Lisa mengendarai motor sport-nya dengan perasaan yang bergemuruh, membelah jalan raya Rothenbelle yang cukup lengang pada pukul delapan malam lewat lima menit ini. Ia memacunya lebih cepat lagi setelah berpisah dengan Gaeun di persimpangan jalan lima menit yang lalu.
Amarahnya menggelegak hingga ke ubun-ubun. Matanya berkilat penuh emosi. "Keparat!" umpatnya berkali-kali.
Gadis bersurai cokelat itu tersenyum kecut. Jadi siapa pengecut yang sudah berani menerornya? Membunuh orang-orang tak berdosa hanya demi kepuasan semata. Biadab.
Apa katanya? Membongkar rahasia terbesar? Maksudnya memberitahu semua orang kalau Lisa berkencan dan tidur bersama kakak tirinya, begitu? Gila! Haha. Lisa benar-benar ingin tertawa dibuatnya. Dengan membeberkannya kepada orang-orang, tentu saja akan mencemarkan nama baiknya beserta keluarganya. Apalagi Mayor Jeon termasuk orang yang paling di hormati di daerah Rothenbelle ini.
Setelah lima belas menit memacu motornya dengan kecepatan tinggi plus diiringi suara petir yang menyambar, akhirnya gadis itu sampai dirumah besarnya.
Dahinya mengerut, melihat keberadaan satu mobil asing yang terparkir di halaman. Tak perlu waktu lama untuk berfikir hingga di akhiri oleh decihan menyebalkan yang keluar dari bibirnya.
Ia lantas memasuki rumahnya setelah membuka jaket kulit beserta helm berwarna hitamnya yang segera di ambil alih oleh bibi Han.
"Eoh, Lalisa." Ibu menyambut hangat setelah mendapati presensi Lisa yang memasuki area ruang makan. "Kau baru pulang, sayang? Mengapa malam sekali?"
Gadis itu sejenak mengabaikan sang Ibu, memilih untuk membungkuk hormat dengan seulas senyum paksa pada ketiga tamu yang ikut mengelilingi meja makan keluarga Jeon.
"Hanya ada sedikit pekerjaan, Ibu." ujar Lisa setelahnya, berusaha menenangkan ketika Ibunya melukis raut cemas pada wajah. "Aku ingin mandi dahulu. Untuk Tuan dan Nyonya Choi, juga Eunbi, silahkan menikmati makan malamnya." Lisa beralih pada sepasang suami istri beserta anak perempuan mereka yang duduk disisi Jungkook.
"Cepat kembali, nak." ujar Mayor Jeon. "Kami akan menunggumu."
Lisa menggeleng seraya mengibaskan tangan tak setuju. "Tidak, Ayah. Aku akan minta tolong pada bibi Han untuk mengantarkan makan malamku ke kamar. Aku harus segera menyelesaikan laporanku." alibinya.
"Jangan paksakan dirimu untuk bekerja terlalu keras, nak. Jungkook akan membantumu." jawab Mayor Jeon.
Lisa melirik pada Jungkook yang sedari tadi mengunci rapat mulutnya dengan wajah tertekuk masam. Lisa mengerti apa sebabnya. "Ya, Ayah. Aku hanya akan mengerjakan sedikit laporan kemudian segera bergegas tidur."
Setelah menerima persetujuan dan perjanjian pada Ayah dan Ibu untuk segera beristirahat secepatnya, Lisa lantas berbalik untuk melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Dari pada duduk tergagu dan ikut makan malam sembari menyaksikan Jungkook yang duduk bersisian dengan calon istrinya itu, lebih baik Lisa memilih untuk tidak makan sama sekali malam ini.
Melihat eksistensi Choi Eunbi yang berada disekeliling Jungkook membuatnya sangat muak. Apalagi ketika mendapati gadis berambut hitam itu yang memberikan senyuman mengejek padanya. Sial. Membuat Lisa ingin menyiram wajah cantik itu dengan kuah sup panas saat itu juga.
Merasa menang, heh?
Lisa tidak menyalahkan kehendak orangtua mereka yang ingin menjodohkan Jungkook dengan wanita lain. Lisa tahu hal ini akan terjadi. Tapi, oh, ayolah. Mengapa harus Choi Eunbi? Gadis menyebalkan yang pernah mendorongnya ke dalam parit berlumpur saat sekolah menengah atas dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
red lips | lizkook✔
Fanfiction[M] Di balik ketampanan dan kepemimpinannya yang tegas, Letnan Jeon Jungkook memiliki misteri tersendiri dalam hidupnya. Menutupnya rapat-rapat dari kedua mata sang ayah, yang membuatnya terpaksa harus menjalani hubungan dengan seorang agen rahasia...