Chap 3

3.4K 495 53
                                    

Seokjin pulang kerumahnya setelah bertemu dengan Namjoon, dan Namjoon yang tiba-tiba dijemput oleh Ayahnya.

"Eomma, aku pulang" Seru Seokjin sambil menyusun sepatunya ditempat tumpukan sepatu.

"Ah, Eomma lupa memberitahumu. Lusa kita harus pergi ke Seoul untuk bertemu dengan seseorang" Ucap sang Ibu yang muncul dari arah dapur.

"Siapa Eomma? Memangnya kita punya saudara di Seoul?"

Ibu Seokjin mendekati Seokjin dan tiba-tiba mengelus tangan Seokjin.

"Nak, sebentar lagi impianmu untuk melihat akan segera terwujud."

"Maksud Eomma?"

"Besok kita akan bertemu dengan tim rumah sakit yang menangani pendonoran mata. Kita akan memeriksakan dirimu untuk bisa mendapatkan donor mata. *hiks* Eomma tidak sabar kamu akan bisa melihat lagi" Jelas Ibu Seokjin dengan mata berkaca-kaca.

"E-eomma...." Seokjin memeluk sang Ibu dengan penuh tangis.

"Sudah-sudah jangan menangis. Maafkan Eomma dan Appamu membuatmu menunggu dengan keadaan seperti ini. Jika saja hari itu.... *hiks*..."

"Tidak usah dibahas tentang itu Eomma. Itu hanya kecelakaan, dan.... Aku sebenarnya sudah ikhlas dengan keadaanku ini"

"Ani. Ini semua karena Eomma yang lalai menjagamu. Maafkan Eomma ne..."

Ibu Seokjin semakin menangis mengingat kejadian hari itu. Hari dimana kecelakaan itu terjadi yang menyebabkan Seokjin tidak bisa melihat. Kecelakaan yang membuat anak kesayangannya kehilangan kesempatan untuk melihat dunia yang indah ini.

.

.

.

"Jangan melanjutkan live in ditempat itu. Appa sudah mengatakannya pada pelatihmu" Ucap Ayah Namjoon setibanya mereka dirumah.

"Beri aku alasan, maka aku akan menurutinya jika alasan Appa memang masuk akal"

"Appa sebenarnya dari awal tidak setuju kamu masuk di tim basket."

"Ini juga masa depanku, Appa"

"Masa depanmu sudah jelas, bahwa kamu akan memimpin dan melanjutkan jejak Appamu ini!!"

"Jika aku tidak mau, apa yang Appa lakukan?"

"Hal seperti ini kamu tidak berhak memilih Nak. Ini sudah jalanmu sejak kamu lahir"

"Appa!!!"

"Dengarkan Appa! Jangan membantah dan jadilah anak yang baik"

Tuan Kim beranjak dari sofa dan pergi meningalkan Namjoon.

Namjoon menggeram marah dan segera masuk ke kamarnya, serta membanting pintu kamarnya tertutup. Dia bahkan mulai mengobrak-abrik isi kamarnya. Namjoon marah bahwa dia tidak bisa memilih kebahagiaannya sendiri.

Basket adalah salah satu nafas Namjoon sejak kecil. Dia sudah menyerahkan sebagian jiwanya untuk bermain basket. Saat dimana orang tuanya sibuk dengan perusahaannya, Namjoon setidaknya memiliki hobby lain yang membangunkan semangatnya untuk hidup, yaitu basket.

Tetapi bukan Namjoon namanya jika tidak memberontak. Namjoon tetap bersikeras untuk melanjutkan apa yang dia mau.

.

.

.

Namjoon kembali ke desa Gangyeong seorang diri. Mau bagaimana pun juga, dia tetap akan mempertahankan untuk melanjutkan live in disini.

I Can See Your Heart [ NamJin Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang