalah seorang perempuan. Andaikan Joy lelaki Sehun dengan yakin akan mendaratkan bogem mentah di wajah penuh riasan itu. Rahangnya mengeras tapi tidak merubah ekspresi wajah tenangnya namun cukup membuat Joy tahu bahwa lelaki itu sedang menekan emosinya.

Joy berdehem, "Aku juga tidak tahu kalau dia tidak bisa berenang, jadi itu bukan salahku sepenuhnya." Lanjutnya sembari memperhatikan jari-jari kukunya yang penuh warna menyilaukan mata.

Bukan tidak bisa berenang tapi dia trauma dengan laut. Ingin rasanya Sehun meneriaki gadis didepannya tapi ia urung dan justru memilih maju selangkah mendekat.

"Kau tahu apa yang kedua temanmu lakukan setelah kejadian kemarin? Mereka datang untuk minta maaf dan mengaku salah, tapi apa yang kau lakukan? Kau masih menyombongkan diri dan malah berbalik menyalahkan Irene."

"Aku tidak--"

"Kau berhenti. Dikeluarkan."

"Apa? Hey! kau tidak bisa melakukan ini tanpa persetujuan pihak sekolah. Aku juga tidak akan tinggal diam diperlakukan tidak adil seperti ini." Joy mulai menaikan nada suaranya bersama matanya yang membelalak marah menunjukan betapa tidak terimanya ia diperlakukan tak adil oleh Sehun. "Aku akan panggil ayahku untuk menuntutmu."

Sehun tersenyum separuh. Ia tahu apa pekerjaan ayah Joy, yaitu seorang pengacara handal yang sudah banyak menangani kasus-kasus terkenal. Tapi itu tidak akan membuat Sehun panik atau takut sekalipun jika saja ia sampai dituntut, alih-alih takut Sehun justru terlihat tenang sekali. Ada satu keuntungan yang Sehun dapat dari status pekerjaan ayah Joy.

"Bagus kalau begitu. Panggil ayahmu dan aku akan bicara langsung padanya atau mungkin akan lebih baik jika aku yang datang langsung menemui ayahmu."  Sehun mendekat semakin menipiskan jarak, dengan tatapan tajam bersama senyum miring yang tercetak dibibir tipisnya Sehun melanjutkan, "Kau tidak lupa kan dimana ayahmu bekerja sekarang. Atau perlu kujelaskan?"

Air muka Joy berubah tegang saat Sehun kembali bicara dengan sedikit menundukkan kepalanya lalu berbisik di telinga Joy.

"Pengacara Park adalah pengacara keluarga Oh, kau mengerti maksudku? Jadi, jangan ceroboh Sunbae. Kusarankan agar kau mengaku salah saja dan seperti katamu tadi jangan memperbesar masalah ini." Sehun menegakkan tubuh dan menjauh dari Joy. "Dengan begitu kau bisa melanjutkan pendidikanmu."

SUMMER IN LOVE [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang