Aroma alkohol yang berpadu dengan aroma citrus--menyeruak disetiap inci kamar Jungkook. Sejumlah benda terlihat berhamburan di lantai, beberapa benda bahkan terpecah belah dan Jungkook sama sekali tidak memperdulikannya.
Pria itu kembali menuangkan whiskey-nya, menyesap dalam sekejap dan merasakan sensasi panas dan pahit mengaliri tenggorokannya dalam satu waktu yang bersamaan.
Ia menumpu kepalanya pada meja kerja di kamarnya tersebut. Kepalanya pening sekali. Gelegak amarah dan kesedihan masih bercokol kuat di dalam dadanya.
Ayahnya telah dikirim ke peristirahatan terakhir sejak tiga hari yang lalu, bersamaan dengan Lisa yang hingga saat ini masih tak sadarkan diri dirumah sakit.
"Argh!" ia melempar botol whieskey itu secara sembarang--menghantam dinding hingga hancur berantakan.
Jungkook mengacak surainya dengan frustasi. Ia kembali menangis. Pertahanannya runtuh kembali. Hidupnya berantakan, dan ia tidak tahu harus melakukan apalagi.
Kebahagiaannya telah direnggut. Jiwanya terkoyak habis. Lemah sekali, bahkan Jungkook tidak tahu apakah ia masih dapat berdiri tegap kendati hanya tiupan angin ringan yang menerpa tubuhnya.
"Jung.." seseorang datang dan mengelus puncak kepala Jungkook dengan lembut.
Jungkook berusaha mengangkat kepalanya yang terasa berat, mendongak untuk melihat presensi seorang gadis disisinya. Dahinya menyernyit dengan mata yang berkedip bingung, "Lisa?"
Eunbi melonggarkan senyumnya. Ia mendecih pelan. Bahkan disaat-saat seperti ini, Jungkook masih saja memikirkan kekasihnya. Hal itu membuat Eunbi sedikit-banyak merasa iri. Dalam hati bertanya-tanya, Mengapa harus si jalang itu? Mengapa bukan diriku?
Tapi percuma saja berbicara dengan seseorang yang tengah mabuk seperti Jungkook. Maka Eunbi hanya menghela napas, kemudian berusaha memapah tubuh Jungkook. "Tidurlah di ranjangmu, Jung."
Jungkook melangkahkan kakinya dengan satu tangan yang bertumpu pada Eunbi dengan pandangan berkunang-kunang. Kepalanya pusing bukan main, seperti ada berton-ton besi diatas tempurung kepalanya. "Lisa.. Lisa.."
Mendengar racauan Jungkook, membuat rasa nyeri yang teramat dalam tertancap dihati Eunbi. Bagaimana pria itu mencintai Lisa, dan bagaimana pria itu membutuhkan Lisa dalam hidupnya. Eunbi benci hal itu. Ia marah atas kenyataan dan takdir yang tak pernah berpihak padanya.
"Lisa sudah mati." ujar Eunbi. Suaranya datar dan penuh penekanan.
Jungkook menoleh. Ia berusaha menyesuaikan pandangannya dan terkejut ketika bukan presensi sang kekasih yang ia dapati. "Menjauhlah dariku! Dasar sialan!" ia mendorong tubuh Eunbi dan memilih melanjutkan langkah hingga berhasil terbaring di atas ranjang.
Lelehan liquid bening mengalir begitu saja dari pelupuk Eunbi. Dadanya terasa sangat sesak, seperti terhimpit oleh bebatuan besar. Hatinya terluka parah. "Mengapa hanya Lisa yang kau pedulikan?! Tidakkah kau melihat diriku?! Bahkan aku rela mengorbankan tubuhku untuk dijajahi oleh psikopat gila itu hanya demi kau, Jeon Jungkook!!" ia berteriak marah, tak memperdulikan air mata yang sudah melimpah-ruah membasahi pipinya.
Tanpa diduga, Eunbi menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Jungkook kemudian mencium bibirnya dengan brutal. Oh, tolonglah. Hanya kali ini saja Eunbi ingin merasakan bagaimana nikmatnya bibir Jungkook, dan bagaimana rasanya ketika milik mereka bersatu hingga mencapai puncak secara bersamaan.
Ya. Eunbi ingin merasakan sesuatu yang selama ini dirasakan oleh Lisa. Dan yang terpenting, ia ingin merasakan bagaimana rasanya ketika ia dapat memiliki Jungkook walau dalam sekejap saja.
Jungkook berusaha memberontak ketika posisinya tersudutkan. Tenaga Eunbi tidak main-main saat ini jika dibandingkan dengan tubuhnya yang sudah melemas karena terlalu banyak minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
red lips | lizkook✔
Fanfiction[M] Di balik ketampanan dan kepemimpinannya yang tegas, Letnan Jeon Jungkook memiliki misteri tersendiri dalam hidupnya. Menutupnya rapat-rapat dari kedua mata sang ayah, yang membuatnya terpaksa harus menjalani hubungan dengan seorang agen rahasia...