Bae Irene, satu nama yang akan membuatku secara spontan tersenyum cerah. Rasanya aneh, bahkan aku sempat berfikir bahwa aku mulai kehilangan sedikit kewarasanku. Bagaimana bisa hanya dengan sebuah nama membuatku tersenyum tak mengenal waktu dan temp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa kau terlihat gugup?" -Sehun-
Bae Irene, satu nama yang akan membuatku secara spontan tersenyum cerah. Rasanya aneh, bahkan aku sempat berfikir bahwa aku mulai kehilangan sedikit kewarasanku. Bagaimana bisa hanya dengan sebuah nama membuatku tersenyum tak mengenal waktu dan tempat hingga teman-temanku mengatakan aku sudah tidak waras.
Seorang gadis yang bisa membuatku ingin berlari ketika mataku menangkap sosoknya, membuatku ingin terus memaksanya ketika ia terus menolak, membuatku ingin mencubit pipinya gemas ketika ia memberengut kesal atau yang lebih gila lagi membuatku ingin melumat habis bibir pink merekah miliknya ketika ia mulai memarahiku. Astaga, aku sudah gila.
Dari sekian banyak gadis yang kutemui kenapa aku harus menyukainya yang merupakan seniorku. Kurasa banyak gadis sebayaku yang mengutarakan ketertarikannya padaku tapi tidak ada satupun yang menarik perhatianku. Justru dia gadis berambut panjang dengan senyum menawan yang selalu membuat matanya ikut tersenyum seperti bulan sabit yang berhasil menarik perhatianku. Tidak tahu kapan pastinya aku mulai menyukainya, seingatku mungkin sekitar dua bulan yang lalu itu pun dikarenakan oleh sebuah kecelakaan kecil yang kulakukan.
Masih segar diingatanku, siang itu aku yang sedang bermain basket berniat mengoper bola pada temanku yang berjarak sekitar dua meter dari tempatku berdiri. Tak disangka lemparanku terlalu melambung jauh melewati temanku yang bersiap menangkap lemparanku dan tidak kuperhatikan pula tak jauh disamping lapangan ada seorang gadis yang sedang berjalan sembari membaca atau -entah apalah itu- terlihat fokus dengan buku ditangannya tak memperhatikan bola yang mengarah kearahnya. Aku secara spontan berlari kearahnya bahkan sebelum bola mengenai kepalanya. Dia meringis memegangi kepalanya bahkan buku dipelukan tangannya jatuh berserakan. Aku panik dan segera memeriksa keadaannya. Ketika kutanya apakah ia baik-baik saja, Irene masih terdiam memegangi kepalanya membuatku semakin merasa bersalah namun didetik berikutnya ia mendongak mengulas senyum lebar hingga menampakkan sederet gigi putih rapih dan mata yang ikut terseyum membentuk bulan sabit sembari mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Saat itu, saat kulihat senyum lebar itu kurasakan degup jantungku berjalan sedikit tidak normal membuatku terpaku beberapa saat melihatnya.
Sebaliknya Irene meminta maaf padaku karna sudah membuatku khawatir. Kenapa ia yang meminta maaf? Ia berjongkok memunguti buku-buka yang sempat terjatuh lalu setelahnya ia kembali melangkahkan kakinya pergi. Sebelum sempat berbalik kuhentikan langkahnya dengan menanyakan siapa namanya.
"Namaku Irene, Bae Irene." Katanya tak lupa mengulas senyum cantik. Setelah keajadian itu aku mulai sering memperhatikannya dan mulai memberanikan diri untuk mendekatinya dengan berbagai cara. Hingga sampailah aku disini mendeklarasikan dirinya sebagai kekasihku tanpa peduli penolakkannya.