Lisa menghela nafas berat setelah Eunbi berlalu meninggalkan ambang pintu kamarnya. Menutup pintu sembari berfikir keras mengenai ucapan terakhir Eunbi, membuat kepalanya terasa ingin meledak.
Apa mungkin Eunbi yang menerornya selama ini? Mengingat Eunbi yang memang sudah menggilai Jungkook bahkan sebelum perjodohan itu di mulai, rasanya cukup masuk akal jika gadis itu akan melakukan apapun demi mendapatkan atensi Jungkook. Kendati demikian, Lisa masih tetap memiliki pertimbangan tersendiri.
Untuk apa Eunbi menerornya melalui pesan singkat jika bahkan gadis itu dapat langsung meneriakkan isi kepalanya pada Lisa secara langsung seperti tadi?
Aneh.
"Siapa yang datang?" Jungkook memunculkan dirinya setelah beberapa saat berdiam diri di dalam kamar mandi.
Lisa melangkah menuju lemari besarnya. "Calon istrimu." ia menanggalkan bathrobe-nya, kemudian meraih sepasang baju tidur dan memakainya dengan tidak bertenaga.
Jungkook mendesah lelah. Mendengar kalimat 'calon istri' yang disematkan Lisa untuk Eunbi membuat perutnya bergolak, ingin muntah. Ia merebahkan dirinya di atas ranjang Lisa, memandang langit-langit kamar dengan tatapan kosong. "Aku tidak mencintainya. Kau tahu itu, 'kan?"
Tahu. Lisa sangat tahu sekali jika Jungkook hanya mencintai dirinya. Tapi yang dikatakan Eunbi memang ada benarnya. Apa yang bisa dilakukannya? Mencegah pernikahan Jungkook yang akan dilaksanakan tiga bulan mendatang dengan mengatakan secara gamblang pada semua orang jika ia dan Jungkook saling mencintai? Atau pilihan terakhir adalah membiarkan Jungkook menikahi Eunbi.
Keduanya buruk. Jika saja seandainya Tuhan memberinya satu opsi lagi, yaitu menjalani kehidupan yang tenang dan bahagia bersama dengan Jungkook seumur hidup, maka Lisa akan memilihnya tanpa berpikir panjang.
Setelah memakai pakaiannya, Lisa merangkak naik ke atas ranjang, dan berakhir berbaring di dalam rengkuhan hangat Jungkook. Menenggelamkan wajah pada dada bidang sang kekasih, memeluknya dengan satu tangan, kemudian menghirup feromon khas seorang Jeon Jungkook yang selalu ia rindukan. "Aku percaya padamu, Jung. Tapi ... Bukankah ini akan terasa sulit untuk kita?"
Jungkook mengecupi puncak kepala Lisa--merasakan kenyamanan yang mulai melingkupi keduanya. Memang, tak ada yang lebih menyenangkan selain berbagi kehangatan dengan orang terkasih. "Aku akan mencari cara untuk membatalkan pernikahan bodoh itu."
Lisa mendongak, menatap Jungkook tepat pada netra jelaganya, "Aku hanya belum bisa berpikir kesana. Tapi kurasa ini bukan waktunya untuk memikirkan bagaimana cara untuk membatalkan pernikahanmu dengan gadis menyebalkan itu. Ada sesuatu yang lebih penting lagi, karena seseorang yang menerorku kembali berulah dan membuat kekacauan."
Jungkook menyernyit. Alisnya bertaut bingung. Ia belum menerima laporan dari siapapun setelah pulang dari kantor. "Apa yang dia lakukan? Apa dia melukaimu?" tanyanya dengan kekhawatiran yang menyerang.
Lisa menggeleng pelan. Ia bangkit terduduk, yang segera diikuti oleh Jungkook. "Tadi ketika aku sedang berada di kedai kopi, seorang anak laki-laki menghampiriku. Aku juga sempat berbincang dengan Ibunya, sampai setelahnya, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrak kedua manusia tak berdosa itu hingga tewas di tempat." Lisa merasakan dadanya bergemuruh. Ada amarah dan juga kesedihan yang bercokol di dalamnya. Merasakan bola matanya mulai memanas, sebelum kembali melanjutkan, "Dan si keparat itu kembali mengirim pesan berisi ancaman padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
red lips | lizkook✔
Fanfiction[M] Di balik ketampanan dan kepemimpinannya yang tegas, Letnan Jeon Jungkook memiliki misteri tersendiri dalam hidupnya. Menutupnya rapat-rapat dari kedua mata sang ayah, yang membuatnya terpaksa harus menjalani hubungan dengan seorang agen rahasia...