LSM 6

6.3K 560 24
                                    

HOMOPHOBIC HARAP MENJAUH SYANTIK.

warn;
ga sedia plastik muntahan.

Rate?
Akan naik seiring berjalannya chapter

tolong tanda bintang nya dibelai manjah-😌

boleh play music yorobun biar ngena😄

.


.



.

Padahal Taehyung baru dipertemukan takdir dengan Pria Park cuma sebanyak dua kali.

Kendati aneh, chemist serasa kental dan bertarikan kencang.

Berbagai perasaan membuncah dalam dada masing-masing.
Ada keterkejutan, senang, nyaman, rindu, aman, sesak. Ada pula kesedihan.

Bukan gara-gara efek dikurung atau lama tidak bersosialisasi membuatnya jadi paranoid atau udik.

Taehyung juga banyak memiliki kenalan selain Jimin, baik pria maupun perempuan.

Namun tetap saja aneh, sensasinya berbeda. Entah kenapa, Taehyung ingin terus berikatan dengan pria ini. Tidak ingin menjauh barang satu inchi dan lepas. Ingin bersama lebih lama lagi. Lebih lama dan terus sedikit lebih lama.

Seperti itulah stigma.

.

.


.

Sembari menunggu pimpinan Park datang, maka mereka terpaksa kembali mengecek buku menu, memesan semangkuk parfait untuk membunuh waktu.

Menyeruput sesendok eskrim Hagen Dazz perisa strawberies, diam-diam Taehyung mencuri lirik ke tampilan layar kunci ponsel milik Jimin yang digeletakkan di atas meja samping gelas tinggi berisi susu dingin bercampur buah bluberi segar.

Perpaduan manis asam yang cocok dijadikan penghilang dahaga waktu terik.

Agak kepayahan mengamat jelas karena posisi layar terbalik jika dari arah Taehyung duduk.

Ada seorang wanita memangku anak lelaki. Barangkali berusia 30 lebih tahun, seumurnya. Rambutnya panjang lebat.
Parasnya luar biasa cantik.

"Hei, apa itu pacarmu?" tanya Taehyung penasaran.

"Ha?" kernyitnya nampak bingung.

Menunjuk layar ponsel, Taehyung tersenyum kenes.

"Oh, maksudmu wallpaperku ini eoh?"

Taehyung mengangguk, membenarkan tebakannya.

Menatap menggoda penuh harap agar Jimin merona merah tertangkah basah.

Satu tawa gemas meledak, "Astaga. Dia eommaku Tae. Kau tentu tidak sedang berpikir bocah ini anakku kan?"

Garis mata Jimin membentang segaris. Dia tertawa terpingkal memegangi otot perut yang terasa keram. Eye smile nya pas. Menyejukkan hati yang gundah.

"Woah.. jinjja?
Kalian pasti akrab sampai kau memasang fotonya emh. Kau tinggal dengannya?"

"Aniya. Keluargaku di Busan. Aku di kosan dekat Gangnam."

"Eh? Kau anak perantau?"

"Ya begitulah. Aku tidak enak kalau terus merepotkan orang tuaku disana. Kupikir gaji di Seoul juga lebih besar, Tae." tuturnya sesekali menyedot sedotan dessertnya.

LATE SIX MINUTES | KOOKV YOONTAE MINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang