Jungkook memasuki mobilnya dengan satu cup minuman hangat ditangannya. Diluar sana, hujan masih mengguyur deras, membuat hawa dinginnya menusuk hingga ke tulang.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanyanya pada Lisa. Raut wajahnya menyiratkan kecemasan yang luar biasa saat mendapati mata sembab sang gadis.
Lisa hanya menggeleng pelan. Ia tidak baik-baik saja. Melihat tubuh tak bernyawa Song Naeul, membuat seluruh persendiannya melemas.
Jungkook menghela nafas pendek. Lelaki mana yang tega melihat wanitanya terguncang seperti ini? Dari sekian banyak kasus pembunuhan yang mereka tangani, baru kali ini ia melihat Lisa sangat terpukul seperti ini. "Aku membawakanmu kopi. Minumlah." ia menyodorkan cup ditangannya. Mungkin kopi hangat ini dapat menenangkan pikiran gadis itu.
Lisa menerimanya dengan tangan bergetar. Potret wajah Naeul kembali terpampang dalam pandangannya. Sebagaimana keceriaan gadis kecil itu kemarin, yang tiba-tiba menghampiri setelah ia selesai makan siang disebuah restoran dan berkata, "Ini untuk eonni." senyumnya cerah sekali. Gadis kecil itu memberikan setangkai bunga matahari pada Lisa.
Lisa menerimanya dengan alis yang bertaut dan segera bertanya, "Mengapa memberikan ini padaku?"
Gadis kecil itu masih menyunggingkan senyumnya. Tampak malu-malu dengan kedua tangan yang saling bertaut dibelakang. Mendongak, menatap Lisa yang jelas lebih tinggi dari tubuhnya. "Eonni mirip sekali dengan mendiang kakakku."
Lisa kembali terisak mengingatnya. Bulir-bulir air mata kembali mengaliri pipi mulusnya. Tak memperdulikan kopi yang mulai tumpah karena tangan bergetarnya.
Astaga, Naeul hanyalah gadis kecil yang manis. Mengapa seseorang tega membunuhnya dengan tragis hingga lehernya nyaris putus seperti itu? Mengapa?
Lisa meraung dalam hati. Dadanya terasa begitu sesak.
Jungkook segera merengkuh tubuh bergetar itu. Ia memeluknya, memberikan usapan halus pada punggung sang kekasih.
"Hiks, she's just a little girl." Lisa menangis pilu. Naeul adalah gadis yang baik. Lisa bahkan hendak memberikan uang sebagai imbalan untuknya, namun gadis kecil itu menolak. Alasan Naeul memberikan bunga tersebut memang murni karena ia melihat wajah mendiang kakaknya yang seakan tercermin pada wajah Lisa, bukan untuk meminta bayaran.
"Sshh~" tangan Jungkook tak berhenti memberikan usapan lembut pada surai dan punggung Lisa. Rasanya cukup menyakitkan ketika melihat gadis yang kau cintai sedang menangis pilu seperti ini. "Kita akan menemukan pelakunya. Aku berjanji."
°°
Jika ditanya, apakah Lisa bahagia dengan kehidupannya saat ini, tentu saja jawabannya adalah ya.
Mengencani kakak tirinya sendiri tentu bukan sebuah pilihan yang mudah.
Empat tahun yang lalu, saat untuk pertama kalinya Lisa menginjakkan kakinya dirumah besar milik Tuan Jeon ini, ia hanya berharap dapat hidup dengan tenang dan melihat Ibunya kembali merasakan kebahagiaan.
Namun Lisa tak pernah menyangka ketika si kelinci sialan yang ia panggil oppa itu tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam kamarnya dengan ekspresi aneh dan berkata, "Aku butuh bantuanmu."
Tentu saja Lisa merasa takut dan bingung. Ia bahkan sudah siap dengan sedotan ditangannya, berjaga-jaga jika Jungkook melakukan suatu hal yang aneh--ia dapat segera mencolok bola mata berkilau milik pemuda itu dan berlari menyelamatkan diri.
Namun agaknya, hal itu hanya akan menjadi bayangan saja. Karena seolah tengah kehilangan kewarasan atau kehilangan separuh otaknya, Lisa menuruti permintaan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
red lips | lizkook✔
Fanfiction[M] Di balik ketampanan dan kepemimpinannya yang tegas, Letnan Jeon Jungkook memiliki misteri tersendiri dalam hidupnya. Menutupnya rapat-rapat dari kedua mata sang ayah, yang membuatnya terpaksa harus menjalani hubungan dengan seorang agen rahasia...