"Apa yang terjadi?" Jungkook dan Jimin memasuki ruangan Lisa dengan mata yang membelalak, terkejut mendapati wajah gadis itu yang memerah--menahan tangis dan emosi yang memburu, sementara Gaeun berdiri disisinya dengan tubuh yang sedikit bergetar ketakutan.
"Seseorang mengirimkan makanan yang mengandung racun atas namamu." ucap Lisa.
Jungkook dengan gesit memeriksa satu kotak kimchi berukuran sedang yang masih tertata rapih diatas meja. Aromanya sedikit aneh dan bercak-bercak kehitaman menempel pada pinggiran kotak tersebut, menandakan seberapa cepat racun itu bereaksi.
Entah apa yang terjadi jika makanan tersebut sampai masuk kedalam mulut dan dicerna oleh perut manusia. Mungkin saja malaikat maut akan segera menjemput saat itu juga. Yeah, minimal menunggu perut terasa panas, mulut berbusa, leher terasa tercekik, serta dada sesak seperti terhimpit.
"Argh!" Lisa melempar sumpit tersebut secara sembarang. Ia terduduk menekuk kedua lutut, memeluknya dan menenggelamkan wajahnya disana. Air mata merembes begitu saja. Ia lelah. Sangat lelah.
Jungkook ikut bersimpuh, memeluk sang kekasih, mencoba menyalurkan kekuatan yang ia miliki melalui sebuah usapan hangat pada surai panjang Lisa.
Pun dengan Gaeun yang tak kuasa menahan lelehan liquid bening pada pelupuknya, melihat sang sahabat yang begitu kacau--tak terdefinisikan.
Jimin memandang prihatin. Ia sudah mengerahkan hampir seluruh tenaga dan pikirannya untuk mencoba memecahkan clue tak kasat mata ini. Menebak-nebak, kira-kira siapa keparat yang sudah berani mengganggu ketentraman kedua adiknya.
Sementara pada jarak puluhan kilometer, tepatnya disebuah ruangan disalah satu rumah besar--seseorang tersenyum simpul memandangi layar salah satu komputernya yang kini sedang menampilkan adegan yang menurutnya sangat dramatis.
Ia mendecih. Apa-apaan ini?
Ia sudah dapat menduga sebelumnya jika perempuan seperti Lisa tidak mudah untuk ditumbangkan.
Tangan kanannya memainkan kursor mouse-nya, mengecek layar komputernya yang lain--dari tiga yang tersedia diatas meja.
Ketiganya menampilkan aktifitas yang terekam pada kamera cctv tersembunyi yang telah ia letakkan secara diam-diam, termasuk pada ruang kerja Jungkook, ruang kerja Lisa, kediaman mereka, bahkan kamar pribadi mereka.
Bahkan ia merasa ingin sekali menghancurkan layar komputernya saat itu juga ketika monitor tersebut menampilkan adegan panas yang kerap kali dilakukan Lisa dan Jungkook. Oh, tentu saja rasanya sangat kesal bukan main.
Sebelah alisnya terangkat saat presensi Mayor Jeon tertangkap oleh matanya. Pria setengah baya itu terlihat sedang memeriksa berkas-berkas laporan diruang kerja pribadinya sembari ditemani secangkir kopi hangat.
Sorot matanya menajam disertai dengan seringai yang terukir angkuh pada bibir.
Ia sudah menemukan target selanjutnya.
°°
Jungkook menutup pintu kamar hotel dibelakangnya dengan satu kaki yang segera terkunci secara otomatis. Bibirnya bertaut panas dengan milik Lisa. Sangat terburu dan begitu liar.
Bekas-bekas air mata yang mengering samar-samar masih terlihat pada pipi mulus Lisa. Gadis itu sedang membutuhkan pengalihan dari stress dan kesedihan yang baru saja melandanya. Ancaman itu lebih ditujukan padanya. Keparat tersebut menginginkan Jungkook. Ia sudah paham sekarang.
Melumat kasar dan panas. Suara decakan mereka terdengar beriringan dengan suara denting jarum jam. Lisa membantu Jungkook untuk melepaskan kemejanya dengan terburu. Sementara Lisa sudah berhasil meloloskan pakaian atasnya sejak beberapa detik yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
red lips | lizkook✔
Fanfiction[M] Di balik ketampanan dan kepemimpinannya yang tegas, Letnan Jeon Jungkook memiliki misteri tersendiri dalam hidupnya. Menutupnya rapat-rapat dari kedua mata sang ayah, yang membuatnya terpaksa harus menjalani hubungan dengan seorang agen rahasia...